AZILA 04

36K 3.1K 227
                                    

Assalamu'alaikum, author come back. Jangan lupa vote and komennya.😘

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.

Bahagia? Entahlah, sepertinya kata itu tidak akan pernah berpihak pada hidupku yang penuh luka

Azila Katya Widjayanto

Azila sudah bangun sejak azan subuh berkumandang. Sekarang gadis itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi dan langsung memakai pakaiannya, hari ini adalah hari libur dan Azila harus kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mengingat ayahnya sudah tidak perduli lagi dengannya.

Setelah selesai, Azila menyambar sweater merah muda lantas memakainya untuk menyembunyikan bekas luka akibat sayatan semalam.

"Bismillah," ucap Azila sebelum akhirnya melangkah keluar dari kamar.

"Mau ke mana kamu?"

Suara bariton itu membuat Azila menoleh dan tersenyum ke arah Hans yang menatapnya datar.

"Zila, mau kerja, Yah," jawab Azila sopan.

"Baguslah, kamu kerja aja sana biar nggak jadi beban keluarga!" Setelah menyelesaikan ucapannya, pria dengan tatto bergambar naga di lengan kirinya berbalik meninggalkan Azila yang diam mematung karena ucapannya tadi.

"Segitu benci kah, Ayah sama ... Zila?" lirih Azila menyeka air mata yang sempat menetes membasahi pipinya.

Azila menatap punggung tegap itu dengan mata yang berkaca-kaca, rasanya begitu sakit jika Hans selalu mengatakan dirinya beban keluarga, anak tidak tau diuntung dan masih banyak ucapan-ucapan yang membuat hati Azila berdenyut sakit.

Tidak ingin larut dalam kesedihan, Azila kembali melangkah dan keluar dari rumahnya. Ia menaiki motor matic kesayangannya kemudian melajukankannya dengan kecepatan sedang menuju tempat kerjanya.

Azila bekerja pada salah satu tempat makan yang berada di pusat kota. Dari uang yang ia dapatkan itulah Azila bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Mulai dari kebutuhan sekolah, pribadi dan rumah. Azila.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya Azila memarkirkan motornya di depan sebuah restoran tempatnya bekerja. Azila melepas helm yang melekat di kepalanya kemudian melangkah masuk dengan senyum yang selalu ia tunjukkan pada dunia seolah hidupnya baik-baik saja.

"Pagi, Zila!" sapa salah satu teman kerja Azila.

"Pagi juga," balas Azila gembira.

Azila mulai melakukan tugasnya, bekerja dengan baik supaya hasilnya memuaskan nanti.

Getaran ponsel dari saku celana yang ia kenakan membuat Azila menghentikan sejenak aktifitasnya, merogoh benda pipih dan membaca nama Kinara di sana.

"Hallo. Ada apa, Ra ...?" tanya Azila saat panggilan terhubung.

[Lagi ngapain? Keluar, yuk. Temenin gue nyari buku!]

"Aku lagi kerja, Ra. Maaf ya nggak bisa nemenin kamu," ucap Azila merasa bersalah pada sahabat barunya itu.

[Ehh, lo lagi kerja? Sorry gue ganggu!] ucap Kinara merasa bersalah.

"Nggak papa kok. Santai aja, harusnya aku yang minta maaf karena nggak bisa nemenin kamu!" kekehnya Azila di akhir kalimatnya membuat Kinara yang berada di seberang sana ikut terkekeh.

"Ya udah, deh. Kalo gitu, selamat bekerja ... Azila!" ucap Kinara membuat Azila yang mendengarnya menjadi tersenyum simpul. Ternyata masih ada orang yang perduli dengannya.

AZILA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang