xiii. her regret

724 164 56
                                    


"Yo, lover boy. Baru pulang dari kencan mu dengan [Last Name]-senpai huh? Bagaimana progres nya hari- oi Samu! Jangan kau abaika-" Si pemuda bersurai coklat terang mendecak saat kembarannya tak membalas sedikitpun dan malah menabraknya yang sedang berdiri di anak tangga paling bawah.

Wajah memerah padam akibat rasa malu mulai terasa di badannya, Atsumu lantas berteriak kesal. "Bunda! Samu mengabaikanku!"

"Berisik."

"Bunda! Samu bilang aku berisik!"

"Tsumu! Ini sudah larut malam!"

"Tapi Bun-"

"Tsumu?!"

"Osamu tuh Bun-"

"Sekali lagi kamu teriak, Bunda laporin ke Ayah kalau minggu kemarin kamu pergi karaoke an sama teman sekelasmu hingga larut malam, mau?!"

"Ampun ... "

Osamu mendengkus saat kembarannya terdiam karena mendapat teriakan penuh ancaman dari Bunda nya dan kembali melangkah menuju kamarnya. Ia membuka kamar yang dipasang papan nama dari kayu, bertuliskan "Kamar Abang Tsumu dan Abang Samu!" dan langsung rebahan di atas ranjang paling bawah.

Oke, ia baru saja melakukan hal yang gila.

Gila sekali hingga ia pikir ia sudah tak waras.

Ia menyentuh bibirnya yang tertutup oleh masker. Me-reka ulang tindakan spontannya dan nyaris meleleh di tempat.

Telinga [Last Name]-senpai nya yang memerah, bagaimana perempuan itu mendorongnya malu-malu sebelum menunduk untuk mengambil buku-buku milik Kita-san yang berserakan di jalan, Osamu sadar bahwa gadis itu tak sepenuhnya benci dengan apa yang telah ia lakukan.

Karena jika [Last Name]-senpainya membenci tindakan spontan akibat ia terlalu menyukai gadis itu, [Last Name] pasti sudah menamparnya.

Sebaliknya, [Last Name] malah pamit kembali ke apartemennya setelah berhasil mengambil buku terakhir dari atas jalanan dan Osamu tak bisa menghentikan netra nya untuk tak mengikuti langkah kecil gadis yang ia sukai itu.

Tapi tetap saja Osamu merasa bersalah sih. Ia 'kan sama sekali tidak minta izin. Kalau Bunda tahu tentang apa yang terjadi, bisa-bisa jatah jajan nya di kurangi.

Pintu kamar yang terbuka lagi membuat Osamu kembali ke alam sadarnya, terlebih Atsumu masuk sembari mengomel.

"Seriusan, Bunda tahu darimana sih?" Ia menutup pintu kamar lalu berencana untuk naik ke atas ranjangnya. Tapi begitu menyadari bahwa Osamu mengekori gerakan nya dengan manik kelabu nya, ia berhenti melangkah. "Apa?" Tanyanya sewot, masih kesal karena sebelumnya diabaikan.

Osamu tak langsung menjawab sehingga Atsumu memutuskan untuk duduk di kursi belajar dengan posisi menghadap Osamu dan memainkan bola voli di tangannya. Tanpa perlu ditanya pun, Atsumu sudah tahu bahwa Osamu ingin membicarakan sesuatu

"Kau tak berhasil mendapatkan jawaban dari [Last Name]-senpai?" Atsumu kembali bersuara. Berusaha untuk tetap bersabar menghadapi kembarannya yang terus membisu dan entah kapan akan mulai percakapan.

"Ia sepertinya tak ingin memberitahuku." Jawab Osamu lemah.

"Walaupun kau sudah melakukan semua saranku?"

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang