iii. weakling

1.1K 260 13
                                    

Aku membuka mataku dengan malas. Masih pukul setengah 6 pagi. Seharusnya sebagai murid SMA aku tak bangun sepagi ini berhubung kelas hanya akan dimulai pada pukul 8 pagi namun biasanya, di waktu sepagi ini Osamu sudah terbangun. Ia akan memelukku selama beberapa detik sebelum turun dari atas ranjang dan masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya.

Lalu, sebelum beranjak ke dapur, ia akan mencium kening dan pipiku hingga aku mendorongnya sembari mengerang kesal karena ia sudah menganggu tidurku lalu memasak sarapan untuk kami berdua.

Ah, aku merindukannya. Kehangatan yang selalu aku rasakan di pagi hariku benar-benar sudah hilang.

Aku bolak balik di atas ranjangku lalu turun dengan tampang datar. Pada cermin yang terletak di sudut kamarku, aku bisa melihat pantulan diriku yang mengenakan baju kaus polos berwarna hitam dan celana pendek selutut. Rambutku yang berwarna pink jatuh tanpa mengenai pundakku.

Aku benar-benar kembali ke masa lalu. Mengingat penampilan ku di 6 tahun ke depan sudah jauh lebih dewasa dan rambutku sangat panjang hingga menyentuh pinggulku.

Tubuhku yang sekarang juga terasa lebih ringan dan ketika melirik ke arah tanganku, bekas cubitan yang kulakukan di tanganku semalam masih berbekas dengan warna hijau kebiruan.

Aku agak tak mempercayai apa yang saat ini kulihat. Sebesar apapun keinginanku untuk bertemu Osamu, aku tak ingin jika ini semua hanyalah halusinasi ku semata.

Mungkin jika memiliki kesempatan, aku akan mengunjungi kuil rusa di Kyoto itu. Aku ingin bertemu dengan si biksu lagi. Minggu depan adalah golden week, aku bisa pulang ke Kyoto tanpa harus meminta izin.

Suara yang dihasilkan dari piring yang tengah di tata di atas meja makan ku mulai terdengar seiring aku membuka pintu kamarku. Aku agak berharap bahwa Osamu lah yang berada di luar sana namun apa yang kulihat membuatku cukup kecewa.

"Kau bangun lebih pagi daripada biasanya."

Kita menyambutku dengan suara datarnya yang khas dan aku hanya bisa menyunggingkan senyuman kecil. Manikku memperhatikan bagaimana dia meletakkan sarapan buatan neneknya di atas meja makan dengan lihai sebelum membalas, "Aku tak bisa selalu merepotkan mu untuk membangunkan ku setiap paginya bukan?"

Kita hanya menaikkan alisnya karena responku yang beda dari biasanya dan berkata. "Jika kau selalu bangun secepat ini, kau bisa sarapan di rumahku dan aku tak perlu repot-repot datang ke sini. Itu akan lebih baik karena aku bisa datang lebih pagi ke sekolah."

"Shinsuke, kau tak perlu melukai hatiku seperti itu." Aku menjawab sebelum membasuh mukaku tanpa menutup pintu kamar mandi. "Aku sudah berubah, mulai hari ini aku adalah [Full Name] yang baru."

"Oke, semoga bertahan lama. Aku permisi."

"Eh? Kau tak mau menemaniku makan?"

Aku melongokkan wajahku yang masih dipenuhi sabun cuci muka dan menatap punggung Kita yang sudah hampir mencapai pintu apartemenku.

"Untuk apa? Kau bisa menyuapi dirimu sendiri. Tanganmu masih berfungsi." Jawabnya dingin. Ia memastikan sepatunya sudah dipakai sebelum melirikku.

"Tapi aku ingin kau menyuapiku."

".... apa?"

Aku tersenyum jahil, teringat kalau aku belum pernah mengerjai Kita seperti ini di masa lalu.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang