Warning! Typo bertebaran. Jangan lupa vote-nya and happy reading😉
Saat bel pulang sudah berbunyi, semua pelajar berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ada juga sebagian pelajar yang masih stay di sekolah guna mengikuti ekstrakulikuler atau hanya sekedar bermain basket.Azila melajukan motor matic berwarna putihnya melaju di atas jalan raya yang ramai oleh pengendara yang lalu lalang. Sebuah senyuman terpancar dari bibir tipisnya, senyuman yang tidak semua orang tau kalau Azila sekarang sedang menyembunyikan lukanya, luka dan kecewa. Kenapa dunia tidak pernah adil dengan dirinya? Apa lagi jika mengingat ucapan Gavin di kelas siang tadi. Sungguh, Azila begitu sakit mendengarnya.
Cewek nggak guna. Tiga kata yang selalu terngiang di telinganya bak kaset rusak. Perlahan, senyuman Azila memudar di balik helm yang ia kenakan dan tergantikan dengan isakan kecil.
Azila menangis.
Suara dentuman begitu keras terdengar. Seseorang menabrak motor Azila dari belakang membuatnya oleng dan akhirnya terjatuh. Azila meringis saat merasakan lengannya terluka dan sedikit perih.
Azila memutar pandangannya dan mendapati Vita yang sudah berdiri di depan mobilnya.
Tawa Vita meledak saat melihat Azila meringis, gadis angkuh itu melipat tangan di depan dada dan mengarahkan pandangannya pada Azila dengan tatapan meremehkan.
"Kenapa? Mau nangis?" Vita menggelengkan kepalanya pelan dan menendang kaki Azila yang tertimpa motor membuat Azila memekik tertahan.
"Mampus. Makanya, jangan macem-macem sama gue!" Vita berdecih lantas berbalik dan masuk ke dalam mobilnya kemudian meninggalkan Azila di pinggir jalan.
Azila menatap mobil Vita yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya, hingga sebuah suara cukup mengagetkannya.
"Zila …?"
Azila menoleh dan mendapati Kenzo yang entah datang dari mana. Namun dengan cepat cowok itu menyingkirkan motor Azila ke tempat yang sedikit lebih teduh dan membantunya untuk berdiri.
"Lo nggak papa?" Kenzo memapah Azila untuk duduk di pinggir trotoar yang sedikit sepi.
Azila menggeleng dan melepas helm yang melekat di kepalanya.
"Maaf yaa …." Kenzo meminta izin sebelum mengangkat sedikit rok seragam Azila hingga bisa melihat lutut gadis itu terluka dan mengeluarkan darah.
"Kita ke rumah sakit ya?" ajak Kenzo.
Azila menggeleng dan kembali menutupi lututnya yang terluka menggunakan roknya. "Aku nggak papa kok. Nanti aku obatin sendiri di rumah," tolak Azila dengan senyumannya.
"Tapi, Zi--"
"Nggak papa!" potong Azila cepat sebelum Kenzo menyelesaikan ucapannya. "Mending kamu duluan aja sana. Ntar kalau ada yang liat kamu bantuin aku, Gavin bisa marah!" peringat Azila, mengingat Kenzo adalah salah satu Genk Gavin yang paling membencinya di sekolah.
"Tapi …."
Azila menggeleng mencoba untuk tersenyum, mengisyaratkan pada Kenzo bahwa ia baik-baik saja.
"Kamu yakin aku tinggal …?" Ada kekhawatiran yang terdengar nyata pada pertanyaan yang Kenzo lontarkan.
"Aku nggak papa. Aku nggak mau kamu kena masalah karena nolongin aku." Azila kembali tersenyum, walaupun kenzo bagian dari Genk Gavin. Namun Kenzo adalah satu-satunya manusia yang berbuat baik pada Azila di sekolah.
"Ya udah. Kalau gitu, aku duluan ya … jangan lupa, nanti setelah sampe rumah lukanya langsung kamu obatin biar nggak infeksi!" peringat Kenzo bangkit dari duduknya dan meraih helm full face-nya yang berada di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...