Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, sikap Azila benar-benar berubah. Ia menjadi lebih pendiam bahkan Gavin tidak luput dari keterdiamannya."Azila, tolong ambilin aku berkas yang ada di atas meja!" pinta Gavin yang tengah sibuk dengan laptop di depannya. Bahkan sekarang Gavin sudah mengubah cara bicaranya yang semula 'lo-gue' menjadi 'aku-kamu' tapi tetap saja, Azila masih seperti biasa.
"Ini." Azila meletakkan berkas yang dimaksud Gavin di samping cowok itu. Dan setelahnya, Azila berbalik dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah pintu kamar mandi tertutup, Gavin menutup laptopnya dan menatap pintu kamar mandi dengan tatapan kosong. Sikap Azila berubah drastis, tidak ada Azila yang manja seperti dulu.
Menghela napas panjang, Gavin beralih membuka berkas dengan tidak bersemangat. Ia hanya menandatangi kertas-kertas itu asal. Hingga beberapa menit berlalu, pintu kamar mandi kembali terbuka memperlihatkan Azila yang baru saja selesai mandi.
Tanpa membuka suara sedikit pun, Azila berjalan ke arah tempat tidur dan membaringkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Gavin.
"Azila …," panggil Gavin. Namun, tidak ada sahutan sama sekali.
"Yang, kamu kenapa, sih?" Gavin melepas berkas yang sedari tadi dikerjakannya kemudian ikut berbaring di samping Azila, memeluk tubuh Azila dari belakang.
"Kamu kenapa?" tanya Gavin menghirup tengkuk Azila.
Bukannya menjawab pertanyaan Gavin, Azila malah menyingkirkan lengan cowok itu yang memeluk erat perutnya.
"Azila, jangan kayak gini, please …," pinta Gavin. Ia tidak bisa jika Azila mendiaminya.
"Azi—"
"Aku ngantuk, Vin!" potong Azila cepat membuat Gavin menghela napas berat.
"Kalau ada masalah, kita bicarakan baik-baik. Jangan kayak gini, kita udah sama-sama dewasa, jangan kek bocah!" Gavin bangkit dari baringnya, menatap Azila yang sama sekali acuh tanpa memperdulikan dirinya.
"Selama ini aku sabar, kamu pengen sendiri aku turutin, kamu pengen ini itu aku kabulin. Sekarang aku cuma minta kamu ngertiin aku," ucap Gavin yang sam sekali tidak mendapat balasan dari Azila.
"Oke. Kali ini aku capek, silahkan lakukan apa pun yang kamu mau!" Gavin turun dari tempat tidur dan melangkah keluar dari kamar.
Setelah mendengar suara pintu ditutup, Azila perlahan membuka matanya dan tersenyum getir. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada kepala ranjang seraya mengelus perutnya yang sudah membuncit.
Sedangkan Gavin, cowok itu melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga. Hingga pada akhirnya langkah Gavin berhenti di pinggir kolam renang yang berada di belakang rumahnya.
Menghela napas pelan, Gavin mendudukkan bokongnya di sana seraya memasukkan kakinya ke dalam kolam. Tidak tau harus bersikap seperti apa lagi pada Azila, yang akhir-akhir ini mulai berubah menjadi lebih pendiam dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZILA (Terbit)
Teen FictionCerita sudah terbit di Rdiamond Publisher! FOLLOW SEBELUM MEMBACA! "Patah hati terbesar seorang anak perempuan pertama, saat sosok seorang ayah yang menjadi cinta pertamanya justru menjadi alasan air matanya keluar!" Azila Katya W. Gadis kecil yang...