Bab 34

2.4K 397 16
                                    


"Mas bangun.."

"Kenapa Sayang?"

"Lihat ini!"

"Apa itu?"

Clarista menarik lengan Agung memaksa pria itu untuk segera membuka matanya. "Mas buka matanya dulu dong!" Paksa Clarista yang mulai kesal karena Agung kembali memejamkan matanya.

"Mas mengantuk sekali Rista. Nanti saja lah!" Agung menarik lengannya dari genggaman Clarista lalu berbalik memunggungi wanitanya itu dan kembali melanjutkan tidurnya.

"Sial!" Umpat Clarista menatap tajam punggung pria yang nyaris satu bulan ini menghabiskan waktu bersama dirinya.

Clarista memaksa Agung untuk pergi liburan bersama tujuannya hanya satu yaitu hamil. Benar, Rista berniat untuk mengandung benih pria itu hingga Agung tak bisa lagi mengelak untuk menikahi dirinya.

Clarista tidak bisa menjadi simpanan pria ini terus. Rista ingin dirinya diakui sebagai Nyonya Agung Laksana dan setelah itu ia akan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya sebagai istri dari konglomerat ini terlebih dengan kondisinya yang sedang mengandung penerus pria itu ia yakin Agung akan memberikan apapun yang ia mau termasuk mendepak putrinya yang sejak awal menjadi ancaman untuknya.

Clarista membiarkan Agung kembali terlelap ia memilih menyingkir dari kamar mereka. Clarista memilih untuk menenangkan hatinya yang panas karena diabaikan oleh Agung dengan menatap lautan luas didepannya.

Mereka sedang berlibur ke sebuah pulau pribadi milik keluarga Laksana. Tempatnya benar-benar indah hingga membuat Rista betah berada di sini nyaris satu bulan.

Selama tinggal di sini yang ia lakukan adalah bersenang-senang. Semua fasilitas di sini lengkap terlebih beberapa hari yang lalu Agung dengan begitu romantis menyiapkan makan malam untuknya di pinggir pantai dengan di kelilingi oleh lilin-lilin kecil berbentuk hati.

Clarista benar-benar tersanjung dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini meskipun Agung sudah tua namun ia baik-baik saja dengan semua itu karena yang membuatnya terpesona pada Agung sebenarnya bukan rupa pria itu melainkan isi dompetnya yang penuh dengan jejeran kartu kredit tanpa limit yang mampu membuat Clarista cinta mati pada Agung.

Clarista sudah memiliki beberapa kartu kredit tanpa limit yang diberikan oleh Agung namun jiwanya yang tamak jelas tidak merasa cukup dengan semua itu hingga ia berambisi untuk memiliki seluruh kekayaan Agung.

Rista mengusap perutnya yang datar. Benar, saat ini ia sedang mengandung benih dari Agung dan kabar baik inilah yang ingin ia sampaikan pada pria itu namun sayang Agung lebih memilih memeluk gulingnya dari pada mendengar kabar bahagia ini.

"Kamu harus sehat dan tumbuh dengan baik di sana. Aku memerlukan kehadiranmu untuk mengikat Ayahmu supaya tidak bisa melepaskan diri dari jeratan ku." Rista berbicara dengan perut datarnya dengan mata masih menatap lautan luas yang terbentang luas di hadapannya.

Rista menghentikan gerakan tangannya saat sebuah ide muncul di otaknya. "Aku harus segera kembali ke kota dan memberikan sedikit kejutan untuk calon anak tiriku." Ujar Clarista dengan senyuman sinis di bibirnya.

"Kamu siap bertemu dengan calon Kakak sekaligus calon sainganmu nanti?" Rista menunduk menatap perutnya. "Kamu harus siap karena menjadi anakku kamu akan ku tempah menjadi pribadi yang kuat." Lanjut Rista dengan pandangan berubah tajam.

"Aku tidak akan membiarkan kamu hidup susah sementara anak ayahmu yang lain berleha-leha menikmati kekayaan Ayahmu." Rista sontak membayangkan bagaimana enaknya Prilly yang hidup bak seorang Ratu karena menjadi putri sekaligus cucu tunggal seorang Laksana.

Rista tidak akan membiarkan Prilly bahagia karena setelah ini ia akan menghadirkan Laksana yang lain yang akan segera mendepaknya. Clarista akan membuat anaknya lah yang akan menikmati seluruh kekayaan dan kekuasaan dari Laksana.

Clarista bersumpah.

***

Menjelang malam harinya, Prilly dan Ali sedang bersiap-siap untuk datang ke jamuan makan malam yang khusus Eyang Rita siapkan sebagai bentuk syukur atas pernikahan mereka yang berjalan lancar hari ini.

Ali dan Prilly terlihat serasi dengan gaun dan jas yang mereka kenakan. Prilly terlihat manis dengan gaun berwarna coklat muda yang melekat pada tubuhnya begitu pula dengan Ali yang mengenakan jas dengan warna yang sama dengan gaun yang dikenakan istrinya.

Jas yang Ali kenakan terlihat santai tidak terlalu formal karena acara makan malam ini hanya di hadiri oleh keluarga inti mereka saja bahkan keluarga besar dari Ayahnya saja tidak diundang tepatnya Ali yang tidak menginginkan mereka hadir terutama Nenek dan Tante Asri, adik Ayahnya.

Ali terlihat menghembuskan nafasnya saat kembali mengingat kejadian memalukan saat akad tadi pagi. Tante Asri dengan tidak tahu malunya menghampiri Papa Hendra, Ali pikir wanita itu ingin menyapa saja rupanya Asri berniat menggoda Hendra yang tentu saja pria itu tolak mentah-mentah.

Ali dan keluarganya terutama sang Ayah benar-benar merasa sangat malu dengan kelakuan wanita itu terlebih Tante Asri ini masih memiliki suami bukan wanita single. Untung saja Hendra memaklumi dan tidak memperpanjang masalah.

"Lebay banget sih kalian! Aku cuma ngelakuin itu karena niru Mbak Wulan. Siapa tahu aku bisa ngegaet orang kaya kayak Mbak Wulan ngegaet Mas Hutama kan?"

Ali nyaris kehilangan kendalinya ketika Ayahnya menegur perbuatan Asri wanita itu justru balik menghina Ibunya jika bukan karena ditahan oleh Prilly mungkin Ali tidak akan bisa menahan diri.

Keluarga Ayahnya terlihat sekali tidak menyukai fakta jika gadis yang dinikahi olehnya adalah keturunan konglomerat karena Neneknya berkeinginan cucunya yang lainlah yang menempati posisi Ali saat ini.

Mimpi saja sana!

"Mas.."

"Ah iya Sayang?"

Wajah Prilly sontak merona saat Ali memanggilnya Sayang padahal ini bukan kali pertama tapi iya sih ini pertama kalinya Ali memanggilnya semesra itu setelah mereka terikat ikatan yang halal.

Dan dipanggil semesra itu oleh suaminya benar-benar membuat Prilly merona dan juga bahagia.

"Kenapa?" Tanya Ali saat melihat istrinya justru menunduk malu-malu setelah memanggil dirinya.

Prilly menggelengkan kepalanya. "Aku hanya ingin bertanya apa Mas sudah baik-baik saja?"

Ali memang mengalami perubahan mood yang luar biasa buruk setelah kejadian Tante Asri tadi. Ali merasa malu dan juga sakit hati dengan perlakuan Tantenya itu.

Ali tersenyum kecil. "Susah jauh lebih baik dan itu semua karena kamu." Ali tidak berbohong jika bukan karena Prilly mungkin ia sudah mendatangi Tante Asri dan melabrak wanita itu habis-habisan karena sudah mempermalukan keluarganya didepan keluarga Prilly.

"Syukurlah. Aku takut jika Mas tidak nyaman dengan acara makan malam ini."

"Tidak masalah toh acara ini juga untuk kita bukan?"

"Iya Mas. Eyang memang sengaja mengadakan makan malam karena kita belum bisa merayakan pesta pernikahan kita setidaknya sampai hubungan kita diketahui oleh khalayak ramai." Ujar Prilly lagi.

Ali mengangguk pelan. Tangannya terangkat menyentuh wajah istrinya yang seharian ini dipoles make up yang semakin menambah kecantikan wanitanya itu.

"Tidak apa-apa. Mas mengerti dan setelah ini mari kita mulai hubungan kita dengan cara kucing-kucingan." Ajak Ali dengan menaik turunkan alisnya.

Tawa Prilly terdengar entah kenapa ia merasa menjalani hubungan secara diam-diam dengan suaminya bukan sesuatu yang buruk. Tidakkah ini menantang adrenalin mereka?

*****

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang