xxiii. kagura dance

260 46 11
                                    


Sepertinya berjalan-jalan di area dibawah Kuil cukup bagus untuk aku lakukan dengan Osamu siang ini. Rasanya sayang jika aku tak memanfaatkan salah satu hari di Golden Week ini tanpa berkencan dengan Osamu.

Lalu, ketika sudah lapar nanti, aku akan mentraktirnya semua makanan yang ia mau sampai ia kenyang. Tak ada yang lebih menyenangkan daripada memperhatikan pipi Osamu yang membulat ketika ia menikmati makanannya.

Oh, aku harus meminta Koeda menyiapkan Yukata untuk aku dan Osamu juga nanti.

Kyaa, membayangkannya saja sudah membuatku senyam-senyum sendiri. Aku berani bertaruh Osamu akan terlihat sangat tampan jika memakai Yukata. Aku harus mengambil banyak foto nanti.

Harus.

Shou pasti akan mengerti jika aku beralasan kalau aku ingin makan siang di luar untuk mencoba suasana baru. Sedari pagi aku sudah disibukkan oleh ini dan itu, jika ia tak menerima alasanku, aku akan mengamuk atau mengancamnya saja.

Cara biasa tak akan bekerja dengannya yang keras kepala itu jadi aku harus memikirkan cara yang lebih ekstrim.

Haha, aku tersenyum miring karena sudah tak sabar untuk melihat ekspresi kesalnya nanti.

Namun nyatanya semua tak sesuai dengan rencanaku. Ya, tak peduli seberapa matangnya rencana yang ku pikirkan, jika lawanku adalah [Last Name] Shoutaro, aku hanya akan mengalami kekalahan yang tak diduga-duga.

Seperti saat ini, aku baru saja bertemu dengan Osamu yang terlihat lesu di belakang Koeda. Entah karena lelah berjalan atau canggung menghabiskan waktu dengan Koeda yang sama pendiamnya dengannya. Jadi, detik dimana dia menyadari aku tengah berjalan menujunya, matanya terlihat langsung bersinar seperti anak anjing mendapat mainan baru.

Aku yang sudah mendapat atensinya secara penuh langsung mempercepat langkahku. Setengah berlari ke arahnya sambil berteriak dengan girang.

"OSAAAA- heuk!"

Leherku benar-benar tercekik saat seseorang menarik leher bajuku agar aku tak menerjang Osamu yang berdiri beberapa langkah di depanku.

Tanpa menoleh pun aku sudah tahu siapa pelakunya.

Satu-satunya orang yang berani melakukan hal segila ini tanpa takut aku terbunuh oleh tindakannya hanyalah Shou seorang.

"Ada ritual yang harus kau hadiri [Name]."

Yups, ketika telinga dan otakku menangkap omongan Shou barusan. Detik itu juga aku menganggapnya tak waras. Ia bahkan tak memberikanku waktu untuk mengumpati tindakan brutalnya.

Bahkan detik ini pun ia masih memegang kerah bajuku dan membuatku melayang di atas lantai. Seolah ia tengah memegang tengkuk anak kucing.

Lagipula, apa katanya tadi?

Aku? Ikut ritual yang dipimpin olehnya?

Mana mung-

"-kin. Kau pasti berpikir seperti itu kan?"

"Apa kau cenayang?"

"Tidak. Tapi terlihat jelas di wajahmu." Shou menjatuhkanku hingga kakiku menginjak lantai lagi lalu melempar kostum yang perlu aku gunakan ke dalam pelukanku. Saking beratnya, aku pikir tanganku hampir patah. "Kenakan itu dan pergi ke aula utama lewat kamarmu."

"Yang benar saja. Kenapa aku harus mengikuti perintahmu?" Protesku padanya. "Lagipula aku ingin berduaan dengan Osa— huh?"

Aku yakin bahwa aku menunjuk posisi dimana pemuda itu berdiri tapi yang aku lihat hanyalah ruang kosong.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang