v. untold

952 245 37
                                    

Aku tersenyum dengan pongah saat melihat Kita dan Neneknya melahap Onigiri buatan ku sampai habis. Aku membuat sedikit Onigiri sebagai percobaan malam ini dan lihat, mereka tak melayangkan protes sedikitpun kepadaku.

"Apa yang terjadi padamu? Tiba-tiba mempunyai bakat memasak seperti ini." Kita bertanya dengan heran saat mengantarku ke depan rumahnya.

Aku tak mungkin menjawab bahwa aku sudah menemani Osamu semenjak ia merintis bisnis Onigiri nya dan hafal semua resep milik pemuda itu di dalam kepalaku. Walaupun Onigiri buatanku tak lah dan tak akan pernah seenak buatan Osamu, setidaknya bisa dibilang kemampuan memasak Onigiri ku sedikit berkembang. Dari yang selalu asin dan isiannya tak enak, menjadi lebih layak dimakan.

Tentu saja bagi Kita yang selalu menikmati karya terburukku, Onigiri yang kubuat terasa jauh lebih enak dan lebih layak.

Jadi, aku hanya menjawab dengan santai. "Aku hanya melihat resep di youtube. Onigiri adalah makanan orang Jepang dan terbilang sangat simpel. Akan sangat memalukan jika aku tak bisa membuatnya bukan?"

"Masuk akal. Walaupun bentuknya agak aneh." Kita menjeda sejenak sebelum berkata lagi, mengabaikan ku yang menjerit protes kepadanya. "Kalau begitu, kenapa tidak sekalian kau buatkan untuk anggota klub voli?"

"Huh?"

"Buatkan untuk yang lain. Beras dan isiannya masih banyak bukan?"

"Eh tapi—"

"Apa? Jangan bilang kau ingin menghabiskan semua nya untuk dirimu sendiri?"

"Bukan begitu—"

"Oke, berarti kau akan membuat onigiri untuk yang lain 'kan? Aku akan mengabari Aran dan yang lainnya. Bahwa ada makanan gratis setelah latihan besok."

"Chotto!!"

Namun Kita sudah berbalik arah, masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan ku yang mengumpatinya di dalam hati karena tak pernah bisa melawan nya.

***

"Osamu, ini bentomu."

Si kembar Miya yang sebelumnya bercanda dan menyikut satu sama lain seraya memasuki lantai satu gedung sekolah langsung membeku di posisi mereka dengan tampang terkejut saat melihatku berdiri di depan loker sepatu mereka.

"[Last Name]-senpai?!" Atsumu menjerit layaknya anak gadis sedangkan Osamu mengerjapkan matanya berkali-kali.

Aku tertawa kecil saat melihat reaksi mereka. Di saat bersamaan tak menyangka bahwa mereka akan sekaget itu karena ada murid kelas tiga yang berdiri di bagian loker sepatu murid tahun ke dua. "Tak usah kaget begitu. Aku hanya menepati janjiku. Ini."

Osamu menerima kotak bento miliknya yang sudah ku bersihkan dan ku isi berbagai varian Onigiri dengan canggung. "Terimakasih." Gumamnya.

Aku mengamati wajahnya sembari menahan senyuman. "Kalau begitu, aku ke kelas duluan. Sampai ketemu sore nanti."

"Senpai!"

Aku yang sudah membalikkan badanku sontak berhenti melangkah, aku agak ragu awalnya. Karena namaku tak disebutkan tapi siapa lagi yang akan Atsumu panggil ketika hanya aku seorang murid kelas 3 yang berada di dalam radiusnya?

Membalikkan badanku, aku membalas dengan nada sedikit ragu. "Ya?"

Atsumu mengulum bibirnya lalu menyikut pinggang Osamu pelan. Membuat kembarannya mengaduh kesakitan karena serangan dadakan yang tiba-tiba di lancarkan. "Osamu ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Kau—"

"Ayo, cepat katakan sana!"

Kini, giliranku yang mengerjapkan kelopak mataku sembari mengamati Atsumu yang terlihat antusias dan memaksa kembarannya yang bersungut-sungut kesal.

hiraeth - miya osamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang