"Ali.."Merasa namanya dipanggil sontak Ali menghentikan langkahnya dan menoleh ternyata Salsa yang baru saja memanggil dirinya. "Ada apa?" Tanyanya cuek dan dingin seperti biasa.
Jika di ingat kembali asal mula hubungannya dengan Prilly memburuk sebelum membaik seperti saat ini adalah Salsa tepatnya Ali yang membawa nama Salsa ke dalam pembicaraan mereka tempo hari di toko kue Ibunya.
"Kamu pulang sama siapa?"
"Sendiri." Jawab Ali singkat sebelum melanjutkan langkahnya kembali. Ia sedang tidak ingin berbasa-basi saat ini karena sebentar lagi ia harus menjemput calon istrinya.
Mengingat Prilly seketika hatinya menghangat.
"Nebeng dong!"
"Gue naik ojek."
Salsa tidak putus asa dengan cepat ia ikuti langkah Ali meskipun sedikit kewalahan karena langkah Ali yang begitu cepat sepertinya pria itu sedang terburu-buru.
Iya terburu-buru menghindari lo!
"Kalau gitu pakai mobil aku aja kita pulangnya." Tawarnya pada Ali.
"Tidak. Terima kasih." Ali semakin mempercepat langkahnya dan itu membuat Salsa kesal hingga dengan berani ia tarik lengan Ali.
Ali nyaris menubruk tubuh Salsa jika kakinya tidak kuat menahan tubuhnya. "Apaan sih lo!" Ali menyentak lengannya dengan kasar. Ia tatap Salsa dengan pandangan marah. Dia tidak suka ada orang asing yang menyentuh tubuhnya.
Salsa mengepalkan tangannya. "Kamu nggak adil." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Bukannya iba Ali justru semakin kesal hingga terang-terangan ia perdengarkan dengusan kesalnya pada Salsa.
"Kamu bisa tahan sama Prilly walaupun dia maksa tapi nggak sama aku." Pekik Salsa dengan tetesan air mata.
Beberapa murid yang masih berada di sekitar lobby sekolah tampak menaruh minat pada drama yang sedang Salsa ciptakan. Ali sama sekali tidak iba bahkan tatapan matanya semakin tajam memelototi wajah merah Salsa yang sudah bersimbah air mata.
"Apa kurangnya aku dibandingkan Prilly hah?!" Salsa semakin tidak bisa mengontrol emosinya.
Ali masih diam membiarkan Salsa mencurahkan isi hatinya meskipun waktunya semakin mepet. Ia harus kembali ke rumahnya terlebih dahulu sebelum menjemput Prilly dan mereka sama-sama ke butik.
"Jawab Li! Jawab! Apa yang kamu liat dari Prilly tapi tidak kamu temukan di aku?!" Isak tangis Salsa semakin membuat kerumunan murid-murid lain memenuhi lobby.
Sudah cukup! Ali mulai gerah.
"Udah?" Tanyanya dengan suara datar. "Lo mau tau apa yang nggak gue temukan dari lo tapi ada di Prilly?"
Salsa mengusap air matanya beberapa murid juga terlihat sedang merekam drama murahan itu. Sepertinya besok akan ada gosip baru yang patut mereka perbincangkan.
"Ketulusan. Lo nggak punya itu Salsa! Hati lo terlalu busuk dan gue benci sesuatu yang busuk!" Jelas Ali kejam namun ia tak perduli.
Selama ini ia selalu tutup mata setiap kali Salsa menganggu Prilly entah dengan gosipnya atau fitnahan yang membuat Prilly semakin dibenci oleh murid-murid di sekolah ini. Dulu mungkin Ali brengsek karena memilih diam daripada membela Prilly tapi tidak untuk sekarang.
Ia tidak akan membiarkan siapapun menghina apalagi sampai menyakiti Prilly calon istrinya.
Tangisan Salsa sontak berhenti dan murid-murid yang sibuk merekam tadi sontak terdiam. Mereka tidak mengira jika mulut Ali bisa sepedas itu.
"Dan mulai sekarang gue ingetin sama lo dan lo semua yang ada di sini." Mata tajam Ali menatap Salsa dan murid-murid yang mengerumuni dirinya. "Jangan pernah lo semua nyebarin lagi fitnah-fitnah yang ngebuat Prilly nggak nyaman karena gue sendiri yang akan kasih pelajaran untuk kalian jika hal itu kembali terjadi. Ngerti lo semua?!" Ancam Ali yang membuat murid-murid itu membubarkan diri mereka.
Mereka semua tahu jika Ali tidak pernah main-main dengan perkataannya.
Tinggallah Salsa yang mematung karena tidak menyangka jika Ali yang selama ini terlihat membenci Prilly ternyata bisa membela Prilly sampai seperti ini.
Ali menatap Salsa sebentar sebelum berbalik meninggalkan Salsa yang masih belum beranjak dari tempatnya.
***
Prilly sudah terlihat cantik dengan dress bunga-bunga yang melekat pada tubuhnya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai bebas. Wajah cantiknya ia poles dengan make up minimalis yang semakin membuat kecantikan gadis itu terpancar dengan sempurna.
Prilly tersenyum lebar saat menatap bayangannya didepan cermin. Ia tahu hanya cermin ini yang bisa melihat semua luka yang berusaha ia tutupi.
Lukanya hatinya yang menganga lebar karena diabaikan oleh Ayah kandungnya sendiri. Prilly tersenyum miris rupanya berada ambang kematian yang nyaris merenggut nyawanya sama sekali tidak membuat Ayahnya memperhatikan dirinya.
Alih-alih memperhatikan dirinya pria yang sudah menghadirkan di dunia ini justru lebih memilih menghabiskan waktu bersama perempuan yang dicintai olehnya.
Prilly tidak akan menangis lagi ia sudah berjanji untuk bahagia bersama Ali. Ia tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang sudah berusaha membuatnya tersenyum.
Meskipun tanpa Ayahnya, Prilly yakin ia masih bisa tersenyum salah satunya dengan kehadiran Ali, pria yang selama ini mencintai dirinya. Prilly tidak tahu Ali menikahi dirinya karena cinta atau apa tapi ia yakin Ali menikahi dirinya bukan karena warisan yang sebentar lagi akan ia dapatkan.
Papa Hendra dan Eyang Rita sudah menjelaskan semuanya padanya termasuk reaksi keluarga Ali yang menerima dirinya dengan tangan terbuka juga Ali pria yang sebentar lagi akan menjadi imamnya pria itu menolak keras ketika Papa Hendra ingin mencantumkan namanya sebagai salah satu pemegang saham di Laksana Group.
Ali menolak dengan alasan ia tidak pantas dan berulang kali pria itu mengatakan jika ia menikahi Prilly bukan karena saham atau apapun tapi murni karena ingin membahagiakan Prilly.
Prilly jelas tersipu, tersenyum malu-malu ketika Hendra menceritakan reaksi Ali kala itu. Tekadnya semakin bulat untuk hidup bahagia bersama Ali dan setelah menikah ia ingin kembali berjuang untuk mendapatkan hati Ali rasanya tidak akan sesulit jalannya yang dulu toh secara agama ia sudah sah memiliki Ali begitu mereka selesai akad beberapa hari lagi.
Prilly dan Ali terpaksa menikah siri untuk sementara waktu karena mereka harus merahasiakan pernikahan mereka dulu setidaknya sampai mereka lulus sekolah beberapa bulan lagi.
Tok! Tok!
"Iya masuk!"
"Maaf Non di depan apa Den Ali."
Senyum Prilly sontak mengembang lebar. "Suruh masuk aja Mbok sebentar lagi aku turun."
Setelah ART-nya keluar dari kamarnya Prilly kembali mematut dirinya di depan cermin setelah merasa tidak ada yang kurang pada penampilannya segera ia raih sling bag miliknya lalu keluar untuk menemui calon suaminya.
Ciee calon suami..
*****
Udah ikut PO cerita ini belum dear? Belum ya, ikutan gih karena di watt mau end nih...
Tapi boong🤣🤣🤣🤣🤣
Maafkan aku yang pagi-pagi udah ngegila di sini, jujur belakangan ini aku mulai lagi ngalamin yang namanya stress, 😥 entah karena apa tapi bawaannya pengen nangisss terus moodnya buruk sekali. Kasih saran dong dear biar aku semangat lagi kayak dulu, biasanya satu jam bisa ngetik sampai 4 bab tapi sekarang 1 bab aja belum tentu selesai satu jam. 😣
Maaf ya udah curhat pagi-pagi tapi untuk yang mau list pdf silahkan chat ke wa 081321817808 mana tau aku kasih harga murah gila ya kan? Hahaha..
Terima kasih dear...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
Roman d'amourNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..