2. A Real Man

4K 363 58
                                    

Rio berlari menuju ke parkiran kampus, dan meninggalkan kedua sahabat nya itu.

"Rio, kemana?" Teriak Jenno.

"Menjemput my princes noona ke kantor nya" jawab Rio.

"Kamu supir nya atau kekasih nya?" Ejek Seulgi, Rio acuh meski beberapa mahasiswa yang lain menertawakan candaan Seulgi.

Mobil yang Rio kendarai meliuk-liuk membelah jalanan kota Seoul, menuju tempat kerja Jisoo, dan disaat Rio tiba, gadis itu sudah menunggu nya dilobby kantor, ditemani kedua sahabat nya, Wendy dan Joy.

"Selamat sore noona" sapa Rio yang langsung turun untuk membuka kan pintu penumpang depan untuk Jisoo.

"Aku duluan ne" pamit Jisoo.

"Ne, hati-hati unnie" jawab Joy salah tingkah, ia terpesona pada Rio yang begitu gantle nya dalam memperlakukan Jisoo.

"Unnie, aku akan merebut nya jika Jisoo unnie tak menerima cinta pemuda itu" ucap Joy pada Wendy, didepan kedua sahabatnya itu, Jisoo memang selalu bercerita apa ada nya dan tak ada rahasia, jadi mereka juga tahu jika Jisoo selama ini selalu menolak Rio.

"Rio-yaa, kita beli kopi dulu ne, aku butuh caffein" Jisoo memijat pelipis nya, tekanan pekerjaan dan rasa tegang untuk berbicara serius dengan Rio membuat nya stress.

"Ok noona" jawab Rio yang kemudian melajukan mobil nya ke sebuah caffe, mereka memilih untuk duduk diteras bangunan, Rio memilih latte, dan Jisoo americano.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, Rio nampak menggoda anak kecil yang sedang mengunjungi toko baju disamping caffe bersama orang tua nya, seorang gadis kecil beringsut di balik tubuh ayah nya, kala Rio menunjukan wajah jeleknya pada anak itu, Jisoo menggeleng tak habis pikir.

"Jangan menakuti nya" tegur Jisoo menarik baju Rio agar ia kembali duduk dengan benar dibangku nya, ia terkekeh dengan reaksi anak kecil itu.

"Makan lah cake mu" Jisoo menyendokan chesse cake dan menyuapkan nya pada Rio yang masih ingin menggoda anak kecil tadi, bukan kah dia masih begitu kekanakan? Sedangkan Jisoo sudah sangat dewasa dan matang untuk menikah.

Rio kembali memutar tubuhnya kearah Jisoo, sambil memperhatikan gadis kecil itu yang digendong sang ayah, dan melewati Rio, tak disangka, anak itu berani menjulurkan lidah nya mengejek pada Rio, seolah dia yakin pemuda itu tak akan berani mengganggunya karena ada sang ayah, Rio terbahak, merasa kalah, sedangkan Jisoo menatap gadis itu sambil tersenyum manis.

Rio melanjutkan sendiri menyantap cake nya, sambil memperhatikan wajah serius Jisoo.

"Apa noona ada masalah?" Tanya nya perhatian, Jisoo menggeleng, menyesap kopi nya.

"Kamu tak bisa membohongi ku noona" kata Rio yang memang peka dengan keadaan Jisoo.

"Hanya soal pekerjaan" Jisoo menghela nafas membuang tatapan nya dari Rio.

"Kata kan, mungkin aku bisa membantu" ujar Rio yang wajah nya berubah serius, keduanya kemudian terlibat diskusi yang seru, Jisoo tersenyum lebar menatap Rio dengan wajah takjub nya, mereka bahkan sudah menghabiskan dua cup minuman, sampai hari sudah malam.

"Noona, ayo kita cari makan malam dulu"  ajak Rio yang kemudian bangkit, meninggalkan cafe, mereka berjalan menyusuri trotoar, berjalan berdampingan, Rio tak berani menggandeng tangan Jisoo karena ia merasa belum hak nya, dan ia berkewajiban untuk...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Noona, ayo kita cari makan malam dulu"  ajak Rio yang kemudian bangkit, meninggalkan cafe, mereka berjalan menyusuri trotoar, berjalan berdampingan, Rio tak berani menggandeng tangan Jisoo karena ia merasa belum hak nya, dan ia berkewajiban untuk menjaga gadis itu, lalu keduanya memasuki restauran yang penuh dengan pasangan muda menghabiskan waktu.

Jisoo terus menatap Rio yang sibuk memainkan ponsel nya, membalas pesan dari hyung nya, Jisoo ragu, apakah ia akan memberitahu Rio atau tidak.

"Rio-yaa"

"Ya noona?" Jawab Rio yang langsung mengantongi ponsel nya, dan beralih memperhatikan Jisoo dengan serius.

"Apa kamu tahu, jika usia kita terpaut jauh?" Tanya Jisoo, Rio menggeleng.

"Sudah ku duga" gumam Jisoo.

"Aku tak bisa menerima mu, karena usia kita itu terpaut jauh" ungkap Jisoo, Rio mengerutkan kening nya tak mengerti, dan Jisoo memutar malas kedua bola matanya.

"Aku tiga puluh dua tahun Rio, tiga puluh dua" jelas Jisoo lagi dengan wajah putus asa nya, Rio terbelalak, ia terkejut bukan main, ekspresi nya membuat Jisoo sedih.

"Kupikir noona sudah empat puluh tahun" canda Rio.

"Jadi menurut mu aku tua begitu" protes Jisoo kesal karena Rio yang mengerjai nya, pemuda itu malah terus terpingkal sampai sang gadis malu, kemudian mencubit pinggang Rio.

"Noona ampun noona, sakit" aduh Rio yang diabaikan oleh Jisoo.

Selesai makan, Rio lah yang membayar nya, dan Jisoo menunggu di luar, dia berjalan lebih dulu ketika Rio sudah selesai dengan urusan nya, pemuda itu berjalan cepat, menyusul sang gadis.

Set

Rio tanpa sungkan lagi meraih tangan kanan Jisoo dan menggandeng nya, sang gadis tersentak, ia mendongak menatap Rio, yang juga memandang nya.

"Aku tak peduli tentang angka, yang aku cintai hanya lah tentang siapa dan bagaimana diri mu dimataku, itu saja" ucap Rio diakhiri kecupan di punggung tangan kanan Jisoo yang di genggam nya, mereka berjalan menuju ke tempat mobil Rio berada diparkiran depan caffe tadi.

Jisoo lalu tersenyum lepas, bergelendot dilengan Rio.

"Kalau begitu, aku mau menjadi kekasih mu" ujar nya tersipu malu.

"Memangnya siapa yang mau menjadi kekasihmu?" Goda Rio lagi dengan wajah polos nya, Jisoo langsung mengerang kesal, dia mendengus kesal, Rio yang tahu kekesalan Jisoo pun segera berlari menjauh.

"Yak Rio, awas kau, aku tak akan bersedia menemui mu lagi besok" ancam Jisoo marah, tentu saja dia hanya bercanda, karena sejujur nya, ia mulai luluh dan selalu ingin berada di dekat Rio.










#TBC

BerbagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang