Arsya mengambil alih Azila dari pelukan Kenzo, membawa wanita itu untuk duduk pada kursi panjang yang ada di sana. Arsya menangkup pipi chubby Azila dan menatap matanya lekat."Selama ini kamu ke mana aja?" tanya Arsya dengan suara lembut, ibu jarinya bergerak menyeka air mata yang masih menetes membahasi pipi Azila.
Azila tidak mampu menjawab, ia hanya bisa menangis membuat Arsya memeluk tubuhnya.
"Gavin," cicit Azila dalam pelukan Arsya.
"Gavin, pasti baik-baik aja."
Tidak berselang lama pintu ICU terbuka menampilkan seorang dokter keluar. Dengan cepat, Azila menoleh dan bangkit dari duduknya, ia berjalan ke arah dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan adik saya?" tanya Gisya cepat sebelum Azila membuka suara. Kilatan emosi masih terlihat di matanya membuat Kenzo menggeram tertahan. Kenzo berlaih berdiri di belakang Azila, memegang pundak sahabatnya.
Dokter pria itu tersenyum melepas masker yang dipakainya, menatap empat orang di hadapannya secara bergantian.
"Alhamdulillah, sebuah keajaiban. Pasien sudah melewati masa kritisnya. Sekarang akan dipindahkan ke ruang rawat biasa," tutur dokter tersebut berhasil membuat tangis bahagia di antara mereka pecah. Gisya langsung memeluk Arsya yang berada di sampingnya, sementara Azila hanya bisa membekap mulutnya sendiri mendengar berita beberapa detik yang lalu.
"Kekuatan cinta memang tidak bisa diragukan lagi. Selamat." Dokter tersebut mengulurkan tangannya pada Azila yang disambut dengan gemetar oleh Azila.
"Terima kasih," ujar Azila tersenyum dengan air mata yang semakin deras membasahi wajahnya.
"Ya sudah, kalo gitu saya permisi dulu," pamit dokter pria tersebut sebelum akhirnya pergi dari sana.
Sepeninggal dokter, Azila memutar tubuhnya pada Kenzo. Dan detik berikutnya, Kenzo sedikit terkejut saat Azila memeluk tubuhnya. Pelan tapi pasti, Kenzo mengangkat tangannya dan membalas pelukan Azila.
"Gavin selamat," gumam Kenzo.
"Iya, Gavin selamat," balas Azila.
"Itu karena lo. Gavin nungguin lo." Bibir Kenzo tidak berhenti menyunggingkan senyum, tapi matanya berkaca-kaca.
Azila mengangguk dalam pelukan Kenzo, perlahan ia mengurai pelukannya dan beralih menatap Arsya yang masih menangis dalam pelukan Gisya.
"Mama," panggil Azila.
Arsya menoleh dan tersenyum di antara tangisnya, wanita itu melepas pelukan Gisya dan beralih memeluk Azila.
"Terima kasih, Sayang ...," lirih Arsya semakin mengeratkan pelukannya, bahkan Arsya terlihat beberapa kali mencium puncak kepala Azila. Penantian mereka ternyata tidak sia-sia, akhirnya sebentar lagi Gavin akan membuka matanya.
***
Azila berdiri di samping brankar Gavin, cowok itu masih belum membuka matanya sejak dipindahkan ke ruang rawat inap tiga puluh menit yang lalu. Dengan telaten, Azila mengelap lengan Gavin dengan handuk basah. Beberapa bekas jahitan terlihat jelas membuat hati Azila berdenyut nyeri, ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Gavin waktu itu.
Tanpa sadar air mata Azila menetes membasahi pipinya, ia tersenyum getir kemudian mendaratkan satu kecupan pada kening Gavin.
"Aku nunggu kamu di sini ... buka mata kamu, aku rindu."
Perhatian Azila seketika teralihkan saat pintu dibuka dan menampilkan Gisya di sana. Gisya melangkah dan langsung merampas kain yang sempat Azila gunakan untuk mengelap tubuh Gavin tadi. Ia melirik sekilas ke arah Azila dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...