Setelah dari butik Ali dan Prilly memilih untuk mencari tempat makan itu dikarenakan Prilly yang mengeluh lapar padahal tadi ia sudah makan siang dirumahnya dan sebagai calon suami yang baik, Ali jelas tidak akan membiarkan Prilly kelaparan.Dengan sabar ia kemudikan motor maticnya menyusuri jalanan kota yang semakin padat menjelang sore seperti ini.
"Jadi mau makan apa?" Tanya Ali sambil menolehkan kepalanya ke samping untuk menatap wajah Prilly yang memang sejak tadi sudah menyenderkan dagunya di bahu kiri Ali.
Prilly ikut menoleh menatap Ali. "Bingung mau makan apa Mas." Keluhnya dengan suara yang terdengar seperti merengek hingga menimbulkan senyuman kecil di sudut bibir Ali.
"Jajanan gitu mau nggak?" Ali mengarahkan dagunya ke pinggiran jalan dimana ada jejeran gerobak yang menjajakan berbagai macam jajanan disepanjang jalan yang mereka lalui.
Prilly menggerakkan kepalanya mengikuti arah dagu Ali. "Somay aja deh." Ujarnya saat melihat antrian di sebuah gerobak yang menjajakan somay.
Ali segera menepikan motornya di jajaran parkiran yang khusus di sediakan untuk para penikmat jajanan kota ini. Sebenarnya tempat ini dulu adalah sebuah taman yang cukup ramai namun dikarenakan beberapa hal taman tersebut dialihkan menjadi pusat jajanan khas dari beberapa daerah.
Dan pengunjungnya benar-benar luar biasa ramai hampir-hampir menyerupai bazar. Dan lebih menarik lagi taman ini terletak di pusat kota namun tidak mengganggu jalanan yang dilalui pengendara lain karena area parkir yang disediakan benar-benar luas jadi keberadaan gerobak dan motor atau mobil pengunjung sama sekali tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.
"Kamu duduk aja biar Mas yang antri." Ujar Ali saat Prilly ikut berdiri di sampingnya.
Prilly tersenyum lebar sebelum beranjak menuju kursi-kursi dan meja kecil yang memang disediakan di sana.
Dari kursi yang ditempatinya Prilly memangku tatapannya kearah Ali yang benar-benar terlihat mencolok di antara pria-pria yang mengantri lainnya. Ali mencolok karena ketampanan dan juga postur tubuhnya wajah dingin cenderung datarnya semakin menambah pesona dari pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
Wajah Prilly bersemu merah mengingat sebentar lagi dirinya dan Ali akan bersatu dalam mahligai rumah tangga. Bermimpi saja tidak pernah jika ia dan Ali akan menikah.
Pria itu terlalu sulit untuk ia raih namun siapa sangka, Tuhan justru mempermudah jalannya memiliki Ali alih-alih menjadikan pacarnya Ali justru memintanya untuk dinikahi bukan dipacari.
Manis sekali bukan?
Rencana Tuhan memang yang terbaik. Prilly percaya itu.
Dan ia juga yakin dibalik perbuatan menyakitkan Ayahnya ia akan diberikan hikmah paling baik oleh Tuhan nantinya. Prilly percaya jika suatu saat nanti Ayahnya akan kembali bersamanya meskipun harapan itu berkemungkinan kecil untuk menjadi kenyataan namun tidak salah bukan jika ia berharap demikian.
Prilly tahu, Hendra sudah memposisikan dirinya sebagai sosok Ayah sejak ia masih kecil namun Prilly juga berharap jika Ayah kandungnya suatu saat nanti akan sadar dan kembali padanya.
Mami juga setuju dengan harapanku bukan?
Prilly yakin almarhumah Ibunya juga akan mendukung harapannya. Ibunya yang begitu mencintai dirinya dan juga Ayahnya namun Tuhan terlebih dahulu memanggil beliau hingga kini Prilly hanya bisa meluapkan rindu dan curahan hatinya melalui doa.
"Kamu kenapa?"
Prilly membuka matanya ketika mendengar suara Ali didekatnya. Senyum manisnya terbit saat melihat Ali yang sedang menatapnya dengan ekspresi bingung.
"Aku sedang berdoa untuk Mami." Prilly tidak berbohong. "Dan aku juga sedang menceritakan jika kini ada sosok pria sempurna yang Tuhan kirimkan untuk menemani hari-hariku." sambung Prilly dengan mata berbinar penuh cinta menatap Ali yang mulai salah tingkah.
Ali selalu saja merona jika Prilly sudah mulai menatapnya seintens ini. "Su..sudah makan saja jangan menggombal!" Ujarnya dengan suara sengaja ia buat ketus namun semburat merah diwajahnya justru semakin terlihat hingga membuat tawa Prilly meledak.
Dan sore itu mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh canda dan tawa. Ah bahagia sekali pasangan ini.
***
Setelah menghabiskan waktu bersama akhirnya pukul 9 malam Ali mengantarkan Prilly kembali ke rumahnya.
Prilly baru saja melepaskan helm-nya lalu ia serahkan pada Ali.
"Masuk gih! Jangan begadang nggak baik buat kesehatan." Kata Ali setelah menerima helm dari tangan Prilly.
"Aku nggak begadang kok."
"Iya nggak begadang tapi tidurnya jam 4 pagi." Cibir Ali yang dibalas tawa oleh Prilly.
Akhir-akhir ini Prilly memang kembali mengidap penyakit lamanya yaitu insomnia. Mungkin efek kepalanya yang terus di peras untuk berfikir. Sebenarnya Prilly tidak ingin terlalu memikirkan perihal Ayahnya namun tetap saja otaknya bekerja tanpa harus diperintah hingga akhirnya semua berlanjut sampai membuatnya tidak bisa memejamkan mata.
"Mas aku boleh bertanya sesuatu?"
"Silahkan."
Prilly menghembuskan nafasnya pelan. "Apa tujuan Mas menikahiku?"
"Untuk ngebahagiain kamu apa lagi?" jawab Ali tanpa berfikir.
Prilly merasa dadanya mengembang karena perasaan haru dan juga bahagia. "Mas tahu setelah orang-orang tahu kita menikah akan banyak cibiran yang akan datang." Ali menarik nafasnya pelan. "Entah itu mereka mengira kita menikah karena kamu hamil duluan atau aku yang menikahi kamu karena warisan atau kekuasaan keluarga Laksana." Sambung Ali yang didengar dengan seksama oleh Prilly.
Prilly membenarkan apa yang Ali katakan karena sekarang mereka sudah berada di zaman orang-orang yang terlalu 'peduli' dengan urusan orang lain. Tetangga atau orang-orang sekitar sudah layaknya cctv berjalan saja.
"Tapi satu hal yang harus kamu ingat." Ali menatap dalam mata bening milik Prilly. "Tujuan utama Mas menikahi kamu adalah untuk menjaga dan membahagiakan kamu. Dan Mas yakin seiring berjalannya waktu Mas bisa membalas perasaan kamu sama Mas." Lanjut Ali dengan tekad dan kesungguhan yang terpancar di mata tajam miliknya.
Prilly bisa melihatnya. Ia bisa melihat betapa tulusnya pria didepannya ini. Dan Prilly bangga dari sekian banyak pria di dunia ini Ali-lah yang menjadi cinta pertamanya.
"Masuklah dan sampai berjumpa di pelaminan nanti." Ujar Ali dengan penuh kelembutan yang kembali membuat perasaan Prilly berdesir.
"Aku benar-benar udah nggak sabar menunggu hari itu Mas."
Ali tersenyum dan mengangguk pelan. "Iya Mas juga dan Mas harap setelah ini Tuhan akan mempermudah jalan kita untuk menuju kebahagiaan."
"Amin. Semoga kita bisa terus bahagia hingga menua bersama."
"Amin."
*****
Hanya untuk hari ini dengan 150k kalian akan dapat 10 cerita aku dan hanya berlaku untuk 5 orang aja ya.
Minat? Silahkan list ke wa 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomanceNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..