Aku ingin kalian menghargai karya yang aku buat. Jika tidak suka, silahkan diskip asal jangan dibully.
Happy reading
"Udah, jangan nangis lagi. Sekarang cerita semuanya sama gue." Gavin mengurai pelukannya dan menangkup wajah Azila sembari menatap manik mata gadis itu dalam.
"Tapi--"
"Kenapa?" tanya Gavin lembut, jari tangannya terulur menghapus sisa air mata pada pipi Azila.
Azila menggelengkan kepalanya pelan, mencoba untuk menunduk tapi gagal karena Gavin lebih dulu menahan dagunya membuat pandanganya mereka bertemu.
"Gue dulu emang pernah benci sama lo, bahkan gue orang paling jahat yang selalu ganggu hidup lo. Tapi sekarang semuanya beda, gue di sini buat lo. Gue bakal ngelindungin lo apapun yang terjadi!" Gavin berucap pelan tapi terdengar tulus, tangannya terulur menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Azila dan menyeka keringat pada pelipis gadis itu.
"Percaya sama gue, Azila …," lirih Gavin.
"Kasih aku waktu buat cerita semuanya. Tapi bukan sekarang," pinta Azila memohon.
"Kenapa?"
Azila kembali menggelengkan kepalanya. "Aku butuh waktu."
"Oke. Gue bakal tunggu sampai lo mau terbuka sama gue. Apa pun yang terjadi jangan pernah merasa sendiri." Gavin menyunggingkan senyum simpulnya.
"Makasih."
"Hmm." Gavin bergumam dan kembali memeluk tubuh Azila erat. Entah sejak kapan, tapi Gavin akui ia menyukai wangi tubuh Azila yang nyatanya selalu membuatnya tenang. Berjauhan dari Azila beberapa hari belakangan membuat Gavin frustasi. Namun, sekarang ia bisa tersenyum saat tubuh mungil Azila berada dalam dekapannya.
Suara deheman dan pintu UKS terbuka membuat Gavin seketika melepas pelukannya. Cowok itu berbalik dan menemukan Kenzo dan Kinara yang sudah berdiri di sana.
"Kek nya, kita datang di waktu yang tidak tepat!" Kinara bergumam pelan saat menyadari tatapan berbeda milik Gavin.
"Ho'oh, Ra. Salah masuk ruangan kek nya." Kenzo berbeo sembari mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru UKS.
"Ngapain?" tanya Gavin datar.
Kenzo menggeleng pelan. "Nggak. Gue cuma mau nganter Kinara, katanya dia pengen liat keadaan Azila. Takut sahabatnya kenapa-napa," jelas Kenzo tidak sepenuhnya bohong.
Kinara meneguk ludahnya kasar. Dasar kenzo, cowok itu memang tidak bisa diajak kerja sama.
"Kalo gitu, gue sama Kinara balik aja ke kelas. Lagian kayaknya Azila juga baik-baik aja." Tanpa menunggu jawaban dari siapapun, Kenzo menarik tangan Kinara pergi dari sana. Meninggalkan Gavin dan Azila yang kini saling melempar tatapan bingung.
"Mereka kenapa?" tanya Azila.
Gavin menggeleng tidak mengerti. "Boleh peluk lagi?" tanyanya mampu membuat wajah Azila memerah, gadis itu dengan cepat mendorong tubuh kekar milik Gavin.
"Apaan, sih …?"
Gavin terkekeh, ia bahagia melihat senyuman Azila. Dan sekarang sepertinya Gavin menemukan hobi barunya selain bermain basket, yaitu menggoda Azila.
***
"Gimana, tuh, rasanya ditampar mantan sahabat?" Kinara berkacak pinggang di depan Vita dan Dara. Posisi mereka sekarang berada di toilet sekolah, bel masuk ketiga sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
"Lo diem!" Dara mengangkat tangan dan menunjuk tepat di depan wajah Kinara.
"Ups, tapi sorry. Mulut gue masih berfungsi dengan benar, jadi gue nggak mungkin diem!" Kinara tersenyum menyeringai menatap remeh ke arah Vita maupun Dara. Berbeda dengan Dara yang terlihat emosi, Vita hanya diam tanpa berniat untuk menggubris ucapan Kinara. Terlihat dari tatapannya, Vita seperti ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...