xxvi. a great way to start your morning.

191 42 3
                                    

Ponsel yang bergetar pelan membuatku tersentak dari tidurku. Mengerjapkan mataku pelan lalu mengusapnya, aku menatap leher Osamu yang berada tepat didepan wajahku.

Mulutku menganga saking kagetnya. Sial, apa aku tanpa sadar tidur di sebelahnya setelah kembali dari toilet tengah malam tadi?

Aku membalikkan badanku, begitu melihat futon yang aku tempati malah kosong melompong, aku hanya bisa memarahi diriku sendiri di dalam hati.

Yup, aku benar-benar sudah melampaui batas yang Shou tekankan kepadaku semalam.

Kakakku itu menyempatkan diri datang langsung ke Ryokan ini begitu aku menyampaikan kabar bahwa aku ingin menginap di Ryōkan yang telah dipesan Osamu. Seolah digebrek polisi, aku yang saat itu sedang bermain tenis meja bersama Osamu di ruangan rekreasi terlonjak kaget saat melihat Shou datang dengan napas putus-putus dan wajah memerah seolah ia berlari dari kuil hingga ke penginapan yang kami tempati.

"Ibu dan Ayah bilang tak apa kok?!" Protesku padanya kala itu.

Yang mana dibahas Shou dengan ekspresi seolah ia sedang dalam masa krisis terbesar dalam hidupnya. "Tapi aku tak ingin punya keponakan secepat ini!"

Shou mulai protes, memanggil pemilik Ryokan yang ternyata adalah kenalan Osamu. Mengatakan ini itu dan pemilik Ryokan hanya memberinya sebuah senyuman dan berkata, "Saya tahu Osamu-kun anaknya seperti apa. Saya tak akan mengizinkannya berbagi ruangan yang sama jika saya tak percaya padanya."

Sisi keras kepala Shou tetap menang sehingga ucapan seperti langsung keluar dari telinganya lagi. Sayangnya, keinginan Shou untuk menyewa kamar yang berbeda tak bisa dituruti karena kamar yang lain sudah penuh.

Membuatku tertawa cekikikan didalam hati.

Melihatku yang menahan tawa, ia balik mewanti-wantiku dan Osamu untuk tak berbuat hal yang aneh. Memberi ceramah panjang kali lebar yang mana aku dan Osamu dengarkan separuh hati.

Walaupun di satu sisi aku memahami rasa takutnya, di sisi lain aku ingin memukul Shou karena rasa tak percayanya terhadap adiknya sendiri.

Ditambah lirikan yang ia sempat ia layangkan padaku. Aku merasa, ia jauh lebih takut bahwa aku yang akan melakukan sesuatu kepada Osamu daripada sebaliknya. Yang mana membuatku langsung melakukan evaluasi pada diriku sendiri dan menekankan pikiran serta hatiku untuk tak berbuat macam-macam pada Osamu.

Shou baru berhenti bertingkah setelah Koeda datang dan mencoba menyeretnya yang nyaris menimbulkan keributan.

Ditambah Osamu juga menatapnya seolah Shou adalah orang paling aneh yang ia temui di dunia ini setelah kembarannya sendiri sembari berkata, "Saya bukan binatang buas yang akan langsung melompat setiap melihat binatang buruan. Seburuk apa sih penilaian anda terhadap saya?"

Penuh penekanan dan untuk sesaat Shou hanya bisa berdeham karena rasa canggung yang mengudara setelah seseorang yang lebih muda darinya berbicara dengan nada menusuk.

Kendati begitu, Osamu menambahkan kalimat yang akhirnya membuat Shou menarik napas lega dan undur diri untuk kembali ke Kuil bersama Koeda yang sudah menautkan alisnya karena kesal dengan tingkah laku Shou yang paranoid.

"Hal yang Shoutaro-san takutkan tak akan terjadi. Aku berpacaran dengan [Last Name]-senpai bukan untuk hal seperti itu dan jika, seandainya aku sempat melakukan hal yang membuat anda kecewa teramat besar, maka aku tak akan pernah menampakkan batang hidupku lagi pada segenap anggota keluarga [Last Name] hingga akhir hayatku."

Mungkin, bagian yang Shou lega adalah janji Osamu untuk tak akan menampakkan batang hidungnya lagi di hadapannya seandainya Osamu melakukan sesuatu yang tabu.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang