xvi. forget-me-not

718 132 30
                                    

Kita Shinsuke masih ingat bagaimana kesannya terhadap [Full Name] saat gadis itu tiba-tiba muncul di depan pintu rumahnya bersama kedua orang tua gadis itu. Tubuh yang begitu mungil, rambut dengan warna yang mengingatkannya dengan musim semi dan senyum yang luar biasa lebar ditambah kepribadian yang begitu ceria.

"Ah, aku sepertinya tak akan bisa akur dengannya."

Baginya [Name] adalah badai yang muncul di hari yang seharusnya tenang dan cerah. Presensi nya membuat Kita berpikir bahwa hari-harinya yang tenang akan berubah dan benar adanya, tak ada lagi hari dimana ia bisa makan dengan tenang tanpa beban pikiran.

Sudah terbukti dengan pasti ketika nenek nya, Kita Yumie, meminta dirinya untuk mengurus [Name] yang tinggal sendirian di apartemen yang berjarak beberapa meter dari rumah keluarganya.

Yah, Kita sadar sih. Dia adalah anak pertama dan mentalnya jauh lebih dewasa daripada kedua adiknya. Bisa dibilang, ia adalah orang yang paling tepat untuk tugas ini karena jika meminta bantuan kepada saudaranya, keadaan mungkin akan jadi lebih kacau.

Tapi Kita tak bisa menghentikan dirinya untuk tak merasa jengkel. Ada banyak hal yang harus dia urus, orangtuanya selalu bekerja dan jarang dirumah jadi ia harus mengurus kebutuhan kedua adik nya sembari membantu Neneknya dan menyisihkan waktu untuk kegiatan klub voli yang ia ikuti serta belajar.

[Name] adalah seseorang yang ia anggap sebagai batu hambatan. Namun Kita tak bisa mengatakannya dengan lantang dan memilih menganggukkan kepalanya kepada sang nenek. Ia bukanlah tipe yang bisa mengatakan tidak kepada Neneknya.

Kendati begitu, untuk ukuran perempuan yang seharusnya bisa mengurus diri sendiri dengan baik jika sudah memutuskan untuk tinggal jauh dari orang tua, Kita bisa menyimpulkan bahwa [Name] jauh dari kualifikasi itu.

Gadis itu tak akan makan jika Kita tak menyajikan makanan untuknya dan selalu tenggelam dalam tumpukan buku yang ia bawa dari Kyoto. [Name] akan terjaga sepanjang malam dan saat di pagi hari, Kita harus menyeret gadis itu untuk beranjak dari kasur dan terkadang ia harus menyisir rambut [Name] ketika gadis itu sedang menikmati sarapan.

Imun tubuhnya yang lemah juga membuat gadis itu mudah sakit dan Kita harus siap mendengar gadis itu merengek kepadanya. Benar-benar definisi dari seorang beban tapi hari demi hari Kita hanya bisa menerima kenyataan itu. Anggap saja sebagai simulasi sebelum punya anak nanti, katanya.

Walau dalam hati Kita juga berdoa agar anaknya tak menjadi manusia seperti [Name].

[Name] memang punya kepribadian yang membuatnya tak canggung kepada orang yang baru dikenalnya tapi Kita tak terlalu suka dengan bagaimana [Name] begitu percaya kepadanya. Gadis itu setidaknya harus lebih berhati-hati apalagi ia sebatang kara disini.

[Name] hanya beruntung karena bertemu dengan Kita yang tak berpikiran licik dan suka mengambil keuntungan.

Kita juga tak menyukai sifat [Name] yang bisa dibilang barbar, gadis itu akan melawan secara terang-terangan murid yang membicarakan hal buruk tentang nya dan akan jatuh sakit setelah bertengkar. Membuat kerjaan Kita bertambah dan mau tak mau ia harus turun tangan langsung walau sekedar membela [Name] di hadapan murid-murid yang menyebarkan rumor buruk tentang [Name].

[Name] juga kerap bertukar pasangan hingga Kita pikir gadis itu adalah tipe yang tak akan pernah serius dengan perasaannya. Ia harus menghindari [Name], setidaknya itu yang ia pikirkan.

Hingga akhirnya ia mengabaikan pernyataan yang [Name] utarakan kepadanya hari itu. Menganggap bahwa gadis itu hanya melontarkan sebuah lelucon yang sama sekali tak lucu.

Namun seiring waktu berjalan, Kita tak berpikir seperti itu lagi. Ia mulai candu pada [Name] yang selalu duduk di beranda rumahnya dengan cangkir berisi teh oolong yang masih mengepul panas di sisi gadis itu, mengobrol santai dengan Neneknya dan saat Kita panggil, gadis itu akan menoleh dengan senyuman lebar di wajahnya.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang