06 | SEPERTI ASING.

667 111 470
                                    

Layaknya seperti orang yang tidak saling kenal, sekarang terjadi antara aku dan dia.

~XYLONA ARANESSYA~

-Happy Reading-

ARA mengucek-ngucek matanya yang terpapar sinar matahari. Ia menatap jam alarmnya yang kini berpukul 07.15 pagi. Matanya melotot sempurna, ia langsung terduduk dan mengecek alarmnya lagi.

"Jam 7 lebih 15?"

Ara melongo ditempat, ia masih mengumpulkan nyawanya dan melihat alarmnya sekali lagi. Ia berharap bahwa dirinya salah lihat.

"HUAAAAA BUNDAAAAAAAAA ARA KESIANGANNN!"

Ara memekik hebat membuat Bi Ijah dan Pak Tomi mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.

"Non, kenapa Non?" tanya Bi Ijah, khawatir.

Ara langsung turun dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya. "BIBI, PAK TOMI ARA KESIANGAN OEMJIIII!" ujarnya heboh.

Bi Ijah dan Pak Tomi mengerjap-ngerjap matanya, lalu mereka saling lempar tatapan. Bi Ijah tersenyum kikuk lalu ia langsung menyuruh Ara untuk segera mandi.

"Non Ara mandi dulu, ya. Biar Bibi sama Bapak yang nyiapin sarapan sama baju Non Ara."

"Bunda sama Ayah udah berangkat Bi?"

"Kan dari kemarin malam juga belum pulang, Non." Ara menganggukkan kepalanya pelan, ia langsung masuk ke dalam toilet.

Pak Tomi langsung duduk ditepi kasur Ara, ia mengelus-elus dadanya sabar.

"Untung na teh anak Bu Naya sareng Pak Frans," ujarnya pelan.
(Untungnya tuh anak bu Naya sama Pak Frans.)

Bi Ijah langsung menepuk bahu Pak Tomi, ia mendelik kesal.

"Geus bae, namina ogé murangkalih."
(Udah biarin, namanya juga anak kecil.)

"Atuh naha teu di hudangkeun ku Ibi."
(Kenapa nggak dibangunin sama bibi.)

"Nya sugan teh weh libur."
(Ya kirain libur.)

"Nya engeus atuh, rek manaskeun heula mobil."
(Yaudah, mau manasin dulu mobil.)

"Jig kaditu."
(Gih sana)

Bi Ijah pun langsung keluar dari kamar Ara setelah menyiapkan baju untuk gadis itu.

Ara pun tak yang membutuhkan waktu lama dari mandinya, ia langsung memakai baju seragamnya, lalu ia turun ke bawah menghampiri Pak Tomi yang sudah siap di depan halaman rumahnya.

"Ayok Pak berangkat!"

"Makan dulu, Non," ujar Bi Ijah.

"Nggak deh Bi, entar aja di sekolah."

"Yaudah, hati-hati ya Non." Ara menganggukkan kepalanya, lalu ia masuk ke dalam mobilnya dan berangkat ke sekolah bersama Pak Tomi.

Ara menghela napasnya berkali-kali. Ia merasa kesal. Sangat kesal. Bagaimana tidak? Pintu gerbang sekolah sudah ditutup oleh Pak Joko, satpam sekolah, dan melarangnya untuk tidak boleh masuk. 

"Ish Pak, entar sama Ara dibeliin ice cream, deh."

Entah sudah yang keberapa kali Ara berkata seperti itu. Ceritanya tuh ia sedang menyogok Pak Joko agar membuka gerbangnya. Pak Joko menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menatap Ara heran, mana ada orang tua seperti Pak Joko di sogok oleh ice cream?

MAGNET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang