Tawa Azila tidak pernah pudar sejak tadi, gadis itu berlarian di tepi pantai dan bermain air. Posisi mereka sekarang sedang berada di Gili Trawangan dan sesuai kesepakatan mereka akan bermalam di sini.
"Azila, makan …!" Teriakan Kinara membuat Azila yang sedang asik memungut batu karang yang menurutnya bagus itu lantas menoleh.
"Belum laper," cicit Azila saat Kinara mendekat ke arahnya.
"Lo lama-lama kayak bocah tau, nggak? Pantes aja Gavin suka manggil lo bocah SD." Kinara tertawa pelan, memperhatikan tingkah Azila yang kembali sibuk dengan dunianya memungut beberapa batu karang yang terdapat di pasir pantai.
"Azila, ayok …!" ajak Kinara lagi, sedikit kesal.
"Nanti dulu," tolak Azila tanpa menoleh sedikit pun.
Kinara hendak membuka suara tapi urung saat melihat kedatangan Gavin. Cowok itu memberi isyarat menggunakan telunjuknya yang ia letakkan di depan bibirnya seolah mengatakan pada Kinara untuk diam.
Kinara mengangguk paham, lantas meninggalkan tempat itu.
Azila masuk fokus bermain dan kini sasarannya adalah pasir pantai. Gadis itu membuat sebuah bangunan dengan telaten. Menulikan pendengarannya saat mendengar suara deheman di belakangnya.
"Azila …?"
"Nanti dulu, ish!" tolak Azila kesal.
"Makan!"
"Belum laper," jawab Azila kelewat santai.
"Azila, makan …," tekan Gavin masih setia berdiri di belakang Azila.
"Nanti dulu, belum lap--huuaaaa!" Azila memekik histeris saat merasa tubuhnya melayang di udara.
"Gavin, turunin …!" Azila memukul punggung Gavin karena cowok itu menggendongnya layaknya karung beras.
"Diem, bocah!"
"Aku bukan bocah!" rengek Azila semakin kuat memukul punggung tegap milik Gavin karena cowok itu memanggilnya dengan nama 'bocah' dan Azila tidak suka panggilan itu.
"Diam, Azila …."
Bibir Azila maju beberapa centi karena kesal dengan ucapan Gavin, ia masih memukul punggung tegap cowok itu walaupun tidak sekeras yabg tadi. Hingga beberapa saat kemudian Azila dapat bernapas lega saat kakinya kembali menginjak tanah.
"Lo kalo lagi sama Azila, kayak lagi jaga bocah SD tau, nggak?" Kenzo terkekeh geli memperhatikan bagaimana sikap Gavin terhadap Azila.
"Aku bukan bocah, ya …?" peringat Azila menatap tajam ke arah Kenzo yang sama sekali tidak dihiraukan cowok itu.
"Debatnya nanti dulu, sekarang makan. Gue udah laper!" Gisya melerai perdebatan antara Kenzo, Gavin dan juga Azila karena perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi sedari tadi bersuara minta diisi.
"Aku mau ikan," rengek Azila dengan mata berbinar melihat ikan bakar yang berada di depan Gavin.
"Pedes," ucap Gavin.
"Vin, udah kasih aja. Dari pada ntar dia nangis." Kinara bersuara sekilas melirik ke arah Azila dengan kekehan kecilnya.
"Ya udah, iya. Nih!" Gavin akhirnya memberikan ikan bakar tersebut pada Azila membuat gadis itu senang bukan main.
Menikmati makanan di tepi pantai ditemani suara ombak yang menggulung indah seolah menjadi irama yang begitu menyejukkan.
Mereka menikmati makanan dalam keheningan, walaupun tidak bisa dipungkiri Gavin yang masih mencuri pandang ke arah Azila. Gavin sesekali mengulum senyum melihat bagaimana gemasnya Azila saat makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...