"Kamu serius mau aku pergi?" Tanya Ali setelah membiarkan keadaan mereka untuk beberapa saat terjebak dalam keheningan.Prilly tidak menjawab wajahnya juga tidak ia palingkan untuk menatap Ali yang sejak tadi belum mengalihkan pandangannya dari Prilly.
Terdengar helaan nafas panjang dari Ali yang sontak membuat Prilly menoleh. "Kamu tahu akhir-akhir ini aku begitu sering memikirkan nyaris 3 tahun yang sudah kita lewati."
Prilly cukup senang dengan kata 'kita' yang Ali sematkan dalam perkataannya namun ketika mengingat bagaimana perlakuan Ali padanya sontak rasa senang itu berubah menjadi muram durja.
Prilly jelas tidak bisa begitu saja melupakan bagaimana perlakuan Ali padanya, pria ini pria yang ia cintai dengan sepenuh hati tega berkali-kali menyakiti perasaannya bahkan pernah dengan sengaja Ali lakukan supaya ia melepaskan pria itu tapi kenapa ketika ia sedang belajar melepaskan pria itu justru Ali menawarkan sebuah pernikahan padanya? Lelucon macam apa ini?
"Aku sering didera penyesalan dan juga rasa bersalah setiap kali mengingat bagaimana perlakuan burukku padamu selama ini." Prilly kembali memfokuskan dirinya pada Ali.
Pandangan mata pria itu terlihat menerawang tak lagi berfokus pada Prilly.
"Aku menyesal sungguh. Aku benar-benar baru sadar jika sikapku padamu buruk sekali dan hari ini aku berniat menebus semuanya. Maaf jika aku terlambat menyadari perasaanmu padaku." Kini tatapan Ali mulai kembali fokus pada wajah Prilly yang terlihat sekali tidak suka dengan pembahasannya.
Prilly sudah mencoba menutup luka-luka yang pernah Ali torehkan padanya namun malam ini dengan lugasnya Ali kembali mengungkitnya. Perasaan sakit itu masih sama hanya saja dulu Prilly memilih abai dan tetap fokus pada perjuangannya pada Ali tapi tidak lagi untuk saat ini.
"Perasaanku sudah mati." Gumam Prilly yang tentu saja didengar oleh Ali.
Seketika hati Ali berdenyut sakit. Ia tidak tahu kenapa tapi hatinya benar-benar terluka ketika mendengar langsung dari Prilly jika wanita itu sudah tak lagi menaruh perasaan padanya.
Seperti ini kah rasa sakit di tolak? Apa selama ini Prilly selalu mengalaminya ketika ia tolak? Bahkan ia masih ingat bagaimana kasarnya perlakuan ia pada gadis ini.
Ya Tuhan maafkan aku.
"Dan apapun alasannya aku tetap menolak menikahi kamu." Sambung Prilly yang kembali menciptakan luka lebar lainnya di hati Ali.
Prilly segera mengalihkan pandangannya ketika matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata tajam Ali yang entah kenapa terlihat begitu menyedihkan malam ini.
Mata yang biasanya menyorot tajam dirinya kini terlihat layu. Dan Prilly marah pada dirinya sendiri kenapa ia begitu mudah merasakan iba pada pria yang jelas-jelas menyakiti hatinya selama ini.
"Kalaupun ingin menikah kamu bisa menikahi Salsa atau siapapun yang selama ini memuja dirimu." Prilly berkata dengan ketus tanpa gadis itu sadari senyum kecil terbit di sudut bibir Ali.
Ali tahu saat ini Prilly sedang cemburu dan ia akan menjadikan kecemburuan Prilly ini sebagai pacuan semangat untuk nya yang sudah memutuskan untuk berjuang.
Ali jelas tidak akan langsung berbalik dan meninggalkan Prilly, ia tidak mau di kemudian hari ini kembali merasakan sebuah penyesalan.
Sudah cukup perbuatannya selama 3 tahun ini yang membuatnya menyesal nyaris mencekik lehernya sendiri. Dan mulai saat ini Ali akan berjuang selain menebus kesalahannya ia juga yakin bersama Prilly ia akan bahagia.
Benarkan? Tindakannya kali ini sudah benarkan?
***
"Kamu tetap mau balik Mas?"
Hendra yang sudah satu jam lebih duduk di teras rumah Carla menoleh lalu mendengus pelan saat melihat gadis itu sudah cantik tunggu bukan cantik maksudnya manis eh bukan tepatnya enak dilihat dengan piyama mickey mouse yang melekat pada tubuhnya.
Lah tidur aja masih pakek piyama kartun begitu coba-coba ngerayu gue Om-om yang doyan lingerie.
Hendra sontak mengalihkan pandangannya ketika melihat Carla melangkah mendekati kursinya. Rumah gadis ini dalam keadaan kosong orang tuanya tepatnya Mamanya Carla sedang ada keperluan di luar, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang 'enak-enak' Hendra memutuskan untuk menunggu di luar rumah saja tidak apa-apa dingin daripada 'panas-panas' ujung-ujungnya ngebuat dia harus menikahi gadis ini.
Sial! Kenapa ia justru membayangkan pernikahan dengan gadis labil ini.
"Mas lagi ngelamunin siapa sih? Aku? Kan aku udah didepan Mas ini mau ngapain? Pelukan ayok!" Ajak Carla dengan mata berbinar menatap Hendra.
"Tak cemplungin parit lama-lama kamu ya." Judes Hendra yang justru membuat tawa Carla terdengar.
Anak ini kenapa sih? Otaknya sengklek atau gimana? Dimarah malah ketawa.
"Sifat Om yang seperti inilah yang ngebuat aku jatuh Cinta." Ujar Carla genit sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Hendra sejenak terpaku dengan keimutan gadis ini namun hanya sebentar karena setelahnya mereka dikejutkan dengan suara petir yang begitu kencang.
Carla yang pada dasarnya penakut sontak menjerit lalu menangis histeris setelahnya hingga membuat Hendra berdiri dan meraih gadis itu ke dalam pelukannya.
"Sstt.. Tenanglah!" Hendra mengusap lembut kepala Carla yang menangis terisak-isak di pelukannya.
Hendra sudah mengenal gadis ini sejak kecil jadi ia jelas tahu jika sosok ceriwis Carla ini pada dasarnya memang penakut berbeda dengan putrinya yang hanya takut pada binatang lucu bernama kucing.
Selebihnya Prilly tergolong orang-orang yang berani, bahkan Prilly berani mengitari rumah mereka dalam keadaan gelap untuk mencari lilin jika itu terjadi pada Carla mungkin gadis itu akan mati karena ketakutan.
Lihat saja sekarang tubuh Carla terus bergetar, Hendra tahu gadis ini tidak sedang mengerjainya tangisan Carla sudah menjelaskan semuanya.
"Kita masuk ya?" Ajak Hendra, ia juga tidak tega melihat Carla kedinginan karena curah hujan malam ini semakin tinggi.
Carla melepaskan pelukan Hendra ia beranjak ke dalam rumahnya namun karena masih dalam efek terkejut tadi gadis itu nyaris terjerembab karena lututnya yang goyah, jika Hendra tidak memeluk pinggangnya mungkin kepala Carla akan terantuk dengan pintu rumahnya.
"Hati-hati." Bisik Hendra begitu dekat dengan telinganya hingga membuat Carla menoleh menatap Hendra yang juga sedang menatapnya.
Keduanya saling bertatapan dengan gemuruh di dada yang hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Kamu cantik Carla namun sayang usia kita bukan hal yang bisa dianggap biasa saja. Maaf saya menolak untuk memiliki hati kamu.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomanceNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..