Hatred
"Senpai, tamagoyaki."
"Huh?" Aku mengerjapkan mataku, tak berhasil mencerna apa yang lawan bicaraku katakan barusan dan benar saja, tamagoyaki yang sudah berada di ujung alat makan yang ku pegang jatuh begitu saja ke atas meja. "Akh! Maaf!"
Aku buru-buru mencomot olahan telur itu dengan sumpitku lagi dan memakannya dengan cepat. "Belum 5 detik jadi masih aman. Benar kan?"
Osamu yang duduk di seberangku menghela napasnya dan tawa kecilnya bisa ku dengar walaupun nyaris tertutupi hiruk pikuk siswa-siswi lain yang sedang makan siang di kantin. "Apa yang senpai pikirkan sampai melamun di tengah makan begitu?"
"Haha, sesuatu." Aku menjawab dengan tawa canggung sembari mengalihkan pandanganku. Karena tak mungkin aku mengatakan, 'Oh aku sedang memikirkan bagaimana caranya membujuk Shinsuke untuk memutuskan benang merah di antara kami' pada Osamu secara blak-blakan.
Lebih baik aku mengalihkan perhatiannya dengan pertanyaan lain daripada membuatnya mencurigaiku habis-habisan.
"Apa kalian benar-benar tak dapat waktu libur di musim panas ini? Aku tahu Interhigh sudah dekat tapi yang benar saja, kenapa jadwal kalian dipenuhi latihan semua?"
"Ah ya, libur musim panas hanya namanya saja bagi kami. Semenjak aku mengikuti klub voli, musim panas selalu dipenuhi kamp pelatihan, latih tanding dengan sekolah lain atau mahasiswa universitas lalu Interhigh." Osamu mengatupkan kedua tangannya tanda ia sudah selesai makan. Seperti biasa ia makan begitu cepat. "Kenapa? Senpai sedih karena tak bisa bertemu denganku?"
"Yah itu juga sih... " Aku memejamkan mataku, berusaha fokus dengan masalah yang memenuhi kepalaku. "Sayang sekali aku tak bisa ikut ke kamp pelatihan dengan kalian."
"Mungkin bisa jika Kita-san dan senpai berbicara pada Coach?"
"Tidak, tidak," Aku mengibaskan tanganku dengan cepat, membantah usulan yang Osamu berikan. "Lama-lama orang akan salah paham kalau aku sudah jadi manager kalian. Lagipula aku sudah janji pada Shinsuke bahwa aku akan menghabiskan waktu dengan Nenek Yumie sebelum kembali ke Kyoto."
Osamu yang sedang merapikan kotak bekal miliknya yang sudah isinya sudah tandas serta merta berhenti bergerak.
"Kita tak akan ada waktu untuk berduaan lagi. Minggu depan ujian semester sudah dimulai, setelah itu libur musim panas. Hmm, ini akan sulit." Aku terus bergumam sembari mengunyah olahan telur yang dimasak oleh Osamu untukku.
"Bagaimana dengan Interhigh?"
"Oh kalau itu tentu saja tak akan aku lewatkan. Aku akan pergi dengan Nenek Yumie. Setelah memastikan kalian mendapatkan medali emas dan merayakan kemenangan kalian, aku akan mengambil kereta terpisah ke Kyoto."
Aku sudah menyusun rencana ini jauh hari. Dengan begini Shou juga tak akan protes dengan janjiku bahwa aku akan kembali ke Kyoto musim panas nanti dan membantunya di Kuil.
Sayang, aku harus melupakan rencanaku untuk pergi menonton kembang api di festival musim panas bersama Osamu nanti.
Padahal aku sangat ingin melihat bagaimana kerennya Osamu yang sedang memakai Yukata dan dibawah cahaya lentera kedai makanan di sepanjang area festival di adakan. Tahun depan aku harus pastikan bisa melakukan itu dengannya.
"Kalau aku berhasil dapat medali emas, apa aku akan dapat hadiah khusus dari senpai?"
Aku menoleh pada Osamu yang terlihat sangat bersemangat? Entahlah, ekspresi wajahnya masih terbatas seperti biasanya karena ia memang setenang itu namun dari kilau yang terpancar di iris abu nya saat ini, tak salah lagi, jika mengandalkan intuisiku ia sepertinya mengharapkan sebuah hadiah dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
hiraeth - miya osamu
Fanfiction6 tahun berpacaran dengan Miya Atsumu, [Full Name] tak pernah mengetahui bahwa pria yang ia kencani bukanlah Atsumu melainkan kembarannya, Miya Osamu. [Name] bahkan baru tahu kebenarannya ketika Atsumu berbicara kepadanya dan menyerahkan surat-surat...