xi. yellow hyacinth

762 172 17
                                    

"Rasa penasaran yang kau miliki bisa membunuhmu. Apa kau pernah mendengar ungkapan seperti itu, Osamu?"

Aku menatap pemuda di hadapanku, berhasil meloloskan jawaban setelah puluhan detik termenung karena pertanyaan nya yang tak kuduga sama sekali.

Ia terlihat terkejut dengan jawaban yang kuberikan. Terdengar begitu kasar memang, tapi aku harus melakukannya. Aku tak bisa memberitahu jawaban yang sebenarnya sekarang.

"Senpai, aku—"

"Aku sadar, kau hanya sekedar ingin tahu. Apa Atsumu yang mendesakmu untuk menanyakan ini kepadaku?"

Aku berusaha tersenyum, terlihat santai dan tak terganggu. Walaupun pikiranku saat ini begitu kacau dan aku sangat ingin melarikan diriku detik ini juga.

Apa sedari kemarin ia terus memikirkan hal itu? Apa fakta bahwa aku menyukai orang lain membuatnya gelisah dan memutuskan untuk bertanya secara langsung kepadaku? Atau apa benar Atsumu lah biangnya hingga ia memiliki keberanian sebesar itu untuk bertanya kepadaku?

Ada banyak yang ingin ku tanyakan tapi ku simpan di dalam hatiku. Lagipula aku tak yakin, jika aku mengatakan. "Kamu, orang yang kusukai adalah dirimu."  kepada Osamu detik ini juga ataupun mengecup pipinya untuk menunjukkan jawabanku, aku tak yakin ia akan segera menyatakan perasaannya kepadaku.

Bagaimana jika ia malah berubah risih karena aku tiba-tiba menyukainya? Seseorang yang selama satu tahun menghindari murid sepertinya serta kembarannya dan memilih berada di dekat Kita tiba-tiba mengaku menyukainya?

Rasa suka yang ia miliki kepadaku mungkin akan hilang dan ia mungkin akan berpikir bahwa aku semata-mata mendekatinya karena punya motif tertentu. Seperti mendekati Atsumu misalnya.

Maka dari itu aku kembali bersuara kepadanya yang terlihat kaget karena respon yang ku berikan sebelumnya. Aku harus menghentikan pembicaraan ini secepat mungkin karena ada kemungkinan kalau aku akan mengatakan hal-hal yang tak mengenakkan lagi kepada Osamu.

"Siapa nama orang yang aku sukai tak akan muncul di soal ujian mu nanti jadi tak usah dipikirkan, oke? Aku akan kembali ke perpustakaan. Sampai jumpa besok."

"Senpai!"

Napasku tercekat saat Osamu menangkap pergelangan tanganku. Tak terlalu kuat, aku bisa melepaskan diri dari nya saat ini juga namun untuk alasan yang tidak aku ketahui, aku tak bisa bergerak sedikitpun. Rasanya seseorang telah membekukan kedua kaki ku.

Pikiranku semakin kalut ketika aku menyadari bahwa Osamu terlihat begitu putus asa dari sudut pandangku.

"O-Osamu, lepaskan aku."

Kumohon, batinku. Topeng sok berani dan kalem yang sedang kupakai bisa runtuh kapan saja.

"Senpai, aku hanya ingin—"

"Oi Samu! Mau sampai kapan kau berduaan dengan [Last Name]-senpai? Cepat ke sini, kita akan mulai latihan!"

Aku tanpa sadar meloloskan sebuah hembusan napas lega saat Osamu berhenti berbicara akibat di interupsi oleh Atsumu yang sudah menyelamatkanku secara tidak langsung.

Netraku memperhatikan Osamu yang terlihat ragu, entah untuk menahanku sampai aku memberi jawaban yang bisa memuaskannya atau menuruti ucapan kembarannya.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang