Bab 24

2.6K 358 10
                                    


"Halo Bu?"

"Nak Prilly?"

"Eh iya Bu?" Prilly jadi grogi sendiri ketika berbicara dengan Ibunda Ali.

Gadis itu masih berdiri tegak di posisinya padahal ia hanya berbicara melalui telpon tapi tegangnya seolah-olah Ibu Ali ada dihadapannya.

Ali hanya diam dan fokus menatap Prilly yang terlihat sekali gugup. "Kita ke ranjang aja." Ali kembali meraih Prilly ke gendongannya.

"Akh!"

"Halo Nak Prilly? Kamu kenapa Nak? Abang Ali apain kamu?"

Prilly sontak meringis malu saat mendengar suara khawatir Ibunda Ali. Sedangkan Ali hanya tertawa saja berusaha menyembunyikan detak jantungnya yang menggila ketika Prilly menyerukan wajahnya ke ceruk lehernya.

"Maluu.." Cicitnya yang membuat Ali gemas setengah mati.

Ali mendudukkan Prilly di atas ranjang rumah sakit mengabaikan Prilly yang kembali kikuk ketika berbicara dengan Ibunya.

"Enggak Bu tadi ada kecoa iya kecoa terus aku kaget." Prilly tertawa kecil jelas sekali terlihat pura-pura karena Ali sangat hafal tawa lepas gadis itu.

Ali kembali menyangkutkan botol infus Prilly ke tiang infusnya lalu menarik kursi dan mendudukkan dirinya di sana.

Prilly semakin salah tingkah saja karena selama berbicara dengan Ibunya Ali terus menatapnya dengan tatapan yang begitu intens.

"Gimana keadaan kamu Nak? Luka kamu udah sembuh?"

Prilly menatap Ali apa pria itu menceritakan perihal percobaan bunuh diri yang ia lakukan?

"Sudah mendingan Bu." Prilly kembali membuka suara setelah mengalihkan pandangannya dari Ali.

"Ouh syukurlah. Ibu doain semoga kamu cepat sembuh ya lain kali kalau mau belajar masak hati-hati ya jangan sampai tangan kamu ke gores pisau sampai harus di rawat lagi pasti lukanya parah banget ya?"

Ke gores pisau? Siapa? Dia lah dia kan sengaja ngegores nadinya bukan ke gores. Ini Ali ada aja sih alasannya masak iya belajar masak terus ke gores pisau mana sampai di rawat lagi?

"Hehe iya Bu."

"Dan Ibu bersyukur Abang bisa mendonorkan darah buat kamu. Roman-romannya kalian memang berjodoh." Prilly mendengar tawa girang Ibunya Ali di seberang sana.

Mata Prilly kembali menatap Ali. Jadi pria ini yang mendonorkan darah untuknya?

Keduanya saling bertatapan sampai Prilly tak sadar jika Ibunda Ali sudah memutuskan sambungan telepon, Wulan berfikir jika Prilly tidak lagi terdengar suaranya karena gangguan jaringan hingga wanita itu memutuskan untuk menghubungi kembali putranya.

Deringan ponsel di tangan Prilly sama sekali tidak membuat tatapan mereka terputus. Ali semakin intens menatap Prilly begitu juga sebaliknya.

"Kenapa kamu berniat menikahiku?" Tanya Prilly masih dengan memangku tatapannya pada mata tajam Ali.

"Karena aku ingin membahagiakan kamu." Jawab Ali yang juga tak ingin melepaskan tatapannya dari mata bening Prilly.

Ali baru menyadari jika Prilly memiliki mata yang begitu teduh. Meskipun keras kepala namun tatapan mata Prilly mampu membuatnya terlihat begitu Ayu.

Prilly benar-benar cantik.

"Ada Papa yang bisa membahagiakan aku." Bantah Prilly.

"Memang tapi aku tetap ingin menjadi bagian dari hidupmu. Aku ingin menjadi alasan dibalik tawa bahagia mu nanti." Jawab Ali tak terlihat ragu hingga membuat hati Prilly berdesir.

Pria ini sungguh-sungguh ingin memulai hidup dengannya. Lalu bagaimana dengan perasaan pria ini pada wanita lain atau Salsa?

"Aku berani bersumpah untuk saat ini tidak ada satu wanita pun yang menempati hatiku." Ali berkata seolah tahu apa yang sedang Prilly pikirkan.

"Termasuk aku benarkan? Sejak dulu aku memang tidak pernah ada di hati kamu." Ujar Prilly dengan senyum mirisnya.

Ali meraih sebelah tangan Prilly lalu ia bawa ke dadanya. "Maaf untuk semua sikapku padamu dulu tapi aku mohon jangan menyerah! Jangan menyerah pada cintamu untukku karena aku juga berniat untuk memulai semuanya denganmu." Mohon Ali dengan pandangan memelasnya.

"Apa kamu mencintai ku?"

"Aku tidak tahu tapi aku yakin mencintai kamu bukan sesuatu yang sulit untukku." sahut Ali dengan penuh keyakinan. "Aku mohon beri aku satu kesempatan untuk menjadi bagian penting dalam hidupmu."

Haruskah Prilly menerima Ali?

***

"Aku tidak tahu." Jawab Prilly gamang. Ali sangat mengerti perasaan Prilly saat ini.

Dengan lembut ia raih sebelah tangan Prilly yang lain lalu ia genggam dengan erat. "Aku tahu ini terlalu cepat. Lamaran aneh ini buat kamu bingung terlebih dengan segala keburukan sikapku selama ini sama kamu." Ali berkata dengan senyum miris berkembang di wajahnya.

Ia benar-benar tidak menyangka jika dirinya akan tiba di titik ini. Semua seakan berbalik kepadanya, dulu Prilly yang mati-matian mengejar dirinya sekarang justru dirinya yang mengemis pada Prilly supaya menerimanya.

Inikah yang disebut karma?

Ali terlihat begitu nelangsa dan itu membuat hati Prilly berdenyut sakit. Senyum kecut sontak berkembang di wajahnya. Inikah yang namanya merelakan? Ini yang ia sebut menyerah pada Ali?

Kalau ia sudah menyerah atas perasaannya pada Ali lalu kenapa ia ikut merasa sakit saat melihat wajah lesu dan penyesalan pria didepannya ini?

Lo bodoh Pril! Itu tandanya Ali masih menguasai seluruh hati lo. Lo masih cinta sama dia!

Prilly memejamkan matanya, ia tidak bisa membantah kata hatinya karena ia paling tahu jika hatinya memang masih mengharapkan Ali.

"Maafin aku."

Kembali hati Prilly berdenyut sakit saat melihat Ali kembali mengiba padanya. "Aku benar-benar menyesal atas apa yang sudah terjadi pada kita. Sungguh, aku tidak tahu kenapa tapi melihat kamu menderita seperti ini jujur hatiku sakit sekali." Ali terus berbicara mengikuti kata hatinya. Ia tidak bisa menahan mulutnya yang terus melontarkan kata-kata yang membuat Prilly membeku.

"Maaf tapi aku nggak bisa mundur Prilly dan aku tidak mau mundur meskipun ribuan kali kamu menolakku aku tetap ingin berjuang. Aku akan memperjuangkan kamu karena aku yakin bersama kamu aku akan bahagia begitupula sebaliknya aku sangat yakin jika aku bisa menjadi sumber kebahagiaan untuk kamu."

Prilly benar-benar tidak menyangka jika pria sekaku Ali bisa berbicara semanis ini. Ali bukan playboy, Prilly sangat tahu itu. Ali pria kaku dan ketika pria kaku berbicara seperti itu bukankah itu sebuah kejujuran?

Haruskah Prilly menolak untuk mempercayai apa yang baru saja Ali ungkapkan? Tidak menyesalkah ia di kemudian hari karena mengabaikan Ali hari ini?

Prilly bingung sekali. Sungguh.

*****

Hei semuanya..

Jangan lupa ikut promo khusus hari ini 100k dapat cerita ini (tapi Po) plus 2 cerita lainnya bebas milih yaa..

Ayok jangan ketinggalan untuk PO cerita ini besok harga seperti biasa ya 50k harga normal 55k. Po hanya 3 hari saja.

Yang berminat silahkan list ke wa 081321817808

Terima kasih.

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang