09 | SEPERTI SEMULA.

472 88 473
                                    

Kamu itu aneh. Sungguh sulit untukku tebak.

~Xylona Aranessya~

-Happy Reading-

ARA mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia masih tidak percaya dengan sosok pria yang kini berdiri di depan halaman rumahnya. Detak jantung gadis itu bergemuruh hebat. Ada perasaan senang dan bingung yang kini sedang menyelimuti hatinya. 

"Kak Samu?" Pria itu menoleh, melemparkan senyum manisnya pada Ara yang langsung merasa lemas. "Kak Samu kok ganteng?" 

Ara menutup mulutnya cepat. Lalu ia membalikkan badannya membelakangi Samudra dan mengumpat pelan. "Bego! Bego banget, sih!"

Ara menoleh kembali dan menyengir lebar. "Lupain ya, Kak!"

Samudra mengangguk lalu mengulurkan tangannya membuat dahi Ara mengernyit heran. "Kenapa?"

Samudra terkekeh pelan. "Ayok berangkat sekolah!" ujarnya seraya menarik tangan Ara lembut, lalu menggenggamnya. 

Ara menggigit bibir bawahnya menahan gugup. Demi odading mang oleh yang rasanya seperti ironman, jantung Ara semakin berdetak tak karuan. Gadis itu menatap tangannya yang di genggam lalu beralih menatap Samudra yang terlihat santai.

"Kak Samu kenapa jemput Ara?"

Samudra mengedikkan bahunya. "Pengen aja."

Lalu, pria itu menyodorkan helm pada Ara yang masih bingung. Dengan ragu, Ara mengambil helm tersebut dan memakainya. 

"Ayo naik!" Lamunan Ara buyar saat Samudra menepuk bahu kanannya. Ara mengangguk singkat seraya naik ke atas motor ninja milik Samudra. 

Selama di perjalanan, pikiran Ara masih melayang entah kemana. Gadis itu merasa sangat aneh. Apakah dirinya kini sedang tidak bermimpi?

"Udah makan?"

Ara mengerutkan dahinya ketika samar-samar mendengar suara Samudra yang sedang fokus mengendarai motornya. "Kak Samu ngomong, kah?"

"Iya. Ara udah makan?"

"Hah?!" teriak Ara, kepala gadis itu maju ke samping telinga Samudra memperjelas perkataan pria itu.

Samudra menghela napas sejenak. "Udah makan?"

"Oh iya," jawab Ara membuat alis Samudra mengernyit heran. "Kok oh iya?!"

"Hah, kenapa-kenapa?!" Samudra mendengkus sebal, sepertinya suara yang ia keluarkan tidak jelas ke telinga Ara. Karena gadis itu memakai helm dan ada suara motor dan mobil yang sedang berjalan.

"Nggak, lupain!"

Sementara Ara, gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa begitu bego karena tidak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Samudra. 

Samudra memarkirkan motornya di tempat biasa. Pria itu langsung menarik tangan Ara agar mengikuti langkahnya. "Makan dulu, ya."

Ara menggeleng. "Tapi Ara udah makan."

Samudra terkekeh pelan. "Maksudnya gue yang makan. Lu cukup temenin gue doang."

Ara tersenyum kikuk. Lagi dan lagi ia merasa malu. "Iya, Kak."

"Tadi gue ngomong nggak kedengeran, ya?" Ara menganggukkan kepalanya. "Kedenger, cuma nggak jelas."

Samudra mengangguk mengerti, ia langsung duduk di tempat yang kosong dan memesan makanannya. "Yakin nggak akan makan?" 

MAGNET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang