Bab 31

2.4K 370 13
                                    


"Hai Mas.."

Ali yang sedang mengutak-atik ponselnya mendongak ketika mendengar suara Prilly. "Kamu sudah siap?"

Prilly menganggukkan kepalanya. "Sudah. Ayok Mas!" Ajaknya sambil berjalan menghampiri Ali yang juga sudah beranjak dari duduknya.

"Papa Hendra?"

"Di kantor kayaknya cuma nggak tau juga sih mungkin lagi memata-matai Carla kali." Ucap Prilly asal yang membuat Ali mengernyitkan dahinya.

"Memata-matai Carla gimana maksud kamu?" Tanya Ali dengan ekspresi bingungnya.

Prilly menggandeng tangan Ali yang dibalas dengan genggaman erat oleh pria itu. "Papa lagi ada masalah sama Carla."

"Om maksudnya Papa Hendra memangnya beliau memiliki hubungan apa dengan Carla sahabat kamu itu?" Tanya Ali lagi. Ali masih sedikit kikuk ketika memanggil Hendra dengan sebutan Papa seperti permintaan pria itu sendiri.

Namun Ali harus membiasakannya bukan? Jadi meskipun masih sering lupa namun perlahan ia mulai terbiasa dengan panggilan Papa untuk Hendra.

"Papa itu cinta pertamanya Carla." Ujar Prilly yang membuat Ali seketika membulatkan matanya. "Serius kamu?"

Dengan yakin Prilly menganggukkan kepalanya. "Iya sudah lama sekali namun ya Papa Hendra selalu menolak cintanya Carla. Padahal aku sih terima-terima aja jika Carla yang menjadi pendamping Papa." Ujar Prilly dengan nada pelan.

Mereka sudah sampai didepan pagar rumah Prilly. Di sana sudah terparkir motor matic milik Ali.

"Kita pakai motor nggak apa-apa kan?" Tanya Ali memperhatikan perubahan ekspresi wajah Prilly dengan seksama.

Prilly menggelengkan kepalanya dengan santai. "Nggak masalah selama sama kamu jalan kaki pun aku ayok aja." Sahut Prilly dengan senyuman menggodanya yang mampu membuat Ali gemas setengah mati.

Dengan pelan ia cubit pipi tembem calon istrinya yang membuat tawa Prilly pecah. Gadis itu suka sekali dengan sentuhan Ali meskipun cubitan pria itu terasa menyengat di kulit wajahnya tapi tidak apa-apa ketimbang rasa sakit ia lebih merasa bahagia dengan perlakuan Ali ini.

"Ayok berangkat." Ajak Ali setelah menyerahkan helm lainnya yang sengaja ia bawa untuk Prilly selain helm miliknya.

Prilly meraih helm yang disodorkan oleh Ali lalu bertanya dengan kerlingan genitnya. "Nggak sekalian kamu pakein di kepala aku Mas biar romantis gitu?"

"Udah cepetan pakek jangan manja!" Seru Ali yang sudah duduk manis di atas motor maticnya.

Sontak setelah mendengar jawaban Ali bibir Prilly mengerucut imut. "Jadi calon suami nggak ada romantis-romantisnya memang si Ali tampan ini." Dengus Prilly dengan suara pelan namun masih terdengar jelas di telinga Ali.

Ali hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan sikap Prilly yang menggerutu secara terang-terangan di depannya namun kedua sudut bibirnya juga merangkak naik karena merasa geli sendiri dengan tingkah laku calon istrinya.

"Udah belum?"

"Ini lagi naik."

"Cepetanlah nanti kita terlambat ke butiknya."

"Iya ini juga udah cepet Bambank!" Seru Prilly yang terlihat kesal bukan hanya pada Ali juga pada dirinya sendiri yang ternyata salah kostum hari ini.

Jika tahu mereka naik motor maka Prilly akan memilih mengenakan celana jeans ketat dengan kaos oblong saja plus tanpa dandan untuk apa dia capek-capek dandan terus bela-belain pakek gaun jika Ali tidak bisa melihat kecantikannya hari ini.

Mengemudikan kendaraan roda dua jelas berbeda dengan roda empat. Prilly masih sayang nyawa dan tidak ingin Ali mengalihkan pandangannya dari depan, sebentar lagi mereka akan menikah tentu mereka harus menjaga diri baik-baik.

"Pegangan!" Perintah Ali setelah Prilly berhasil duduk di jok motornya.

Prilly memilih duduk menyamping karena dengan pakaian yang ia kenakan jelas ia tidak bisa mengangkangi jok motor Ali, pahanya bisa 'kemana-mana'.

"Udah." Prilly memegang ke dua sisi baju Ali.

Ali tersenyum melihat Prilly yang terlihat begitu kaku ketika berpegangan padanya jelas sekali gadis ini tidak pernah naik motor atau mungkin pernah namun jarang.

"Bukan begitu cara berpegangan yang baik dan benar." Ujar Ali sambil menggerakkan tangannya untuk meraih tangan Prilly lalu ia belitkan kedua tangan Prilly di perut ratanya.

"Lain kali kalau Mas nyuruh kamu pegangan maka ini yang harus kamu lakukan. Paham?" Ali menolehkan sedikit wajahnya untuk melihat ekspresi wajah calon istrinya.

Prilly buru-buru menundukkan kepalanya menyembunyikan rona merah yang menjalar di wajahnya. Ali ini benar-benar pandai sekali mengaduk-aduk isi hatinya.

Menyebalkan eh nggak ding Ali itu menyenangkan.

***

"Jadi Mbak Prilly udah fix sama kebaya model ini ya?"

"Iya Mbak tapi bagian dadanya bisa nggak di buat agak meruncing ke bawa gitu?" Tanya Prilly sambil menggerakkan tangannya menggambarkan apa yang dia maksud.

Pegawai butik mengangguk pelan. "Bisa Mbak." Jawabnya singkat. "Mbak ingin menunjukkan kesan sexy pada bagian depan kebaya ini ya?" Tanyanya lagi dan kali ini Prilly yang mengangguk pelan.

"Tidak boleh."

Prilly dan pegawai butik itu sontak menoleh ketika mendengar suara lantang dari belakang mereka.

"Kenapa Mas?"

Ali baru saja selesai melepaskan beskap yang akan ia gunakan saat akad nanti. Ali sudah merasa pas semuanya hingga tak ada yang perlu di ubah berbeda dengan Prilly yang merasa kebaya miliknya terlalu biasa hingga ia ingin memberikan kesan sexy di bagian depan kebaya.

"Mas nggak suka kamu pakai yang sexy-sexy begitu apalagi didepan keluarga dan tamu nanti." Ali berjalan mendekati Prilly yang menatap bingung calon suaminya sedangkan pegawai butik sudah mesem semar.

"Calon suami Mbak romantis banget ya?" Ujarnya lirih namun bisa di dengar oleh Prilly.

"Nggak juga Mbak." Jawabnya pelan sebelum kembali memfokuskan dirinya pada Ali yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa sih Mas?" Tanyanya lagi.

"Mbak kebaya ini jangan di rombak atau apapun lagi ya cukup seperti ini saja. Calon istri saya lebih cantik mengenakan pakaian tertutup dari pada terbuka dan memperlihatkan bagian tubuhnya." Ali tidak perduli dicap sebagai pria posesif, biarkan saja selama itu tidak merugikan orang lain maka ia tidak perduli.

Prilly yang dipuji terang-terangan oleh Ali sontak bersemu merah menunduk malu-malu sambil sesekali melirik Ali yang sedang mewanti-wanti si pegawai toko.

Ini Ali kenapa makin sweet aja sih? Kan jadi tambah cinta akunya sama dia. Ish! Gemes deh, peluk dikit boleh nggak sih?

*****

Woah! Akhirnya bisa Update setelah 2 hari nggak nyentuh Watt. Aku benar-benar masuk dalam fase bosan kayaknya karena jangankan ngetik megang hape aja keknya males banget sejak beberapa hari kemarin, 😔

Mood aku benar-benar buruk beberapa hari ini dan semoga saja setelah ini mood aku bisa kembali seperti semula. Amin.

Hari ini aku adain promo ya khusus hari ini kalau mau silahkan chat ke wa 081321817808
Mau list PO cerita ini bisa juga atau mau sekalian sama promo boleh banget.

Yok jangan lewatin promo akhir tahun ini lumayan bisa dapetin Pdf aku dengan harga lebih murah ya kan?

Terima kasih..

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang