Bab 18

2.3K 362 12
                                    


"Prilly.."

Merasa namanya dipanggil Prilly menoleh dan tersenyum lebar saat melihat sahabat dekatnya. Carla.

"Carla!"

Prilly sontak memekik heboh menyambut kedatangan Carla dengan pelukan hangatnya. Keduanya saling memeluk bahkan Prilly sampai tidak merasakan sakit di pergelangan tangannya.

"Gue kangen banget sama lo!" Ucap Carla ceria. Prilly tersenyum lebar. "Gue juga lo sih betah banget kayaknya di Korea sana!" Dumel Prilly merajuk.

Carla tertawa pelan, ia memang sudah menetap di negeri oppa-oppa tampan itu nyaris satu tahun itu dikarenakan Ayahnya dipindahkan kerja ke sana hingga Carla dan Ibunya juga harus ikut serta pindah.

Dan sekarang Carla akan menetap di kota kelahirannya lagi.

"Benarkah?" Tanya Prilly antusias.

"Iya dong. Bulan depan Papa juga ikut pulang tapi gue sama Mama pulang duluan biasa ngurus ini itu dulu." Jelas Carla bertepatan dengan pintu ruangannya yang terbuka.

"Loh Carla udah sampe aja kamu ya?" Hendra datang dengan membawa satu tas jinjing berisi pakaian Prilly dan juga sebelah tangannya terlihat menggendong boneka doraemon yang besarnya nyaris setara dengan Carla dan Prilly.

Itu boneka kesayangan Prilly hingga ketika melihatnya Prilly sontak berteriak riang. Semudah itu dia bahagia dibalik derita yang sedang ia rasakan.

Carla ikut tertawa melihat kehebohan temannya. "Mas baru datang?"

"Mas?!" Prilly dan Hendra sontak memekik kaget mendengar Carla memanggil Hendra dengan panggilan Mas.

Carla cengengesan tak jelas yang membuat Prilly langsung paham. "Lo masih pertahanin cinta monyet lo sama Papa gue?"

Hendra langsung berdehem keras. Kedua gadis ini membicarakan dirinya seolah ia tidak ada di sana.

Carla dan Prilly hanya menoleh menatap Hendra sebelum kembali bertatapan. "Salah satu tujuan kepulangan gue ke sini ya karena cinta gue yang kata lo cinta monyet ini." Carla berbicara setengah mendengus yang membuat tawa Prilly sontak terdengar.

"Lo seriusan mau perjuangin Papa Hendra? Udah tua loh dia bentar lagi juga bangkotan." Ejek Prilly pada Hendra sambil menjulurkan lidahnya.

Hendra mengeram kesal namun hanya sebatas itu, walaupun dirinya diejek tidak apa asal Prilly bisa tertawa terbahak-bahak seperti sekarang.

Hendra tidak tahu kenapa sahabat dekatnya Prilly ini sejak dulu selalu mengejar-ngejar dirinya. Demi Tuhan selisih umur mereka nyaris 20 tahun bagaimana mungkin si cantik Carla ini mengutarakan cinta padanya?

Hendra akui Carla cantik kulitnya tak berbeda dengan kulit putih Prilly bahkan jika dilihat senyum Carla lebih manis dari pada Prilly.

Itu karena lo cinta sama dia jadi di mata lo hanya senyum Carla yang paling manis.

Hendra sontak menggelengkan kepalanya. Dia tidak mungkin menyukai anak kecil. Sudahlah lama-lama berada di sini ditengah gadis-gadis ceriwis ini bisa-bisa Hendra gila.

"Papa ke kantin dulu kamu ditemenin Carla ya." Hendra hendak keluar sebelum celetukan Prilly kembali terdengar. "Mama Carla kali Pa kan sebentar lagi Carla jadi Mama aku ya nggak Carl?"

Dengan penuh semangat Carla menganggukkan kepalanya. "Iya dong. Gue janji akan jadi Ibu yang baik untuk lo." Sahut Carla penuh percaya diri.

Hendra sontak mendengus. "Gila." Umpatnya sebelum benar-benar melangkah meninggalkan Carla dan Prilly yang sudah terbahak-bahak menertawakan dirinya.

Entah apa yang lucu.

"Memang. Kan aku gila karena Mas." Celetukan Carla terdengar sebelum Hendra menutup pintu kamar inap Prilly.

"Sinting!" Makinya sebelum benar-benar melangkah menuju kantin rumah sakit.

***

"Bu Ali berangkat ya?" Wulan yang sedang menyiapkan bekal untuk putranya langsung berteriak meminta Ali untuk menunggu sebentar.

Ali yang sudah siap dengan tas ranselnya sontak menghentikan langkahnya menunggu sang Ibu.

"Kenapa Bu?" Tanyanya. Kembali terdengar teriakan Wulan dari arah dapur.

Ali sudah menceritakan semuanya pada sang Ibu perihal Prilly yang kemarin tertimpa musibah juga permintaan Om Hendra yang menurut Ibunya sah-sah saja.

"Perihal utama atau modal utama menikah sebenarnya tekad dan keteguhan hati Nak. Tidak masalah menikah di usia mana saja yang terpenting kita teguh memegang janji kita di hadapan Tuhan."

Ali setuju dengan perkataan Ibunya. Namun hatinya masih sedikit meragu.

"Ragu wajar Nak. Apalagi di usia kamu yang masih sangat muda tapi Ibu setuju saja kalau kamu mau membina rumah tangga hanya satu pesan Ibu. Cintai dan jaga wanita yang sudah kamu pilih menjadi makmum kamu. Jangan sia-siakan dia apapun alasannya." Ali sungguh merasa beruntung memiliki Ibu sebijaksana Ibunya.

Meskipun tidak berpendidikan tinggi namun kebijaksanaan Ibunya benar-benar patut di acungi jempol. Ibunya selalu bisa menenangkan anak-anaknya termasuk Ali.

Berbicara dengan Ibunya membuat pikiran Ali jadi terbuka. Perihal cinta nanti akan datang dengan seiring berjalannya waktu begitulah kata Ibunya selama Ali merasa bahagia jija bersama wanita yang ia pilih maka Wulan siap memberikan restunya.

Terlebih setelah ia tahu jika sosok menantu yang akan dibawa pulang oleh Ali adalah gadis cantik yang kemarin siang datang ke tokonya. Ali tidak menceritakan perihal keluarga Prilly karena itu merupakan rahasia keluarga dan Ali jelas tidak akan mengumbarnya.

"Ini Ibu buatin sup ayam buat Prilly mana tau dia suka kan." Wulan datang dengan sebuah rantang di tangannya.

Ali tersenyum meraih rantang yang disodorkan Ibunya. "Terima kasih Bu." Ucapnya yang di angguki oleh Wulan.

"Sama-sama Nak. Salam ya buat Prilly kalau dia udah sehat kamu ajak main sesekali ke sini." Pinta Wulan yang disanggupi oleh Ali.

Ali bergegas menuju pintu rumahnya saat taksi online pesanannya sudah tiba. "Malam ini Abang nginap di rumah sakit lagi ya Bu."

"Iya Bang. Ingat yang Ibu katakan tadi jika kamu sudah kebingungan dan tidak tahu arah maka solat dan minta petunjuk sama Allah supaya kamu tidak salah langkah." Pesan Wulan yang diiyakan oleh Ali.

"Siap Bu. Doakan Ali jika ini yang terbaik untuk Abang dan Prilly maka Abang tidak akan mundur tapi jika tidak lebih baik tidak dimulai dari semula supaya nanti di antara kami tidak ada yang tersakiti. Benarkan Bu?"

"Iya Nak. Tapi sebagai seorang Ibu firasat Ibu mengatakan jika Prilly adalah kebahagiaan kamu dan kamu adalah kebahagiaan untuk Prilly." Ujar Wulan penuh dengan keyakinan hingga membuat hati Ali menghangat.

Jika benar demikian lalu apa yang ia raguka lagi?

*****

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang