"Kamu mau kemana Mas pagi-pagi begini?" Prilly bertanya saat kembali melihat suaminya sudah rapi padahal masih sepagi ini.Ali menoleh menatap istrinya lama sebelum kembali memfokuskan dirinya pada cermin didepannya. "Mas ada tugas di kampus." Jawabnya pelan bahkan sangat pelan hingga Prilly mengerutkan keningnya. Suaminya ngomong apa sih?
"Apa Mas?"
"Kamu hari ini ada rencana kemana?" Tanya Ali mengalihkan pembicaraan.
"Ke rumah Carla kayaknya kangen sama Dean." Mata Prilly sontak berbinar saat mengingat kerjapan polos mata bulat Dean, putra dari Papa Hendra dan sahabatnya Carla.
Ali menganggukkan kepalanya. "Nanti malam kita ke rumah Ibu ya udah lama nggak ke sana." Prilly mengangguk setuju. "Iya aku juga kangen banget sama Aisya." Sahut Prilly yang membuat senyum Ali mengembang lebar.
Prilly beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi, oh ya saat ini usia kandungannya sudah memasuki bulan ke 9. Yup! Tak terasa sebentar lagi Prilly akan menyambut kelahiran anaknya, Prilly benar-benar tidak sabar.
Prilly benar-benar sudah menjelma menjadi sosok perempuan dewasa, mungkin naluriahnya sebagai seorang Ibu tepatnya calon Ibu. Prilly tidak lagi mengeluh bahkan ketika muntahnya akhir-akhir ini mulai kembali menyerang dirinya namun tidak terjadi pagi hari melainkan malam tepatnya ketika menjelang tidur.
Prilly kembali mengusap perutnya dengan lembut. Kini ia sedang berdiri telanjang di depan cermin memperlihatkan bagian tubuhnya yang banyak mengalami perubahan terutama bagian payudaranya yang semakin besar dan bulat.
Prilly tidak perduli dengan bentuk tubuhnya yang berubah jelek yang terpenting untuknya adalah anaknya. Selama anaknya baik-baik saja maka semua akan baik-baik saja.
"Sebentar lagi kita akan bertemu Sayang." Prilly berbicara sambil menatap perut buncitnya melalui pantulan cermin.
Setelah puas menatap pantulan dirinya didepan cermin akhirnya Prilly memilih untuk melangkah ke bawah shower lalu mulai membersihkan dirinya.
Tak berapa lama Prilly setelah dengan ritual mandinya, dengan membelit handuk yang hanya menutupi setengah paha mulusnya, Prilly melangkah keluar dari kamar mandi.
"Tenanglah Mella! Ardi pasti tidak akan kenapa-napa. Bawa ke Dokter ya aku akan segera tiba di sana."
Deg.
Mella?
Ardi?
Siapa mereka? Kenapa Prilly merasa asing dengan nama itu?
"Jujur Mella sebenarnya aku sudah tidak bisa terus-menerus membohongi istriku tentang keberadaan mu."
Deg.
Bohong? Ali membohongi dirinya benarkah? Kenapa? Karena Mella?
Prilly masih mematung menatap punggung lebar suaminya yang terlihat kaku, Ali masih belum menyadari kehadiran dirinya pria itu masih sibuk berbicara dengan perempuan yang bernama Mella itu.
"Jangan mengungkit masa lalu Mella! Ingat dulu kamu yang ninggalin aku bukan aku yang ninggalin kamu!"
Deg.
Kali ini kaki Prilly terasa seperti jelly, jadi Mella adalah perempuan masa lalu suaminya? Dan Ali tidak pernah membicarakan perempuan itu padanya apa itu tandanya Ali mulai bermain apa dengan perempuan masa lalunya itu?
"Aku akan segera ke sana! Tunggu aku jangan panik!" Ali langsung memutuskan sambungan teleponnya dan berbalik seketika matanya membulat saat melihat tatapan sedih yang Prilly layangkan padanya.
"Jadi selama ini kamu bohongin aku Mas? Kamu nggak sibuk sama kuliah kamu tapi sibuk dengan perempuan masa lalu kamu itu iya?" Suara Prilly terdengar bergetar, satu persatu air matanya lolos meskipun ia seka dengan kasar tapi tetap saja air matanya menetes.
"Sayang kamu dengerin aku dulu ya." Ali bergerak mendekati istrinya namun dengan cepat Prilly memundurkan langkahnya hingga membuat kaki Ali seketika terhenti.
"Enggak perlu. Kamu bisa pergi bukankah wanita itu sangat memerlukan kamu sekarang?" Setelah mengatakan itu Prilly berbalik menuju lemarinya lalu mengambil asal gaun hamilnya dan kembali ke kamar mandi meninggalkan Ali yang mematung di tempatnya.
***
Prilly baru saja selesai mengenakan pakaiannya, ia sedang tidak ingin membuka suaranya hingga mengabaikan Ali yang terus menerus mengajaknya berbicara.
Prilly meraih tasnya lalu bersiap untuk keluar dari kamar namun dengan cepat Ali menahan dirinya. Prilly menatap suaminya dengan datar tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.
"Lepas!"
Ali menggelengkan kepalanya. "Aku mau kita selesein masalah kita dulu Sayang." Suara Ali terdengar memelas memohon kesempatan pada istrinya.
"Sejak kapan? Sejak kapan kamu berhubungan lagi dengan wanita masa lalu kamu itu?" Prilly bertanya dengan wajah datarnya.
"3 bulan yang lalu."
Seketika senyum miris terbit di wajah istrinya kali ini Ali tak perlu susah-susah menebak apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya karena ekspresi kecewa yang diperlihatkan istrinya sudah menjawab semuanya.
"Selama itu kamu bohongin aku? Tega kamu Mas!" Prilly menyentakkan lengannya yang dipegang oleh suaminya.
"Sayang, demi Tuhan aku sama sekali tidak berniat membohongi kamu dan aku juga tidak punya hubungan apapun dengan wanita itu. Aku berani bersumpah."
"Siapa yang tahu kali ini kamu berkata jujur atau kembali merangkai kebohongan untuk menipuku." Balas Prilly yang seketika membuat wajah Ali pias.
Ali sudah kehilangan kepercayaan dari istrinya.
"Aku akan ke rumah Papi. Tolong jangan susul aku! Untuk saat ini kita butuh jarak. Aku nggak bisa lihat kamu tanpa melukai hatiku. Karena berada di ruangan yang sama berbagi udara yang sama dengan kamu itu sudah cukup membuat hatiku sakit. Jadi tolong jangan pernah menampakkan diri kamu didepan ku Mas." Rentetan kata yang keluar dari mulut Prilly bak pisau tajam yang mengiris nadinya. Ali hancur. Ali benar-benar hancur karena wanita yang sangat ia cintai kini berpaling dan pergi meninggalkan dirinya sendirian.
"Argh!!!" Teriakan Ali terdengar memenuhi kamar mereka tepat setelah Prilly menutup pintu kamar yang selama ini menjadi tempat favoritnya bermanja dengan sang suami.
Menguatkan hati, Prilly melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya. Ia perlu waktu untuk memikirkan semua ini. Dengan linangan air mata Prilly memaksakan langkahnya menuju garasi mobilnya.
Setelah sekian lama akhirnya Prilly kembali mengemudikan mobil kesayangannya. Ia terlalu terlena dengan kebersamaan mereka hingga membuat tangis Prilly tak terbendung saat mobil yang ia kemudikan bergerak meninggalkan pekarangan rumah yang selama ini mereka tempati
"Kenapa kamu tega Mas? Kenapa? Kenapa setelah sekian lama kamu berhubungan dengan wanita itu kamu baru jujur sama aku. Kamu jahat Mas. Kamu benar-benar jahat!" Racau Prilly sambil menekan kuat-kuat pedal gas mobilnya.
Prilly terus menangis terisak-isak pandangannya juga mulai buram tertutup air mata yang tak kunjung kering hingga akhirnya Prilly tak menyadari sebuah truk didepannya menekan rem tiba-tiba dan semuanya terjadi begitu cepat mobil yang dikemudikan oleh Prilly menghantam kuat bagian belakang truk tersebut.
Braak!!
*****
Selamat pagi semuanya, yang udah nunggu pdf ini harap sabar ya saya masih nunggu laptop maklum kita pinjam laptop orang jadi harus sabar 😊😉
Tapi nggak apa-apa sih ada hikmahnya juga kenapa? Karena sambil nunggu nggak kerasa aku udah ngetik 10 Extra Part untuk cerita ini.
Begitu laptopnya ada pdf-nya langsung di readykan ya jadi sabar ya dear jangan ditodong tiap hari pasti dikirim pdf-nya tenang aja ya...
Untuk yang mau beli pdf ini masih bisa ya silahkan chat ke wa 081321817808
Terima kasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomanceNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..