"Sayang..""Eugh.."
Ali tersenyum geli saat panggilannya dijawab dengan lenguhan oleh istrinya. Pernikahan mereka nyaris memasuki 1 tahun dan sampai saat ini hari-hari yang mereka lalui benar-benar mampu membuat Ali mengembangkan senyuman setiap harinya.
Bahkan menurut Ibunya Wulan semakin hari senyumannya semakin lebar saja dan itu tandanya setiap harinya kebahagiaan Ali bertambah tentu saja kebahagiaan itu berasal dari istri cantiknya.
Ali sedang mengancingkan kemeja putih yang membalut tubuh tegapnya. Semenjak menikah Ali semakin rajin berolahraga dalam artian sebenarnya karena menurut beberapa orang rutin berolahraga dapat menambah staminanya ketika 'bekerja' dengan istrinya.
Ya Ali yakin semua mengerti maksud dari kata bekerja dalam tanda petik seperti yang ia sebutkan tadi. Ali tentu tidak akan menjabarkan bagaimana caranya bekerja ia hanya akan memberikan satu clue saja yang mengarah pada hasil yang ia dan istrinya dapatkan dari bekerjanya mereka dan kata itu adalah nikmat.
Sudah cukup! Jangan lagi bertanya karena Ali tak sempat dan tidak akan sempat menjabarkannya. Karena semua yang ia rasakan terlalu nikmat dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Intinya hanya satu yaitu nikmat.
"Jam berapa Mas?" Suara serak istrinya juga merupakan salah satu efek dari bekerjanya mereka.
Sial!
Kenapa Ali justru membayangkan kembali adegan demi adegan yang mereka lakukan semalam. Sialan! Sejak kapan memakai dasinya rasanya seperti mencekik lehernya.
Ali mengendurkan dasi yang sudah ia lilitkan pada lehernya melalui pantulan cermin didepannya ia bisa melihat tubuh mulus istrinya yang hanya tertutupi oleh selembar kain putih.
Prilly yang baru bangun dari tidurnya sama sekali tidak menyadari tatapan lapar yang dilayangkan suaminya terlebih ketika kedua tangannya bergerak menyisir rambut panjangnya secara asal sebelum ia cepol tinggi-tinggi diatas kepalanya.
Dan karena gerakan itu membuat selimut yang menutupi ketelanjangan melorot memperlihatkan kulit mulusnya yang kini penuh dengan bercak merah hasil karya bibir suaminya semalam.
Ali menelan ludah dengan kasar saat melihat area dada istrinya sesuatu yang membukit di sana benar-benar membuat bagian bawahnya sesak.
Sial!
Ali kembali mengumpat untuk ketiga kalinya saat menyadari jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan itu tandanya ia tidak bisa melancarkan aksi nakal yang sudah tersusun di kepalanya.
Mengabaikan pesona istrinya Ali buru-buru mengenakan kembali dasinya. Ia harus segera keluar dari kamar sebelum gairahnya mengambil alih kewarasannya rasanya tidak lucu Ali terlambat meeting hanya karena kalah dengan nafsunya.
Tapi Ali berjanji nanti malam ia akan menuntaskan semuanya. Istrinya pasti akan kembali mengeluh kelelahan setelah melewati ronde-ronde panas mereka.
Ali meraih jas warna navy miliknya lalu ia kenakan sebelum keluar ia menyempatkan dirinya berjalan kearah ranjang dimana istri cantiknya masih betah membiarkan tubuh mulusnya terpampang. Ali tahu istrinya pasti sengaja menggoda dirinya.
Cup
Cup
Cup
"Mas ke kantor ya Sayang. Ingat jangan kemana-mana kalau mau keluar kamu--"
"Harus telepon Mas dulu. Kabarin Mas kalau Mas ada waktu biar Mas yang antar jangan naik taksi atau angkutan umum lainnya. Mas nggak tenang takut kamu kenapa-napa. Benar kan itu yang mau Mas bilang?" Tanya Prilly dengan senyuman mengejek yang membuat Ali terkekeh bahkan tertawa geli.
Ali memang semakin posesif pada istrinya entah kenapa semakin hari semakin besar cintanya bertambah dan semakin besar pula ketakutan Ali akan kehilangan istrinya. Jadi ia tidak perduli ketika disebut suami posesif toh Ali hanya menjaga miliknya yang paling berharga apa itu salah?
Ali kembali mencuri satu kecupan di bibir istrinya sebelum benar-benar meninggalkan kamar mereka.
"Nggak usah antar kalau ngantuk bobo lagi aja. Mas cinta kamu." Bisik Ali sebelum tubuh tegapnya benar-benar berbalik meninggalkan kamar. Sebenarnya ada perasaan tidak rela ia meninggalkan istrinya jika saja ia bisa mungkin Ali akan memilih menemani istrinya sepanjang hari.
Sebesar itulah cinta Ali pada istrinya.
Sepeninggalan suaminya Prilly tak bisa menghilangkan senyuman di bibirnya. "I love you too Mas." Balasnya setengah berteriak meskipun sudah menutup pintu kamar tapi ia yakin suaminya pasti mendengar balasan cintanya itu.
Ah, Prilly benar-benar bahagia.
Prilly merasa saat ini dirinya lah wanita paling bahagia di dunia ini. Memiliki Ali, keluarganya dan juga keluarga Ali benar-benar melengkapi kebahagiaan Prilly meskipun ada sesuatu yang sedikit membuatnya khawatir yaitu anak.
Prilly menatap sendu perut telanjangnya, nyaris 1 tahun berlalu sejak pernikahannya dengan Ali tapi sampai saat ini ia belum merasakan tanda-tanda kehamilan.
Jujur, Prilly takut meskipun Ali dan keluarga mereka tidak mendesak untuk mereka segera memiliki anak tapi sebagai wanita Prilly memiliki ketakutannya sendiri.
Bagaimana jika dia mandul?
Bagaimana jika dia benar-benar tidak dapat memberikan keturunan untuk Ali? Apa Ali akan meninggalkan dirinya?
Tidak.
Prilly segera menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa kehilangan Ali tidak sampai kapanpun tapi apa mungkin ia tega bersikap egois dengan menahan Ali disisinya sedangkan ia tidak bisa memberikan sesuatu yang sudah seharusnya ia berikan sebagai istri Ali.
"Ya Tuhan.." Prilly meremas rambutnya dengan kasar. Selalu seperti ini jika ia ditinggal sendirian dan sialnya hari ini ia tidak memiliki jadwal ke kampus.
Ali dan Prilly sama-sama menempuh pendidikan di universitas yang sama dengan jurusan yang sama juga tapi bedanya Ali bekerja sambil kuliah sedangkan dirinya hanya berkuliah saja.
Prilly tidak akan sanggup seperti suaminya yang bisa membagi pikirannya antara bekerja dan belajar bisa berasap kepala Prilly jika seperti itu.
Ali bekerja di perusahaan keluarganya menduduki jabatan sebagai Manager keuangan di sana itupun karena desakan dari Agung, Hendra bahkan Rita. Sejak awal Ali memang tidak berminat untuk bekerja di sana namun karena Manager sebelum Ali melakukan tindakan korupsi hingga merugikan perusahaan sampai puluhan Milyar Ali terpaksa harus turun tangan dan berkat otak cerdas suami Prilly itu perusahaan kembali stabil seperti sediakala.
Hendra dan Agung benar-benar bangga pada kecerdasan Ali begitupula dengan Eyang Rita. Dan yang paling membuat mereka bangga adalah sikap rendah hati Ali yang sejak dulu tidak berubah.
Melihat keistimewaan suaminya maka semakin timpanglah dengan Prilly yang bahkan memberikan keturunan untuk Ali saja ia tidak bisa.
Prilly tersenyum miris sebelum satu persatu air matanya keluar seolah berlomba-lomba membuat pagi Prilly kembali diisi dengan tangisan. Dan benar saja detik berikutnya terdengar isak tangis Prilly memenuhi seluruh penjuru kamar.
****
Selamat sore semuanya..
Alhamdulillah cerita ini udah selesai pengetikannya yaaa..Insyaallah akan ready pdf-nya nanti malam kalau tidak sempat berati besok pagi.
Nah untuk yang udah PO dan udah TF pdf akan langsung dikirim ya kapan saja pdf-nya selesai karena saya nunggu laptop orang dulu.
Untuk yang udah PO tp belum TF bisa di Tf ya dear biar pengirimannya sekalian. Insyaallah PDf-nya akan segera dikirim terima kasih semuanya.
Yang mau beli pdf silahkan chat ke wa 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta, Harta dan Ali
RomanceNext cerita aku kali ini aku bakalan nulis cerita tentang anak SMA gitu, semoga suka yaa.. Silahkan cek ceritanya jangan lupa vote dan komennya ya dear..