Saat arloji di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul dua pagi, Gavin beranjak dari tempat duduknya. Selama beberapa jam ia hanya duduk di tepi kolam membiarkan hawa dingin menusuk kulit yang hanya dibalut kaus hitam polos dan celana pendek selutut.
Gavin tidak marah, ia hanya ingin menenangkan diri untuk beberapa saat. Kepalanya sedikit terasa berputar mungkin karena angin malam. Namun, Gavin tidak perduli itu, ia dengan cepat kembali menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.
Saat membuka pintu, Gavin menemukan Azila yang sudah tidur dengan posisi meringkuk di sofa. Dengan langkah pelan, Gavin mendekat ia menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Sedikit rasa sesal menyergap saat melihat mata sembab Azila karena menangis.
Gavin menjadi tidak tega, ia mengangkat tubuh mungil itu dan memindahkannya ke tempat tidur kemudian menarik selimut hingga sebatas dada.
"Good night," bisik Gavin tersenyum kecut, ia berbalik dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Gavin mengguyur tubuhnya di bawah shower yang dingin, menenangkan pikiran yang benar-benar kalut.
Bingung dengan keputusan yang sudah ia ambil. Dan tidak mungkin juga Gavin mundur setelah apa yang ia lakukan.
"Argghh!" Satu pukulan mendarat pada dinding kamar mandi yang dilakukan oleh Gavin hingga membuat tangannya sedikit memerah dan mengeluarkan darah.
Setelah puas mengguyur tubuhnya dengan air dingin, Gavin menyambar handuk kemudian melilitkan di pinggangnya. Ia keluar dan melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Gavin sekilas melirik ke arah tempat tidur di mana Azila masih terlelap dengan pulasnya.
***
Azila bangun dari tidurnya saat azan subuh berkumandang. Untuk beberapa saat Azila terdiam, ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Hingga beberapa saat kemudian pandangannya jatuh pada tubuh yang terlelap di sofa.
Gavin terlihat memeluk tubuhnya sendiri untuk menghalau hawa dingin yang ada. Dan entah dorongan dari mana, Azila bangkit dari tidurnya kemudian berjalan membawa selimut untuk menyelimuti tubuh Gavin.
Tangan Azila sekilas mengelus pelan kening Gavin yang terasa hangat.
"Demam?" gumam Azila. Ia juga melihat keringat dingin pada pelipis cowok itu, padahal ac masih menyala.
"Vin …," panggil Azila menepuk pelan pundak cowok itu.
Tidak ada jawaban, membuat Azila beralih menepuk pipi Gavin.
"Gavin, bangun!"
Gavin terlihat menggeliat dan perlahan membuka matanya yang terlihat memerah.
"Kamu sakit?" tanya Azila kembali mendekatkan punggung tangannya pada dahi serta leher Gavin.
"Hmm," gumam Gavin parau, wajah cowok itu juga terlihat merah padam.
"Bangun, jangan tidur di sini." Azila mencoba mengangkat kepala Gavin membuat cowok itu kembali membuka matanya.
"Bangun," ucap Azila sekali lagi.
Dengan sangat terpaksa, Gavin bangkit dan dengan langkah gontai ia berjalan ke arah tempat tidur dan merebahkan tubuhnya secara asal.
"Jangan tidur kayak gitu!" seru Azila mendekat ke arah Gavin dan membantu cowok itu untuk tidur lebih baik. Dan setelah itu, Azila kembali ke sofa mengambil selimut yang tadi sempat ia bawa dan kembali menyelimuti tubuh Gavin.
Setelah itu, barulah Azila masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan selanjutnya melaksanakan solat subuh.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...