Tandai typo!
Azila duduk di sofa memperhatikan orang yang lalu lalang di depannya yang sedang mempersiapkan acara untuk besok. Ya, besok Gavin benar-benar akan menikahinya, menjadi ayah dari anak yang ia kandung sekarang. Tanpa sadar, Azila mengelus pelan perutnya yang terasa mulai membesar, entah kenapa dadanya terasa sesak. Kenapa orang-orang yang tidak ada salah harus menanggung dosanya?
Azila ingin menangis.
"Azila?"
Azila menoleh saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang yang ternyata adalah Gisya.
"Lo nggak mau istirahat? Besok lo nikah," ucap Gisya duduk di samping Azila.
"Gavin mana, Kak?" tanya Azila tanpa menjawab pertanyaan Gisya sebelumnya.
"Ada di taman belakang," jawab Gisya.
Azila mengangguk dan setelah itu ia berpamitan pada Gisya untuk menyusul Gavin. Gisya hanya mengangguk dan membiarkan Azila pergi.
Azila melangkahkan kakinya melewati dapur hingga sampai di taman belakang, ia dapat melihat Gavin yang sedang duduk di pinggir kolam dengan tatapan kosong, sepertinya cowok itu sedang memikirkan sesuatu.
"Gavin," panggil Azila mencoba mendekat membuat lamunan Gavin buyar dan dengan cepat menoleh.
"Loh, kok lo ke sini bukannya istirahat?" Gavin bangkit dari duduknya mendekat ke arah Azila. Wajah gadis itu tiba-tiba memerah menahan tangis membuat Gavin panik.
"Kenapa?" tanya Gavin.
Azila menggeleng, menyeka air mata yang tiba-tiba menetes pada pipinya.
"Ya udah, sini duduk." Gavin membawa Azila untuk duduk pada kursi yang kebetulan ada di sana. Ia mengelus pipi Azila pelan seraya menatap lekat wajah gadis itu.
"Kenapa?" tanya Gavin dengan suara lembut.
"Kenapa kamu harus ngelakuin ini? Tanggung jawab sama hal yang bukan kamu penyebabnya?" tanya Azila dengan air mata yang mulai membasahi wajahnya.
"Aku kotor, Vin. Seperti yang kamu ucapin waktu itu. Aku bukan perempuan baik-baik. Aku, hiks." Azila tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tangisannya.
"Hey, liat gue," pinta Gavin mencoba memegang dagu Azila saat gadis itu menunduk.
"Nggak seharusnya kamu lakuin ini."
"Gue sayang sama lo, Azila!"
Azila mendongak mendengar penuturan Gavin, matanya semakin memanas dad dadanya benar-benar sesak.
"Gue cinta sama lo," ulang Gavin sekali lagi dengan nada yang terdengar tegas.
Namun, Azila dengan cepat menggelengkan kepalanya kuat dengan air mata yang semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...