x. execution

723 177 67
                                    

"Uh, apa kita harus melakukan ini?" Aku menatap gerombolan pemuda yang berjongkok di balik semak-semak. Terlihat begitu antusias, padahal yang memiliki masalah adalah aku tapi malah mereka yang ingin balas dendam.

Bahkan Kita juga berada di antara mereka.

Aku sudah bilang kepadanya, bahwa ia dan yang lainnya tak usah repot-repot dan pergi latihan saja. Tapi entah beruntung atau malah sial, hari ini kegiatan klub mereka sedang libur.

"Kalau dia tiba-tiba menyerangku bagaimana?" Tanyaku ragu seraya melirik rokku yang ku naikkan hingga menampakkan pahaku. Kulakukan sesuai saran Atsumu untuk memancing Saijou.

"Sesuai rencana, Akagi-san dan Gin akan pergi ke ruang guru lalu sebagian dari kami akan memukulinya."

Aku menatap Atsumu yang kelewatan bersemangat dengan ragu. Aku tak sepenuhnya setuju dengan rencana yang mereka buat di belakangku. Terlalu beresiko dan mereka bisa kena masalah.

"Jangan pukul dia, oke?" Aku mewanti-wanti mereka. Mendapat tatapan kecewa dari si kembar. "Aku tak mau kalian kena sanksi dan tetap lah berpegang pada peran kalian sebagai murid yang numpang lewat di bagian belakang sekolah. Setidaknya itu terdengar lebih baik daripada kalian melakukan tindakan kekerasan. Guru-guru akan mempercayai Shinsuke karena dia bersama kalian tapi— pokoknya jangan bertindak gegabah."

Aku tak tahu lagi apa yang harus kukatakan. Ada banyak hal yang aku takutkan, aku tak mau pemuda-pemuda yang selalu memperlakukan ku dengan baik ini terkena masalah. Terutama si kembar dan Kita. Aku juga peduli pada yang lainnya. Berhubung aku sudah menjalin persahabatan dengan mereka dalam kurun waktu yang lama.

Suka duka telah kami lewati bersama. Kelulusan, perayaan 'Osamu', Aran dan Suna yang debut menjadi pemain voli profesional dan acara reuni yang kerap kami adakan tiap kali aku dan 'Atsumu' mengunjungi Osaka.

Di saat aku pindah ke rumahku yang baru dengan 'Atsumu' pun, mereka tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu rumah kami dengan sekotak kue dan makanan yang kami habiskan setelah menata semua barang yang aku bawa dari apartemenku yang lama.

Terkadang tanpa sepengetahuanku mereka sudah mempersiapkan pesta ulang tahun untukku dan memaksa 'Atsumu' melakukan cosplay walaupun pemuda itu jelas tak mau, semata-mata demi menyenangkan hatiku.

"Oh, dia sudah datang. Sembunyi!" Ginjima bersuara dengan cepat, menyadarkan ku yang sudah melamun dan menarik Suna yang sudah mengangkat ponselnya demi kepentingan dokumentasi. "Jangan terlalu tinggi, bodoh." umpatnya pelan.

"Tapi bagaimana aku bisa merekam nya dengan jelas kalau tak kuangkat?" Suna mengeluarkan protes kecil. Kita dengan cepat mencabuti beberapa daun dan menyediakan lubang yang cukup untuk kamera ponsel Suna.

"Gunakan ini."

Aku buru-buru beranjak dan bersandar pada dinding sekolah, berusaha bersikap setenang mungkin walau dalam hati merasa takut dan ingin lari.

Tak peduli seberapa sering nya aku berpacaran, tak ada korelasinya dengan kejadian yang akan terjadi. Mantanku tak pernah bersikap kasar kepadaku sedangkan pemuda yang berjalan ke arahku saat ini punya kecenderungan untuk bersikap kasar.

"Saijou-san." Panggilku pelan. Menghasilkan sebuah senyuman mengembang di wajah pemuda itu.

"[Full Name] ..... apa kau sudah membaca suratku?"

Aku menatap pemuda di hadapanku. Saijou Izuomi memanglah bukan tipikal pemuda yang akan kau cap jelek ketika memandangnya. Ia punya tampang plus kecerdasan di atas rata-rata, proporsi tubuh yang bagus namun kepribadiannya minus. Membuat semua aspek bagus di dirinya langsung sirna di mataku. Jika seandainya dia menggunakan metode yang lebih baik, aku mungkin akan menerimanya sebagai pacarku, dulu.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang