Bab 1

6.9K 422 65
                                    


"Apa yang paling kamu butuhkan di dunia ini?"

"Prilly silahkan kamu jawab duluan pertanyaan Ibu!"

Merasa dipanggil gadis bernama Prilly mendongak menatap kearah wali kelasnya. Sejak tadi fokusnya hanya pada seseorang yang duduk di sebelah bangkunya.

"Cinta, Harta dan Ali Bu." Jawabnya dengan penuh kepercayaan diri hingga membuat seluruh ruangan terdengar riuh karena teriakan dari siswa dan siswi lainnya.

Tapi siapa yang peduli? Prilly? Jelas tidak.

Hidupnya terlalu berharga kalau hanya untuk menghiraukan ejekan-ejekan yang dilayangkan padanya.

Prilly sudah terbiasa seperti itu hanya saja jika ia sudah marah maka hanya Ali yang bisa membendungnya.

"Nggak tahu diri banget lo!" Salsa salah satu siswi di kelasnya yang juga menaruh hati pada sosok Ali yang sudah setahun ini di klaim menjadi miliknya oleh Prilly terdengar mencela Prilly.

Prilly yang sudah kembali menatap Ali sontak berbalik dan melayangkan tatapan mematikannya pada sosok Salsa. "Apa lo bilang?" Prilly nyaris beranjak untuk melabrak Salsa jika sosok pujaannya tidak bersuara.

"Duduklah! Gue ingin belajar!"

"Baiklah."

Prilly langsung duduk tenang dan kembali tersenyum manis menatap Ali yang sama sekali tidak menggubrisnya.

Semua bermula kejadian dua yang lalu ketika mereka sama-sama mendaftarkan diri ke sekolah swasta di kota mereka ini. Sekolah swasta Bina Bangsa merupakan satu-satunya sekolah yang standarnya sudah setara dengan sekolah-sekolah di luar negeri.

Semua fasilitas di sekolah ini lengkap hingga membuat anak-anak kalangan atas begitu mengincar sekolah ini. Termasuk Ali meskipun bukan berasal dari keluarga kaya raya seperti teman-temannya yang lain namun berkat kecerdasan  yang ia miliki mampu membuat Ali lolos menjadi siswa teladan di sekolah ini.

Sebenarnya sekolah itu bernaung di bawah yayasan kepemimpinan dari seorang Agung Laksana yang tidak lain adalah Ayah kandung dari Prilly Putri Laksana.

Sehingga sudah jelas kenapa setiap Prilly bertingkah tidak ada yang berani menegurnya kecuali Ali, pria pertama yang memarahi sekaligus menolong dirinya ketika memanjat pagar sekolah dulu saat mereka sama-sama menjadi siswa dan siswi baru di sekolah ini.

Kala itu Prilly sedang suntuk sekali karena Ayahnya tak kunjung datang padahal itu hari ulang tahunnya namun karena tidak tahu bagaimana meluapkan kekesalannya jadilah Prilly membuat ulah dengan memanjat pagar di hari pertama ia diterima di sekolah ini.

"Woi lo manusia apa monyet sih?"

Prilly nyaris terjatuh karena teriakan itu namun dengan cepat Ali menolongnya hingga akhirnya Prilly jatuh ke dalam pelukan pria itu. Jantungnya sontak berdebar dan Prilly langsung mencetuskan Ali sebagai miliknya saat melihat tatapan tajam namun menawan yang Ali layangkan.

Dan semua itu berlanjut sampai saat ini. Sebentar lagi mereka akan lulus sekolah dan Prilly sudah merencanakan untuk mengajak tepatnya memaksa Ali untuk berkuliah di universitas yang sama.

"Nulis ibu Wina suruh nulis catatan itu! Jangan liatin gue terus!" Prilly mengerjap beberapa kali saat mendengar teguran dari Ali pria itu terlihat sibuk mencatat tanpa menghiraukan dirinya.

"Baiklah calon ayah dari anak-anakku." Jawabnya tanpa malu sebelum meraih bukunya dan mulai menulis.

Ali menoleh melirik tak kentara gadis cantik di sampingnya. Sabar Li! Sabar hanya tinggal beberapa bulan lagi setelah itu kamu akan bebas dari gadis ini.Ucap Ali didalam hati sebelum kembali memfokuskan dirinya untuk mencatat.

***

"Minggir lo! Gue mau duduk sebelah Ali."

Ali yang sedang menyantap makan siangnya mendongak menatap ke arah gadis aneh yang sudah nyaris tiga tahun ini terus mengikuti dirinya. Ali bahkan sudah bosan untuk menegur dan meminta Prilly untuk melepaskan dirinya namun percuma karena gadis ini sangat keras kepala.

Salsa yang menjadi saingan Prilly jelas tak cukup berani untuk terang-terangan melawan Prilly selain dikenal sebagai putri tunggal pemilik yayasan ini Prilly juga sangat dikenali dengan sifatnya yang super nekat ketika ia berkata akan memukul maka tak perlu menunggu waktu lama karena tangan gadis itu langsung bergerak untuk memukul lawannya.

Bahaya sekali memang gadis ini.

"Lo cari kursi lain sono! Ribet banget nih manusia satu!" Salsa mendumel namun pantatnya juga terangkat dari kursi yang ia tempati sebelum gadis pengacau ini datang.

Prilly tidak perduli dengan ocehan Salsa karena matanya lebih memilih menatap Ali dengan pandangan berbinar-binar saat melihat pria itu yang begitu lahap memakan bekal makan siangnya.

"Lo nggak makan?" Tanya Ali judes, ia risih juga jika lama-lama ditatap intens begitu oleh Prilly.

Prilly menggeleng pelan. "Enggak. Gue diet." jawabnya asal. Padahal ia memang sedang tidak bernafsu makan apalagi setelah pertengkaran hebatnya tadi malam dengan sang Ayah.

Prilly seorang piatu, Ibunya meninggal beberapa menit setelah ia dilahirkan ke dunia. Sejak bayi hanya Eyang dan Papa Hendra, Adik satu-satunya yang Ayahnya miliki.

Hanya mereka berdua anggota keluarga yang mau memberikan kasih sayangnya pada Prilly sedangkan yang lain justru menjauhi bahkan menghina dirinya. Prilly dianggap sebagai pembawa sial hingga Ibunya meninggal setelah melahirkan dirinya.

Prilly tidak perduli karena ia tidak merasa seperti itu bahkan bisa dibilang dia lah yang paling sial karena lahir ditengah keluarga penjilat yang menaruh harta dan tahta di atas segalanya.

Bagi keluarganya kecuali Eyang dan Papa Hendra, kekayaan dan kekuasaan adalah tombak untuk mereka bertahan hidup di dunia ini. Jika tidak ada kedua hal itu maka jangan coba-coba untuk mendekati keluarga Laksana.

"Ibu lo pandai masak ya?" Prilly bertanya karena selama ini ia selalu melihat Ali membawa bekal dengan menu berbeda-beda dan sangat bervariasi.

Ali mengangguk cuek dengan tetap melanjutkan suapan demi suapan ke dalam mulutnya. Ia tidak berniat menawari Prilly karena kehadiran gadis itu saja sudah cukup menganggu ketentraman hidupnya.

"Enak ya yang punya Ibu." Lirih Prilly pelan sangat pelan bahkan Ali sendiri ragu mengira gadis itu berbicara atau tidak.

"Lo ngomong apa?" Tanya Ali penasaran.

"Gue cinta sama lo. Jadi suami gue ya?" Oceh Prilly dengan wajahnya yang kembali berubah ceria.

"Ogah! Mimpi aja lu sana!" Ali langsung menolak dengan kasar bukannya sakit hati Prilly justru tertawa terbahak-bahak.

Apanya yang lucu sih? Bathin Ali aneh.

*****

Yang mau list pdf silahkan chat ke wa ya 081321817808

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang