76. Tangis Rio

3K 277 115
                                    

Rio menatap tajam pada Jisoo dan Rose, kedua istrinya itu pun saling berpandangan dengan sorot mata takut, cemas, juga bingung, karena tak biasanya suami mereka menampakan wajah semarah ini.




"Dimana surat kontak itu?" Dingin nya menatap nyalang pada Jisoo si istri pertama.





"Surat kontrak apa?" Bingung Jisoo.





"Surat kontrak yang kamu buat dengan Rose" jawab Rio yang kini menatap marah pada Rose, wanita itu langsung menunduk takut.




"Rio aku tak tahu apa yang kamu bicarakan" ujar Jisoo lagi.




"Dimana surat kontrak itu? Dan bawa kesini sebelum kesabaran ku habis Jisoo-yaa" Rio mulai menunjukan emosi nya, yang selama ini tak ada yang mengetahui akan semenyeramkan apa jika ia sudah marah.







"Jangan bohongi aku Jisoo-yaa! Kalian berdua telah dengan lancang nya, membuat surat perjanjian dibelakang ku bukan?!" Hardik Rio, Jisso terkejut, Rose langsung melirik curiga pada Jennie.





"Tidak, tak ada surat perjanjian apa-apa diantara kami" elak Jisoo.




"Bohong! Rose sendiri yang mengatakan nya pada ku Rio" potong Jennie memperkeruh suasana.





"Diam kamu Jenn! Kamu tak tahu apa-apa!" Bentak Jisoo pada Jennie.





"Kenapa? Kamu takut Rio mengetahui semua rahasia kalian?" Jennie semakin berani.




"Kamu adalah orang yang paling akhir datang ke rumah ini, jadi diam lah dan jangan ikut campur dengan urusan yang tidak ada sangkut pautnya dengan kamu" kesal Jisoo menunjuk wajah Jennie.



"Karena Rio juga suami ku, aku hanya tak rela kalian berkhianat dibelakang nya" balas Jennie menampik kasar tangan Jisoo yang menunjuk nya.




"Kamu" geram Jisoo, ia hendak menyerang Jennie sebelum akhirnya di pisah oleh Rose meski ia kewalahan





"Rio, dengar, surat kontrak itu memang tidak ada, aku memang membuat perjanjian dengan Rose, tapi itu hanya secara lisan, aku melakukan itu demi melindungi suami ku, demi menjaga apa yang sudah menjadi milik ku, meski pada akhir nya semua itu tetap tak berguna, karena nyatanya sekarang aku harus berbagi dengan dua wanita" jelas Jisoo lirih.




"Dan kamu Jennie, jaga mulut mu untuk tidak menimbulkan kegaduhan dirumah ini atau. . ." ancam Jisoo.




"Atau apa? Atau aku akan membawa Rio pergi dari kalian yang tak bisa menjaga perasaan suami nya sendiri, jika aku tak mengatakan nya pada Rio, sampai kapan kalian akan menyimpan rahasia ini?" Debat Jennie




"Ada atau tidak surat kontrak itu, yang jelas kehamilan Rose telah menggugurkan isi perjanjian nya, itulah alasan kami tak pernah menyinggung soal ini, karena memang itu sudah tidak penting lagi sekarang" lirih Jisoo dengan linangan air mata, Rose mengusap-usap bahu Jisoo.



"Jika aku tak membongkarnya, kamu pasti tak akan mengakui kelancangan mu bukan" sindir Jennie, Jisoo hendak melangkah maju untuk menghajar Jennie, dan keributan pun terjadi, keduanya saling berteriak dan saling tunjuk.






Bruk


Rio menjatuhkan tubuh lemas nya diatas sofa, dan mulai terisak pilu, rasa lelah telah memenuhi hatinya sekarang, lelah menghadapi masalah rumah tangga nya yang hanya karena keegoisan masing-masing, dan kecemburuan yang tak ada habis nya, padahal Rio sudah berusaha untuk berbuat adil diantara ketiga nya.





"Oppa" lirih Rose yang melihat Rio menangis untuk pertama kali nya, ia lalu menghampiri suami nya itu dan berlutut dihapan nya, melihat tubuh tinggi tegap itu bergetar hebat, Rose pun akhirnya mendekap tubuh lemah itu.





Melihat Rio menangis, Jennie dan Jisoo pun langsung terdiam dari pertengkaran mereka.




"Oppa maafkan kami, maafkan kami" isak Rose takut sambil memeluk Rio, ia takut sesuatu akan terjadi pada suami nya jika ia terlalu banyak pikiran.



"Apa terlalu sulit bagi kalian untuk sedikit saja menekan keegoisan kalian masing-masing?" Rancau Rio.




"Aku hanya ingin kalian menjaga kedamaian dan kerukunan di rumah ini, karena kita adalah keluarga sekarang, dan biarkan yang lain menjadi urusan ku, apa itu terlalu berat untuk kalian?" Isak Rio dibalik punggung Rose.





"Aku berusaha menjaga perasaan kalian, berbuat seadil-adilnya untuk kalian, lalu apa yang kudapatkan? Dibelakang ku kalian malah berusaha untuk saling menjatuhkan" Rio benar-benar kecewa dengan ketiga istri nya, yang seperti tak menghargai usaha Rio selama ini, pontang panting untuk kebahagiaan istri-istri nya.



"Rio, aku hanya. . ." Jennie hendak membela diri, sebelum dipotong oleh Rio.




"Aku tak ingin mendengar alasan mu noona, cukup satu pintaku pada kalian, mau kah kita menjaga keutuhan keluarga ini bersama? Untuk tidak saling menyakiti, untuk saling menyesuaikan diri, kalian sudah sama-sama dewasa" pinta Rio, Rose mengangguk cepat dibalik punggung Rio, karena ia tak mau kehilangan Rio, dan sejujurnya ia juga sudah nyaman dengan keluarga besar ini, Jennie menunduk, ia menyesal dengan keegoisan nya, meski rencana nya gagal, tapi ia sebenarnya sudah terbiasa dengan suasana rumah ini yang ramai, perasaan pada Rio yang menguasai hati nya, membuat ia berpikir jahat untuk memisahkan Rio dari dua istrinya, karena sebagai anak tunggal, Jennie tentu tak di didik untuk berbagi, dan ini bukan salah nya, karena dalam kehidupan berpoligami, keributan biasanya memang terjadi diantara istri pertama dan istri terakhir.



"Maaf" hanya itu yang Jennie ucapkan, karena ia masih terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan nya.




Selelah apa pun, Rio tak boleh menyerah, semarah apa pun, ia tak akan dengan mudah mengambil keputusan cerai, ia tetap ingin berjuang sampai akhir, dan tangis Rio akhirnya mampu menyadarkan para istri nya, bahwa bukan hanya mereka yang harus dimengerti dan dijaga, tapi Rio juga, justru tugas Rio lebih berat, bukan hanya tentang para wanita, tapi juga tentang anak-anak mereka, Jennie dan Rose tentu tahu, hidup dengan orang tua tidak utuh itu menyakitkan, dan mereka tak ingin anak-anak mengalami nasib yang sama dengan nya.






#TBC

BerbagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang