Bab 40

3.5K 410 37
                                    


Tak terasa hari terakhir mereka disekolah tiba juga. Hari ini adalah hari perpisahan Ali dan Prilly sebagai siswa dan siswi sekolah menengah ke atas.

Ali tersenyum lebar begitu juga Prilly yang merasa begitu bangga saat suaminya dipanggil ke atas pentas untuk menerima penghargaan dari yayasan karena Ali berhasil menjadi satu-satunya siswa yang mendapatkan nilai kelulusan tertinggi se-kota mereka.

Benar, suami Prilly secerdas itu. Ketua yayasan jelas bangga dengan pencapaian anak didiknya hingga sekolah memberikan piagam penghargaan atas prestasi Ali itu.

Semua bertepuk tangan meriah terutama Prilly jika tidak mengingat hubungan mereka masih dirahasiakan mungkin sudah sejak tadi ia berlari menuju pentas dan memeluk suaminya.

Selain penghargaan Ali juga mendapatkan beasiswa dari Laksana Group yang diserahkan langsung oleh Hendra yang kini menjabat sebagai Direktur utama, ia hanya sementara menduduki posisi itu sebelum Prilly benar-benar mampu untuk mengemban tugasnya itu.

Rita yang juga berada di sana ikut tersenyum bangga melihat cucu menantunya, Wulan dan Hutama jangan tanyakan lagi bagaimana bahagia dan bangganya mereka pada putra sulung mereka itu.

"Papa bangga sama kamu Nak." Ucap Hendra sambil menepuk pelan bahu Ali.

Ali tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Semua ini berkat Papa dan keluarga juga tak lepas dari doa Prilly istriku Pa." Wajah Ali berbinar bahagia saat menyebut nama Prilly.

Hendra ikut melebarkan senyumannya sebelum benar-benar meninggalkan pentas Hendra kembali menepuk pundak Ali. "Setelah ini Papa rasa kamu bisa memimpin Laksana Group." Ucapnya sebelum berbalik meninggalkan Ali yang terlihat kebingungan.

Suasana semakin meriah ketika teman-teman angkatan yang lulus hari ini bernyanyi dan berjoged di atas pentas setelah acara inti perpisahan mereka hari ini selesai.

Ali dan Prilly memilih pulang terlebih dahulu karena mereka akan merayakan kelulusan berdua.

Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya Prilly menebarkan senyuman terlebih ketika Ali meraih tangannya menggenggamnya lembut seperti kebiasaan pria ini beberapa bulan terakhir ketika menyetir Ali akan meraih tangan istrinya menggenggamnya lembut sesekali melabuhkan satu kecupan di punggung tangan istrinya.

Beberapa bulan yang mereka lewati bersama tak banyak kendala yang Prilly rasakan selain kekhawatirannya pada sang Papi yang sampai saat ini belum juga terdengar kabarnya.

"Kamu kenapa Sayang?" Ali yang melihat istrinya melamun sontak bertanya.

Prilly menggeleng pelan. "Aku hanya ingat Papi Mas." akuinya dengan jujur.

Ali dan Prilly sudah terbiasa terbuka satu sama lain hingga tak ada satu rahasiapun di antara mereka.

"Mungkin Papi sedang berjuang saat ini."

Prilly tersenyum miris. "Pasti Mas. Papi pasti akan berjuang keras untuk mendapatkan kembali warisan Kakek." jawab Prilly sendu.

Ali menggigit lidahnya ketika merasa apa yang baru saja ia ucapkan adalah sebuah kesalahan Prilly yang menyadari penyesalan suaminya segera mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin gara-gara masalah warisan keromantisan dirinya dengan Ali jadi terganggu.

Untuk saat ini atau mungkin sampai Papinya benar-benar kembali meminta haknya Prilly hanya ingin merasakan kebahagiaan bersama suaminya. Ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama suaminya. Itu saja.

***

"Argh!!"

Prang!!

Endang dan Agung sontak berlari menuju kamar Clarista. Sudah beberapa bulan terakhir mereka tinggal di sebuah kontrakan kecil karena apartemen yang mereka tempati dulu terpaksa harus dijual untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang