Bab 6

2.2K 321 22
                                    


"Kamu kenal Nak?"

Prilly menoleh menatap Hendra yang sedang menatap dirinya dan Ali bergantian.

"Ini Ali Pa. Calon Ayah dari anak-"

"Saya Ali Om. Teman sekolahnya Prilly." Ali segera memotong perkataan ngawur Prilly hingga membuat gadis itu merengut imut.

Hendra tersenyum ramah begitu tahu jika Ali adalah teman sekolah keponakannya.

"Oh ya panggil saja Om Hendra. Saya paman rasa Papanya Prilly." Jawaban Hendra sukses membuat Ali mengerut bingung sedangkan Prilly mendengus pelan.

Haruskah Papanya itu memperkenalkan diri serumit itu? Membingungkan Ali saja.

"Kamu ngapain di sini?" Prilly beralih bertanya pada Ali yang masih menatap bingung ke arah Hendra.

Merasa Prilly berbicara padanya Ali menoleh menatap gadis itu yang hari ini terlihat sedikit apa ya? Kuyu atau sedih begitu tepatnya menyedihkan.

Mata bulat yang biasanya menyorot tajam orang lain hari ini terlihat sembab dan tidak bersemangat. Perasaan Ali ia baru hari ini tidak melihat Prilly tapi kenapa rasanya Prilly sedikit kurusan, pipinya yang biasanya tembem itu hari ini terlihat lebih tirus. Sakitkah gadis ini?

Tanpa sadar Ali justru semakin memfokuskan dirinya untuk memperhatikan penampilan Prilly yang tidak seperti biasanya.

"Ehem.."

"Putri Om cantik bukan?"

Ali mengerjap pelan, matanya berkedip beberapa kali sebelum menoleh menatap kearah Hendra yang sedang mengerling jahil kearahnya.

Sial! Dia ketahuan.

Ali mengerling sekejap kearah Prilly yang juga sedang menatap jahil ke arahnya.

Double sialan!

Ali menghembuskan nafasnya, ya ampun dalam hitungan detik ia sudah dua kali mengumpat. Luar biasa sekali.

"Om mau pesan apa ya?" Ali berusaha mengalihkan perhatian Hendra yang cukup berhasil ternyata. "Om udah pesan bolu gulung tadi." Jawabnya saat akan kembali membuka suara ponsel pria itu justru berdering meminta perhatian.

"Sebentar ya Papa angkat telpon dulu."

"Bentar ya Li. Om angkat telpon dulu." Hendra juga memberi tahu Ali dan Ali suka terhadap pembawaan Hendra yang ramah itu.

Ditinggal berdua dengan Ali membuat Prilly lebih leluasa untuk berinteraksi dengan Ali.

"Kamu nggak kangen sama aku?" Tanyanya langsung yang membuat Ali sontak menoleh. "Maksud kamu?" Dulu Ali pernah merasa risih berbicara 'aku-kamu' dengan Prilly karena hubungan mereka tidak sedekat itu namun seiring berjalannya waktu Ali mulai terbiasa dengan 'kedekatan' mereka yang menurutnya sedikit aneh dan memaksa.

"Aku hari ini nggak ke sekolah. Kamu rindu aku nggak?" Tanya Prilly tanpa basa-basi apalagi malu-malu kucing itu sama sekali tidak ada dalam kamus seorang Prilly Laksana.

"Biasa aja."Jawab Ali cuek seperti biasanya.

Ekspresi wajah Prilly sontak berubah dan itu sedikit membuat Ali terkejut. Biasanya gadis ini akan terus memberondong dirinya jika ia sudah bersikap cuek dan itu selalu berlaku ditengah interaksi mereka yang menurut Ali memaksa itu.

"Oh wajar sih lo nggak kangen gue lo kan punya Salsa di sekolah." Ali mengernyit bingung kenapa Prilly jadi membawa nama Salsa ke pembicaraan mereka.

"Itu kamu tahu." Sumpah, Ali tidak serius ketika mengatakannya namun tidak bagi Prilly.

Wajah kuyu gadis itu kini menyorotnya sendu dan entah berasal dari mana tiba-tiba Ali merasa hatinya sedikit perih tidak sedikit tapi benar-benar perih.

"Gue paham. Permisi!" Prilly langsung berlalu dari hadapan Ali yang terpana melihat perubahan gadis itu hari ini.

"Sejak kapan Prilly yang super keras kepala itu menyerah begitu saja?" Gumamnya sambil menyorot kepergian Prilly, gadis itu sedang berbicara dengan Om-nya sepertinya Prilly sedang meminta kunci mobil pada Om Hendra karena selanjutnya Ali melihat Prilly masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di depan toko kue Ibunya.

Dan lagi-lagi Ali kembali merasa denyut perih pada jantungnya ketika Prilly sama sekali tidak menoleh kearahnya.

Ada apa ini? Ada apa dengan hatinya?

***

"Jadi kamu nggak bisa nikahin aku Mas?"

"Bukan nggak bisa Sayang. Tapi kita tunda ya untuk beberapa waktu ke depan." Agung berusaha membujuk calon istrinya, Clarista.

Wanita yang kerap disapa Rista itu sontak mendengus pelan. "Alasan kamu Mas! Sudahlah aku benar-benar tidak ingin berbicara apapun lagi sama kamu! Pergi dari sini!" Usir Rista yang membuat Agung menggeleng pelan.

"Rista dengerin penjelasan Mas dulu Sayang." mohonnya yang dibalas gelengan tegas oleh Rista.

"Aku tidak mau mendengar penjelasan apapun Mas. Hari ini akhirnya aku tahu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh dengan hubungan kita." Ujar Rista sambil menatap Agung dengan tatapan nanarnya yang membuat Agung semakin merasa bersalah.

"Maafkan aku Sayang."

Rista sontak menjauhkan dirinya ketika Agung berniat memeluknya. Wajah Rista menoleh ke samping saat Agung berniat mengecup keningnya.

Terdengar helaan nafas lelah dari pria beranak satu itu. "Baiklah. Mas akan pergi tapi Mas janji akan segera menemui kamu dan Mas harap ketika kita bertemu nanti kamu sudah memaafkan Mas." Ujarnya sebelum benar-benar beranjak meninggalkan apartemen milik kekasihnya.

Apartemen yang Agung hadiahkan untuk Clarista beberapa bulan yang lalu ketika wanita cantik itu berulang tahun.

"Sialan!" Clarista sontak mengumpat kesal ketika Agung sudah benar-benar pergi dari apartemennya.

Ningsih -Ibunda Clarista- sontak keluar dari persembunyiannya ketika mendengar pintu apartemen terbuka lalu tertutup pertanda jika Agung pria yang beberapa waktu lalu dipacari oleh putrinya.

"Bagaimana Nak?" Tanyanya dengan penuh harap. "Kamu berhasil membuat Agung menikahi kamu?" Ningsih benar-benar menginginkan putrinya menikahi pria konglomerat itu meskipun duda beranak satu tak masalah bagi Ningsih yang penting ia bisa hidup enak sampai mati nanti.

"Berhasil apanya sih Ma? Mas Agung nggak bisa nikahin aku karena anaknya menentang keras keputusan itu." Clarista menceritakan semuanya pada Ibunya dengan sangat emosi.

Ningsih juga merasakan hal yang sama. "Kurang ajar! Bagaimana mungkin anak kecil itu bisa menentang orang tuanya?"

Rista menoleh menatap Ibunya sepertinya Mamanya lupa jika putri dari kekasihnya bukan lagi anak kecil.

"Prilly sudah berusia 17 tahun apa pantas disebut anak kecil lagi?" Ejeknya tak senang. Rista benar-benar membenci putri kandung Agung itu gara-gara gadis itu semua rencananya gagal.

Ningsih sontak terdiam ia benar-benar lupa jika usia putri Agung itu nyaris sepantaran dengan putrinya. Mereka hanya berselisih beberapa tahun saja pantas jika Prilly menolak keinginan Ayahnya untuk menikahi Clarista, putrinya.

*****

Alhamdulillah akhirnya bisa Update. Ada yang kangen aku nggak? Kangen aku atau kangen cerita-ceritanya aku nih hayo ngakuu..

Cinta, Harta dan AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang