Prilly duduk termenung di dalam mobil menatap sendu jalanan padat di sampingnya. Ia masih berada di depan toko kue Ali, ia benar-benar tidak menyangka jika pria itu bekerja di sini.Apa sesusah itu kehidupan pria itu sampai harus bekerja part time di dua tempat sekaligus karena menurut yang ia ketahui Ali membuka les privat untuk beberapa kelas khusus untuk mereka-mereka yang ingin menambah ilmu plus yang mengajar ganteng.
Prilly sempat kesal saat tahu jika murid-murid Ali didominasi oleh perempuan mana cantik-cantik lagi meskipun tetap lebih cantikan dia sih.
Prilly pernah beberapa kali diajak tepatnya memaksa Ali untuk membawanya ikut serta ketika pria itu bekerja dan Prilly hanya betah satu kali mengikuti pria itu bukan apa-apa ia takut tidak bisa menahan diri malah justru menjambak mereka-mereka yang menatap Ali layaknya santapan lezat.
Dan kini ia kembali mengetahui fakta baru jika Ali juga bekerja sebagai pelayan toko kue. Kasihan sekali pria itu pasti hari-harinya sangat melelahkan.
Jujur ia merasa khawatir pada kesehatan pria itu meskipun Ali menolak keras setiap perhatian yang ia berikan tapi namanya udah jatuh hati mau gimana? Di tolak pun ia tetap saja terus memepetkan diri pada sosok Ali.
Hati kapan kamu lelahnya sih?
Prilly memejamkan matanya, dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk ia memperjuangkan Ali namun sampai saat ini sama sekali tidak terlihat jika perasaannya akan bersambut. Apa ia menyerah saja pada Ali?
Menyerah memperjuangkan pria itu membiarkan Ali hidup bebas tanpa kekacauan darinya?
Terlebih Ali sudah berterus terang jika pria itu tidak merindukan dirinya sama sekali karena ada Salsa, wanita cantik yang dikenal baik hati dan menyukai Ali berbanding terbalik dengan dirinya yang dianggap sombong dan sampah di sekolahnya.
Untung saja ia putri dari pemilik yayasan jika bukan mungkin sudah sejak lama ia didepak dari sekolah itu.
Di dalam mobil Prilly terus bergelut dengan pemikirannya sampai ia tak sadar jika pria yang ia pikirkan sejak tadi sedang menatap kearahnya.
Sejak Prilly menghilang ke dalam mobilnya, Ali tidak tahu kenapa perasaannya benar-benar tidak enak terlebih ketika ia bisa melihat wajah sendu Prilly dari kejauhan.
"Bang tolong bantu Mbak-mbaknya packing kue pesanan Bapak itu ya." Wulan berbicara pada putranya yang sama sekali tidak mendengar apa yang baru saja Ibunya perintahkan.
Wulan yang ingin kembali ke dapur untuk membuat kuenya lagi sontak mengernyit bingung menatap putranya yang melamun. Wulan mengikuti arah pandang putranya yang tertuju pada gadis manis yang sepertinya sedang tertidur di dalam mobilnya.
"Itu pacar kamu Bang?"
"Iya Bu--eh bukan itu teman Abang. Teman sekolah." Ali menggigit lidahnya sendiri yang benar-benar tidak benar dalam menjawab pertanyaan menjebak dari Ibunya.
Wulan tak percaya wanita cantik itu justru mengerling menggoda puteranya. "Masak sih? Kayaknya Ibu nggak yakin deh kalau cuma sekedar teman. Pasti ada sesuatu diantara kalian kan? Hayo ngaku kamu Bang?" Wulan semakin gencar menggoda putranya.
Ali sedikit salah tingkah sebelum terlalu meninggalkan Ibunya. Ia memilih menyibukkan dirinya daripada meladeni kejahilan Ibunya yang sedang kumat.
Wulan tertawa kecil melihat putranya yang salah tingkah dengan sedikit membesarkan volume suaranya ia berkata. "Nggak apa-apa kok Bang, Ibu terima-terima aja kalau kamu kasih menantu apalagi gadis cantik itu." Ujarnya sambil mengerling ke arah mobil Prilly.
Astaga Ibu. Apa-apaan sih kan Ali jadi mau eh malu!
***
"Kamu kenapa sih Nak?"
Prilly menoleh menatap kearah kemudi dimana Hendra sedang menatap kearahnya juga. Mereka sudah selesai dengan urusan bolu gulung dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Eyang Ratna, Ibunda dari Papi dan Papanya ini.
"Kenapa apanya Pa?" Tanyanya dengan wajah bingung.
"Tadi loh waktu Ali mau nyapa dan ngucapin terima kasih masak iya kamu pura-pura tidur. Nggak boleh seperti itu Nak, nggak sopan sama teman begitu." Hendra mulai menasehati putrinya.
"Lebih nggak sopan mana ia memilih cewek lain disaat aku sedang merindukan dia hingga setengah mati." Gumam Prilly pelan sangat pelan bahkan Hendra terlihat ragu apakah putrinya sedang mengajaknya berbicara atau tidak.
"Kenapa Nak?"
Prilly menggeleng pelan. "Cuma lagi nggak mood aja Pa." Kilahnya memberi alasan, padahal ia benar-benar sedang sakit hati pada Ali.
Bagaimana bisa pria itu lebih memilih Salsa dari pada dirinya? Iya sih dadanya Salsa lebih besar dari dirinya tapi kecil-kecil begini ia asli punya loh bukan implan atau apapun.
Ia murni pemberian Tuhan bukan hasil olah tangan manusia.
Astaga Prilly! Apa yang lo pikiran sih? Masak iya Ali semesum itu sampai menjadikan ukuran payudara sebagai patokan utama sih?
Prilly langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak mungkin Ali seperti itu!"
"Seperti apa? Papa kok ngerasa ada yang aneh sama kalian berdua sih?" Hendra bertanya dengan ekspresi bingungnya. "Jangan-jangan kalian pacaran ya tapi diem-dieman gitu apa namanya?"
"Backstreet Papa."
"Ah iya strit itu." Hendra sok membenarkan padahal pengucapannya saja pria itu salah.
Prilly mendengus pelan, seganteng-gantengnya Papa Hendra sekaya-kayanya dia tetap saja perihal belajar pria ini nol besar. Hendra paling anti belajar apalagi bahasa asing sampai terkadang Prilly heran bagaimana bisa pria malas belajar seperti ini bekerja di perusahaan besar milik keluarga mereka.
Dan semua proyek yang dipegang oleh Hendra sukses besar. Benar-benar aneh sekaligus mengagumkan.
"Aku sama Ali cuma temenan kok Pa." karena sejak awal Ali memang tidak pernah menerima kehadiranku. Sambung Prilly didalam hati.
Jujur ia sakit tepatnya kecewa terutama pada dirinya sendiri yang begitu mudah jatuh dalam pesona sosok Ali pria pendiam namun sangat tampan. Sudah menjadi rahasia umum disekolah mereka jika tidak hanya Prilly yang mengincar pria itu tapi nyaris seluruh gadis yang ada di sana.
Siapa sih yang tidak mau memacari pria yang nyaris sempurna seperti Ali itu? Meskipun banyak yang menyayangkan status Ali yang hanya berasal dari keluarga sederhana bukan kalangan atas seperti mereka-mereka yang rata-rata putri dari pengusaha terutama Prilly yang menjadi paling utama jika diukur dari kekayaan dan kekuasaan keluarganya.
Siapa yang tidak mengenal Agung Laksana? Tidak ada, bahkan sangking terkenalnya pria itu sampai seorang wanita muda pun ingin menikahinya.
Entahlah, bagi Prilly saat ini kekuasaan keluarganya seperti sebuah musibah untuk dirinya. Benar-benar menyedihkan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomanceNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..