Tak terasa satu minggu berlalu dengan cepat kini Prilly sudah kembali dari rumah sakit meskipun belum menginjakkan kakinya disekolah. Prilly masih membutuhkan istirahat yang cukup sebelum kembali beraktifitas.Mengenai pernikahannya dengan Ali semua di urus oleh Wulan calon Ibu mertuanya dan Eyang Rita. Dia dan Ali hanya terima beres saja.
"Jadi akadnya malam ya Pa?" Tanya Prilly yang saat ini sedang sarapan bersama Hendra.
Hendra menganggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat lesu entah apa yang sedang terjadi pada pria itu. Akhir-akhir ini pria itu terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. Wajah Hendra terlihat lesu dan kuyu.
"Iya Nak."
"Papa kenapa sih?"
Hendra mendongak menatap Prilly lalu keningnya berkerut. "Maksud kamu gimana?"
"Papa aneh deh." vonis Prilly yang membuat kening Hendra semakin berkerut dalam. "Aneh gimana sih Sayang?"
Prilly mengedikkan bahunya. "Aneh aja nggak kayak biasanya. Ada apa sih Pa? Papa berantem sama Carla?" Tebak Prilly asal namun mampu membuat wajah Hendra semakin lesu saja.
Sepertinya tebakan Prilly tidak salah. Wajah lesu Hendra saat ini pasti ada kaitannya dengan Carla, sahabatnya. Ada apa sih?
"Kenapa Pa? Cerita dong Papa sama Carla kenapa?" Buru Prilly yang mudah sekali penasaran dengan hubungan Hendra dan Carla ini.
Hendra menggeleng pelan. "Enggak ada apa-apa." Jawabnya jelas-jelas tidak akan di percayai oleh Prilly.
Prilly bukan anak kecil yang bisa ditipu seperti itu. Meskipun beban hidupnya akhir-akhir ini semakin berat namun ia tidak kehilangan kepekaannya pada orang-orang tersayangnya.
Prilly tahu Hendra sedang dalam masalah saat ini. Tapi ia tidak tahu masalah apa yang sedang di hadapi oleh Hendra.
"Carla yang bikin Papa gini ya? Owalah minta di jitak kepalanya memang anak itu!" Prilly berkata seolah-olah setelah ini ia akan segera menyambangi rumah Carla untuk melaksanakan apa yang baru saja ia katakan.
"Jangan!" Hendra sontak melepaskan sendok dan garpu di tangannya. "Carla tidak salah. Papa yang salah." Aku Hendra dengan wajahnya yang semakin tidak karuan.
Prilly menatap Papa-nya dengan ekspresi khawatir bercampur miris.
Hendra menatap Prilly sekilas sebelum kembali menghela nafasnya. "Papa kepergok Carla jalan sama wanita lain." Akui Hendra dengan ekspresi nelangsanya.
"Apa?!" Prilly tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Papa punya pacar?" Tanyanya masih dengan ekspresi terkejut.
Hendra mengedikkan bahunya. "Wanita itu salah satu kandidat yang Eyang pilihkan untuk menjadi Mama kamu." Jawab Hendra lesu. Senyum kecut terbit diwajahnya saat kembali mengingat percakapannya dengan sang Ibu beberapa hari yang lalu.
"Coba saja kenalan dulu siapa tahu kalian cocok kan? Ibu ingin sekali melihat kamu menikah Nak. Jangan kalah sama Mas kamu itu." ujar Rita disertai dengusan pelannya. Jelas sekali Rita sedang menyindir anak pertamanya yang sampai saat ini belum memperlihatkan batang hidungnya.
Agung menghilang bak ditelan bumi dan menurut informasi yang Hendra dapatkan dari salah satu anak buahnya saat ini Agung sedang bersama wanita simpanannya di pulau Dewata. Agung sedang berlibur di sana menghabiskan waktu dengan wanita simpanannya.
Hendra benar-benar tak habis pikir disaat putrinya memerlukan sosoknya Agung justru memilih menghabiskan waktu bersama wanita murahannya.
"Tapi Ma--"
"Sudahlah Nak. Jalani saja dulu Mama tidak akan memaksa jika kamu tidak merasa cocok."
Dan benar seperti kata Ibunya, Hendra tidak merasa klik dengan wanita yang dikenalkan oleh Ibunya alih-alih merasa klik ia justru merasa ilfil sendiri karena kesombongan wanita itu. Namun terlepas dari semua itu Hendra hanya menyayangkan kenapa di hari itu ia justru bertemu dengan Carla dan menjadikan wanita salah paham yang berujung membencinya.
"Jadi ini alasan kamu nolak aku terus Mas?" Ekspresi kecewa Carla membuat sesuatu di dalam diri Hendra terluka. "Enggak apa-apa aku ngerti sekarang. Selamat ya semoga Mas menderita dunia akhirat karena menolak wanita setulus aku hanya untuk botol kecap seperti ini." Hendra nyaris meledakkan tawanya ketika mendengar ucapan absurd gadis itu namun Carla terlebih dahulu pergi bahkan sebelum teman wanitanya sempat membalas hinaan Carla.
Dan sudah tiga hari gadis itu tak lagi menghubungi dirinya dan sialnya Hendra pun tidak mempunyai nyali menghubungi gadis itu. Hendra takut jika Carla menolak dirinya.
"Papa cinta sama Carla kan?" Suara Prilly tiba-tiba menyentak dirinya. "Perjuangin Pa sebelum Papa benar-benar nyesel nantinya." Ucap Prilly sebelum beranjak menuju pintu depan.
"Kayaknya Ali datang. Aku buka pintu dulu ya Pa." Prilly beranjak pergi meninggalkan Hendra yang termenung di meja makan.
***
"Hai calon Papanya anak-anak aku." Sapa Prilly ceria ketika mendapati Ali di depan pintu rumahnya.
Ali berusaha menunjukkan ekspresi datarnya namun tetap saja ia tidak bisa menyembunyikan rona merah yang menjalar di wajahnya.
Kekehan Prilly semakin membuat rona merah itu terlihat semakin jelas.
"Kamu ke sekolah naik apa Mas?" Tanya Prilly saat tidak melihat motor matic kesayangan Ali di dekat garasi rumahnya.
"Naik ojek motor aku tiba-tiba ngadat tadi pas mau jalan ke sini." Jawab Ali sebelum menyerahkan sesuatu di tangannya. "Ini catatan kemarin sengaja Mas tulis untuk kamu supaya kamu tetap bisa belajar walaupun tidak ke sekolah." Ali menyodorkan sebuah buku tebal ke hadapan Prilly.
Senyum lembut seketika terbit di wajah Prilly sejak memutuskan untuk berkomitmen Ali benar-benar menunjukkan sosok yang lain pada Prilly. Pria itu terlihat lebih hangat dan perhatian sekali tentunya meskipun jarang sekali bersikap romantis dalam artian memberi sentuhan pada Prilly namun perhatian kecil Ali yang seperti ini sudah membuat Prilly berbunga-bunga.
"Terima kasih Mas."
Ali menganggukkan kepalanya. "Nanti sore Mas jemput ya. Ibu bilang kita harus fitting terakhir hari ini." Prilly mengangguk setuju. "Iya Mas. Jemput ya." Kali ini giliran Ali yang menganggukkan kepalanya.
"Iya nanti Mas jemput ke sini." jawab Ali. "Ya sudah Mas ke sekolah dulu ya." Ali pamit ingin ke sekolah.
Tidak ada yang tahu perihal pernikahan mereka, semua dilaksanakan dalam keadaan tertutup sampai nanti setelah Ali dan Prilly lulus mereka baru akan mengadakan resepsi besar-besaran untuk pernikahan mereka.
Semua sudah setuju dengan kesepakatan itu termasuk Ali dan Prilly. Mereka kompak untuk tidak mempermasalahkan perihal pesta toh yang penting mereka sudah sah sebagai suami istri.
"Mas berangkat ya." Ali baru akan berbalik saat tangan Prilly terlebih dahulu menahan lengannya.
Belum sempat Ali bertanya ada apa tiba-tiba ia dibuat terpaku dengan apa yang Prilly lakukan.
"Hitung-hitung aku sedang belajar menjadi istri yang baik buat kamu Mas." ujarnya setelah mencium lembut punggung tangan Ali.
Prilly mendongak menatap Ali setelahnya memamerkan senyuman yang lagi-lagi membuat Ali berdebar. Refleks Ali memajukan wajahnya lalu..
Cup.
Satu kecupan hangat mendarat di dahi Prilly. "Mas juga sedang belajar menjadi suami yang baik." Ujar Ali setelah mengecup kening Prilly.
Ah, manisnya.
*****
Entah kenapa sekarang yang komen pada nggak semangat lagi yaa jadi ikutann nggak semangat ngetiknya ☹️☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomantizmNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..