Bab 23

2.4K 365 18
                                    


Akhirnya menjelang subuh Carla baru memberikan kunci pintu rumahnya. Bukan memberikan tepatnya tapi Hendra yang berhasil menemukan kunci rumah yang disembunyikan oleh Carla di bawah guci di dekat ruang tamu rumahnya.

Carla sudah tertidur pulas bahkan gadis itu tak sadar jika Hendra sudah pergi meninggalkan kediamannya. Hujan masih turun sejak tadi malam hanya intensitasnya saja yang sedikit mereda.

Hendra buru-buru menghidupkan mesin mobilnya lalu melaju meninggalkan kediaman Carla. Tentu saja Hendra sudah memastikan keamanan untuk gadis itu. Sebenarnya Carla tidak sendirian seperti yang gadis itu katakan dirumahnya ada satpam dan juga asisten rumah tangga gadis itu hanya mencari alasan saja dengan berbohong sendirian di rumah supaya Hendra bisa tinggal bersamanya.

Hendra terlihat mengusapkan wajahnya, karena masih pagi sekali jalanan masih lengang dan Hendra bisa memacu mobilnya secepat yang ia bisa. Ia ingin putrinya di rumah sakit dan sebagian hatinya lagi teringat Carla yang terlelap di atas sofa demi menjaga dirinya supaya tidak pergi.

Senyum kecil terlihat di sudut bibir Hendra ia benar-benar dibuat gemas dengan segala tingkah laku ajaib gadis itu.

"Mas kenapa sih kayaknya anti banget sama aku? Aku salah apa sih Mas?"

Hendra masih ingat pertanyaan yang Carla layangkan untuknya dini hari tadi. Carla tidak salah, cinta gadis itu pada nya juga tidak salah hanya saja perbedaan usia di antara mereka yang membuat Hendra tak bisa membuka hatinya.

Terlalu banyak pertimbangan yang harus Hendra pikirkan, terutama Ibunya beliau pasti tidak akan setuju ia menikahi gadis yang bahkan usianya sama dengan putrinya.

Hendra tersenyum miris, lelucon macam apa ini? Kenapa ia harus merasa berdebar setiap kali Carla memanggil dirinya dengan panggilan Mas.

Hendra menyukai panggilan itu tapi hanya ketika Carla memanggilnya seperti itu, jantungnya yang berdebar membuat Hendra seperti ketagihan untuk selalu mendengar suara merdu Carla.

Tidak.

Ia tidak boleh seperti ini, masa depan Carla masih panjang dan gadis itu berhak mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya. Benar, dia tidak pantas untuk Carla.

Hendra kembali memacu mobilnya menuju kediaman sang Ibu, hari ini Ibunya berniat ke rumah sakit untuk mengunjungi cucunya. Hendra sudah membicarakan semuanya pada sang Ibu dan beliau setuju dengan apa yang Hendra rencanakan bersama Ali.

Hendra tahu ia dan keluarganya egois tapi ia berjanji pada dirinya sendiri jika mereka akan menyayangi Ali seperti mereka menyayangi Prilly. Hendra sangat yakin jika Ali adalah laki-laki yang baik dan cocok untuk mendampingi putrinya.

Ali bisa menjaga Prilly.

Hendra yakin itu.

***

"Kamu mau ke kamar mandi?"

Prilly menoleh saat mendengar suara Ali di samping ranjangnya, pria itu baru saja menyelesaikan shalat subuh nya, masih dengan peci dan baju koko yang melekat pada tubuhnya.

Prilly mengangguk pelan. Sebenarnya ia masih merasa canggung dengan Ali namun apa boleh buat ia memang memerlukan bantuan pria ini.

"Aku jalan aja." Larangnya ketika Ali ingin menggendong dirinya. Prilly tentu saja tidak enak apalagi setelah kejadian tadi malam.

"Kalau kamu jalan lama." Ujar Ali yang segera membawa Prilly ke dalam gendongannya. Ali tak merasa berat sama sekali menggendong Prilly.

"Kamu ringan sekali." Ucapnya yang dibalas dengusan oleh Prilly. "Jadi kamu mau aku gendut biar berat begitu?"

"Iya nggak apa-apa kalau kamu gendut aku tetap terima kamu kok." Sahut Ali dengan gaya tenangnya. Prilly kembali mendengus tanpa sadar kecanggungan di antara mereka perlahan terkikis dengan sendirinya.

Prilly bahkan menepuk pelan pundak Ali ketika pria itu berniat menjatuhkan dirinya ke lantai. "Jangan becanda ah! Nanti jatuh beneran." Rengek Prilly dengan kedua tangan kini membelit erat leher Ali.

Tawa pria itu terdengar memenuhi kamar, sepertinya Ali bahagia sekali pagi ini.

"Buka pintu kamar mandinya." Pinta Ali yang langsung di lakukan oleh Prilly. Setelah mendudukkan pria di atas kloset duduk kamar mandi. Pria itu langsung berbalik namun sebelum benar-benar meninggalkan kamar mandi Ali kembali bersuara. "Jangan keluar sendiri kalau sudah selesai kamu panggil aku mengerti?" Suara Ali yang begitu lembut membuat Prilly terkesima hingga dengan patuh ia anggukan kepalanya.

"Good girl. Itu baru calon istriku." Ucap Ali yang membuat wajah Prilly bersemu merah apalagi tangan Ali kini sedang mengusap lembut kepalanya.

"Aku keluar ya." Pamitnya yang dijawab anggukan kepala oleh Prilly.

Sepeninggalan Ali, Prilly nyaris menghantukkan kepalanya ke dinding kamar mandi. "Lemah banget sih iman gue baru dikasih senyum aja udah grogi gini. Adeuh Prilly!" Prilly memukul pelan kepalanya.

Mengabaikan dentuman di dadanya ia mulai bersih-bersih pagi ini ia berniat untuk pulang, Prilly sudah tidak betah di rumah sakit.

Di luar kamar mandi terlihat Ali sedang menghubungi Ibunya. "Maafin Abang Bu. Abang benar-benar lupa." Ali kembali meringis saat rentetan kalimat pedas Ibunya kembali menyerang telinganya.

Ali benar-benar menyesal karena melupakan rantang berisi makanan yang khusus Ibunya siapkan untuk Prilly dan bodohnya Ali ia justru melupakan keberadaan rantang itu ketika turun dari taksi online yang ia gunakan kemarin.

"Ibu nggak mau tahu ya Bang pokoknya kamu harus tanggung jawab. Perasaan Ibu sakit sekali."

Ali nyaris tertawa ketika mendengar rengekan lebay Ibunya. Ibunya ini benar-benar seperti Aisya yang senang sekali mendramatisir keadaan. Benar-benar menggemaskan.

"Iya Bu. Abang tanggung jawab. Maaf ya Bu." Ali kembali meminta maaf pada Ibunya sampai akhirnya ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.

"Bu nanti Abang hubungin lagi ya." Ali berniat memutuskan sambungan telepon dengan Ibunya sampai teriakan sang Ibu di seberang sana menghentikan keinginan Ali.

"Tunggu! Ibu mau bicara sama calon mantu dong!"

Mata Ali membulat sempurna calon mantu kata Ibunya? Belum tahu aja kalau semalam putranya ini ditolak habis-habisan oleh gadis yang kini sedang menatap bingung kearahnya.

Prilly benar-benar bingung ketika melihat Ali menyodorkan ponselnya ke arahnya. "Kenapa?" Tanyanya kening berkerut.

"Ibu mau ngomong sama calon mantu katanya." ujar Ali dengan wajah biasa saja.

Kali ini mata Prilly yang membulat sempurna setelah mendengar perkataan Ali. Ibu Ali mau bicara dengannya? Berarti calon mertuanya kan? Benarkan?

*****

Jangan lupa ikut Po cerita ini yaa.. Silahkan list ke wa 081321817808

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang