"Aku duluan ya, Ra …," pamit Azila saat selesai membereskan buku-buku miliknya karena bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.Tidak ada jawaban dari Kinara membuat Azila melangkahkan kakinya, akan tetapi saat sampai di ambang pintu, ia sempat menoleh dan melihat punggung Kinara yang bergetar. Apa sahabatnya menangis? Tanpa pikir panjang, Azila kembali menghampiri Kinara dan duduk di tempatnya semula.
"Ra …," panggil Azila menyentuh punggung Kinara yang bergetar. "Kamu kenapa?"
Tidak ada jawaban membuat Azila panik, ia menggoyangkan bahu Kinara agar gadis itu menoleh.
"Kinara …?" panggil Azila lagi, hingga beberapa saat kemudian Kinara mendongak dan menatap Azila dengan mata yang memerah karena menangis.
"Kamu nangis? Lagi ada masalah? Sini, cerita sama aku!" cecar Azila memperbaiki duduknya.
Namun, Kinara belum juga bersuara membuat Azila menautkan alisnya bingung.
"Ra …?" panggil Azila hati-hati.
Kinara kembali menoleh, masih enggan untuk bersuara. Gadis itu sesenggukan karena manangis.
"Kinara, kamu--"
"Emang lo masih perduli sama gue?" sela Kinara sebelum Azila menyelesaikan ucapannya. Membuat Azila menatapnya bingung.
"Ra, kok kamu ngomongnya gitu? Aku sahabat kamu, ya nggak mungkin aku nggak perduli--"
"Emang lo masih nganggap gue sahabat?" Kinara memutar kepalanya ke arah Azila membuatnya dapat melihat kerutan pada kening sahabatnya itu.
"Kok kamu jadi aneh gini, sih?"
"Lebih aneh mana? Lo atau gue?" cecar Kinara menggebu.
"Kinara--"
"Lo akhir-akhir ini berbeda, Zil. Lo bukan, Azila yang gue kenal. Gue tau lo lagi ada masalah." Kinara menjeda ucapannya menatap manik mata Azila dalam. Karena sudah dua minggu lamanya Azila kembali mendiaminya, bukan hanya dirinya saja, tapi Gavin dan Kenzo. Kadang, Kinara tidak mengerti dengan sikap Azila. Padahal waktu itu mereka sempat berbaikan.
"Cerita sama gue. Jangan kayak orang sendiri, mendam masalah sendirian. Cerita sama gue!" pinta Kinara. "Itu pun kalo lo masih nganggap gue sahabat lo," celetuknya yang terdengar sewot.
"Tapi aku nggak bisa cerita sekarang," cicit Azila.
"Ya udah, berarti lo udah nggak nganggap gue sahabat lagi!" Kinara bangkit, hendak keluar dari kursinya, tapi lengannya lebih dulu ditahan oleh Azila. Kinara berbalik, menatap Azila dalam diam.
"Apa lagi? Lo nggak mau cerita 'kan? Ya udah, gue nggak bakal ganggu lo lagi. Gue emang harus sadar diri, dari awal emang lo nggak pernah nganggap gue sahabat!" ketus Kinara kini beralih menatap pintu kelas yang sudah sepi karena semua pelajar sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya terdengar suara anak-anak yang sedang berlatih basket di lapangan, dan di sana ada Gavin dan juga Kenzo.
"Aku mau cerita. Tapi aku takut kamu ngejauhin aku," ucap Azila lirih, bahkan ia melepas tangannya yang semula mencekal lengan Kinara.
Kinara menghembuskan napasnya pelan, kembali duduk di tempatnya semula.
"Gue nggak bakal jauhin lo, gue bakal ada di samping lo!" Kinara berucap tegas membuat Azila mendongak menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Cerita sama gue … Azila," pinta Kinara memohon.
Azila menggigit bibir bawahnya, meremas jari-jemarinya gugup. Menyadari hal itu, Kinara dengan cepat meraih tangan Azila yang gemetar.
"Nggak papa. Ceritanya pelan-pelan aja," ucap Kinara meyakinkan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...