Bab 25

2.5K 376 22
                                    


"Baiklah."

Senyum Ali mengembang lebar saat mendengar jawaban Prilly. Dengan cepat ia raih tubuh Prilly lalu ia peluk erat. "Terima kasih. Terima kasih." Ucapnya berkali-kali.

Prilly tersenyum lebar dan mengangguk pelan di dalam pelukan Ali. Inilah rumahnya. Ali adalah rumahnya. Prilly benar-benar membutuhkan Ali sebagai tempat ia pulang.

"Jangan sia-siakan kepercayaan yang aku kasih Li."

"Nggak akan. Kali ini aku benar-benar akan menjaga kamu dengan sepenuh hatiku." Sahut Ali penuh semangat.

Keduanya saling berpelukan, cahaya Mentari yang perlahan mulai masuk menerangi keremangan kamar membuat suasana di antara mereka semakin syahdu.

Pagi ini adalah pagi terindah untuk Ali dan Prilly, pagi ini mereka berdua sama-sama sepakat untuk merajut jalinan cinta dengan ikatan yang sakral. Ali dan Prilly bersedia menikah di usia mereka yang masih sangat muda.

"Lepas ah gerah." Keluh Prilly saat tidak melihat tanda-tanda Ali akan melepaskan dekapannya.

"Ah iya maaf." Ali kikuk sendiri karena di tegur oleh Prilly.

Mata Prilly sontak mengerling genit ke arah Ali. "Enakan pelukan sama aku? Ketagihan kan kamu?"

Wajah Ali sontak merona, entah ia harus bersyukur atau menyesal atas kembalinya sikap petakilannya gadis ini.

"Enggak biasa aja aku." Jawabnya kalem yang tentu tidak akan dipercayai oleh Prilly. "Ah masak sih?"

"Udah kamu tidur aja lagi aku mau ke kantin." Ali ingin beranjak dari kursinya jika lama-lama di sini ia takut wajahnya akan meledak karena rasa malu.

Namun kecepatan Ali ternyata masih kurang karena sebelah lengannya terlebih dahulu ditahan oleh Prilly. "Katanya mau jadi calon suami yang baik? Masak calon suami yang baik nggak nemenin istrinya sih?" Sindir Prilly yang lagi-lagi membuat wajah Ali memerah.

Gemes banget sih calon lakik gue!

"I..iya." Ali seketika gagap mulutnya terbata untuk berbicara meskipun tubuhnya sudah kembali menduduki kursi yang sempat ingin ia tinggali tadi.

"Nah begitu dong. Kan aku jadi senang." Oceh Prilly yang mulai merebahkan tubuhnya. Ini masih terlalu pagi untuk ia bangun.

Ali menatap dalam wajah cantik calon istrinya. Ya Tuhan, bahkan bermimpi pun tidak ia akan memiliki calon istri disaat usianya bahkan belum memasuki dua puluh tahun.

Namun selama itu Prilly, Ali rasa semua akan baik-baik saja. Ali menyakini dirinya kembali.

"Nanti pas bangun aku telpon Ibu ya?" Ujar Prilly membuka kembali matanya yang sempat terpejam.

"Ibu siapa?"

"Ya ibu kamulah calon mertuanya aku." Sahut Prilly cepat yang membuat Ali kembali kikuk. "Kan kamu tahu aku nggak punya Ibu." sambung Prilly lagi yang membuat Ali mendongak menatapnya.

Tangannya terulur untuk menyentuh dan mengusap pelan kepala Prilly yang berbaring miring menghadap kearahnya di atas ranjang rumah sakit.

"Sekarang kamu udah punya kok. Ibu aku sekarang udah jadi Ibu kamu juga." Ucap Ali tanpa menghentikan usapan tangannya pada kepala Prilly.

Mata Prilly sontak berbinar. "Benarkah?"

Dengan cepat Ali menganggukkan kepalanya. "Setelah menikah semua yang menjadi milikku akan menjadi milik kamu juga." Jawabnya kalem yang membuat senyuman di wajah Prilly mengembang semakin lebar.

"Termasuk hati kamu?" Tanyanya yang membuat tangan Ali berhenti mengusap kepalanya namun hanya sebentar setelah itu Ali kembali menggerakkan tangannya di kepala Prilly.

"Iya termasuk hatiku."tidak perlu menunggu nanti karena mulai saat ini aku sudah benar-benar memasrahkan hatiku padamu Prilly. Sambung Ali namun hanya ia ucapkan di dalam hatinya.

***

Pukul 9 pagi Hendra dan Ibunya -Rita- tiba di lobby rumah sakit. Hendra belum memberitahu Ibunya perihal Kakaknya Agung yang berniat untuk menikah dalam waktu dekat ini.

Kondisi Ibunya sedang tidak baik saat ini. Terlihat sekali raut kecemasan di wajah keriput Rita saat kaki tuanya melangkah menyusuri lobby rumah sakit.

"Pelan-pelan Ma."

"Mama tidak bisa pelan-pelan Hen. Mama khawatir sekali pada cucu Mama." Jawab Rita dengan suara lemahnya.

Kondisinya nyaris kembali drop saat tahu cucu kesayangannya sedang dirawat di rumah sakit apalagi jika beliau tahu jika putra pertamanya berniat menikahi wanita yang usianya nyaris sepantaran dengan putrinya.

Hendra benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kakaknya itu. Entah karena Agung terlalu pandai urusan bisnis hingga pria itu begitu bodoh dalam urusan percintaan.

Jelas tidak mungkin jika wanita muda bersedia menikahi pria tua seperti Agung tanpa niat jahat di belakangnya. Dan niat jahat yang dimaksud tentu saja mengusai harta pria itu dan sebelum itu terjadi Hendra harus terlebih dahulu bertindak.

"Mama sebenarnya aku ingin memberitahu sesuatu tentang Prilly." Hendra berkata saat ia dan Ibunya sedang berada di dalam lift menuju lantai dimana kamar Prilly berada.

Rita menoleh menatap putranya. "Mau bicara apa Le?"

Hendra menelan ludahnya karena gugup bukan apa-apa dia hanya takut Ibunya menolak keputusannya ini. "Prilly akan menikah dalam waktu dekat ini." Ujarnya harap-harap cemas dengan reaksi Ibunya.

Rita sontak termenung menatap putranya. "Prilly-ku akan menikah?" Tanyanya dengan suara yang begitu lirih.

"Iya Bu. Tolong restui pernikahan Prilly ini semua demi keselamatan dan kesejahteraan putriku." Hendra memohon dengan sangat pada Ibunya. Biar bagaimanapun keputusan Rita tetap akan berpengaruh pada pernikahan Prilly dan Ali nanti.

Cukup Agung yang menolak. Hendra sangat tahu Agung tidak akan bersedia menikahkan putrinya jadi dengan terpaksa Prilly harus dinikahkan oleh wali hakim.

Dan untuk sementara Prilly dan Ali harus menyembunyikan pernikahan mereka sampai mereka lulus sekolah beberapa bulan lagi.

Hendra sudah mengatur semuanya, ia hanya tidak ingin hak Prilly sebagai pewaris keluarga Laksana diobrak-abrik oleh wanita murahan yang saat ini sedang menjerat Kakaknya.

Hendra sudah mendapatkan semua informasi mengenai Clarista, wanita yang sedang di gilai oleh Agung. Wanita ular yang hanya bisa memoroti uang Agung.

"Kapan?"

"Ya Ma?"

Hendra mengerjapkan matanya beberapa kali. "Kapan Prilly akan menikah?" Ulang Rita lagi saat melihat wajah bingung putranya.

"Dalam waktu dekat Ma."

"Tidak bisa."

"Ya?" Hendra seketika lemas saat mendengar perkataan Ibunya. "Tapi Ma--"

"Besok. Mama mau mereka menikah besok!"

"Deal."

*****

Jangan lupa ikut PO cerita ini ya, silahkan list ke wa 081321817808

Yang mau ikut promo juga bisa ya chat aja..

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang