Aku bisa mengatakan dengan lantang bahwa aku ini cukup ahli dalam masalah percintaan. 8 tahun lalu, di saat anak seumuran ku sibuk mencari kumbang rusa kala musim panas tiba, aku malah duduk di taman dengan tangan yang bertaut dengan bocah laki-laki yang menyatakan perasaannya kepadaku. Menikmati es potong dan tertawa ketika melihat wajah bocah itu memerah.
Semenjak aku pindah ke Osaka dan berada di bawah pengawasan keluarga Kita pun, aku sudah berkali-kali gonta-ganti pasangan hingga Kita Shinsuke yang ditugaskan untuk mengawasi ku tak bisa terkejut lagi.
Kita bukanlah tipe yang suka bertanya aku berkencan dengan siapa, yang penting baginya nilai akademik ku tidak turun karena ia tak mau repot-repot mengajariku di saat ia sendiri punya banyak tanggung jawab.
Tapi satu hal yang pasti, Kita hapal di luar kepala berapa lama aku berkencan dengan mantan-mantanku. Terjadi begitu saja, katanya. Mungkin karena ia cukup terkesan dengan kemampuanku yang bisa menemukan pasangan baru dengan cepat.
Ada yang bertahan hingga 6 bulan tapi ada juga yang bertahan hanya dalam hitungan hari. Masalahnya adalah mereka tak bisa menerima kenyataan bahwa aku tak sama dengan gadis yang lain. Fisik ku yang lemah diiringi oleh watak ku yang keras. Berpikir bahwa aku akan tunduk kepada seseorang adalah pemikiran yang bodoh jadi mereka akhirnya berbalik arah meninggalkanku.
Lalu, beberapa dari mereka juga cemburu dengan kehadiran Kita. Padahal mereka sendiri belum tentu bisa mengurusku dengan baik seperti yang Kita lakukan dan harusnya mereka sadar, jika Kita berhenti peduli kepadaku, aku mungkin akan kelaparan dan mati karena aku sendiri kerap melupakan jadwal makan atau pun minum obatku. Terutama di saat aku ditinggal sendirian.
Makanya aku berkata kepada Kita bahwa aku tak akan berkencan lagi hingga aku lulus nanti. At some point, berkencan bukanlah hal yang menyenangkan lagi dan aku tak ingin Kita semakin canggung berada di dekatku. Ia sudah menjauhkan dirinya semenjak salah satu mantanku membuat keributan di gymnasium tempat ia berlatih voli dan jujur itu membuatku sedih.
Rasanya aku kehilangan sosok saudara yang selalu berada di dekatku.
Alasan lainnya adalah karena aku tak merasa excited lagi. Jantung yang berdebar hebat ketika berpegangan tangan sepanjang jalan menuju rumah atau pun rona merah di wajah tak pernah ku rasakan. Pada akhirnya, semuanya menjadi tak berharga. Romansa yang dulu ku idam-idamkan tak pernah terwujud lagi.
Semuanya berganti atas nama nafsu semata dan pemuda yang berpikiran seperti itu membuatku jijik.
Kita pernah berkata padaku. Di saat kami menyusuri jalanan menuju konbini di sore hari demi membeli mirin dan bahan masakan untuk makan malam.
Ketika kau terlalu sering mencicipi makanan favoritmu, maka kau tak akan melabeli nya sebagai makanan yang istimewa lagi. Perlahan tapi pasti, rasanya tak lah se enak dulu lagi lalu kau akhirnya akan berpikir, "Wah, aku mulai muak dengan makanan ini."
Aku juga berpikir seperti itu. Untuk kurun waktu yang lama, aku memilih menyendiri, menolak pernyataan cinta yang aku terima maupun surat cinta yang terkadang ku temukan di lokerku. Aku yang dulu selalu menerima pernyataan cinta yang ditujukan kepadaku berubah dengan drastis. Nickname baru langsung disematkan kepadaku oleh siswi-siswi yang lain.
Namun, apa yang Osamu ucapkan barusan membuat wajahku memerah layaknya kepiting rebus. Aku bahkan tak bisa mengatakan apapun sebagai balasannya. Tak pernah sekalipun aku merasa segila barusan. Rasanya sirkuit di otakku langsung kacau.
Di saat aku sudah kembali pada kesadaranku dan berniat menjawab pertanyaan nya, Osamu sudah memutuskan panggilannya.
"Oh astaga..." Aku mendesah pelan sembari berjongkok. Menutupi wajahku dengan punggung tanganku yang bergetar, aku sadar bahwa aku benar-benar menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
hiraeth - miya osamu
Fanfiction6 tahun berpacaran dengan Miya Atsumu, [Full Name] tak pernah mengetahui bahwa pria yang ia kencani bukanlah Atsumu melainkan kembarannya, Miya Osamu. [Name] bahkan baru tahu kebenarannya ketika Atsumu berbicara kepadanya dan menyerahkan surat-surat...