12. Poor Girl

2.3K 252 40
                                    

"Oppa, aku harus bekerja" Jisoo berusaha mendorong bahu suami nya agar melepas kuluman pada puting nya.

"Hhmm" gumam Rio merentangkan kelima jari tangan kanan yang artinya meminta waktu lima menit lagi, tak hanya manja, Rio adalah juga suami yang mesum jika sedang berduaan dengan istri nya.

"Ganti yang kiri kalau begitu" ujar Jisoo, karena puting kanan nya mulai kebas, Rio sudah hampir dua jam mengulum nya, sedari mereka terbangun jam 5 pagi tadi, dan ini sudah jam 7 lebih.


Jisoo mengusap-usap puting kanan nya yang perih, tapi ia tak mengeluh dengan kelakuan Rio, itu karena ia terlalu mencintai suami nya itu.





Sementara di tempat lain

Seorang gadis nampak menangis sesenggukan, dipemakaman ibu nya yang meninggal karena kanker paru-paru, sang ayah sudah lebih dulu meninggal karena ketergantungan alkohol, dan sekarang, lima tahun kemudian, giliran sang ibu yang harus berpulang karena tak memiliki biaya untuk melanjutkan pengobatan nya.


Gadis itu menangis sesenggukan sambil memeluk dongsaeng nya yang baru berumur enam tahun, dan tak bersekolah karena biaya.



"Junghwan-ie, kita sudah tak memiliki siapa-siapa lagi" lirihnya memeluk kepala sang dongsaeng yang masih begitu polos.




Sekembalinya dari pemakaman sang ibu, gadis itu menuntun namdongsaeng nya berjalan pulang, dan tepat saat tiba di pekarangan, seorang wanita dengan dandanan glamour duduk diteras rumah sang gadis, sambil menyilangkan kaki kanan nya diatas kaki kiri nya, serta rokok yang bertengger disela-sela jari kanan nya.



"Rose-shii" ucap nya dengan gaya santai tapi mengintimidasi.




"Kamu tahu kan, hutang kedua orang tuamu semakin menumpuk" lanjut wanita itu.


"Ne, nyonya" jawab Rose gemetar, ia menunduk tak berani menatap wanita didepan nya itu, kedua tangan nya ia gunakan untuk menutupi telinga sang dongsaeng dan mendekapnya.



"Bahkan rumah ini saja tak cukup untuk membayar hutang orang tuamu" ujar sang lintah darat lagi.



"Sekarang tanda tangani surat ini, dan pergilah dari rumah ini" Hyuna, sang lintah darat itu mengulurkan surat perjanjian pada Rose, si gadis malang, yang tanpa ragu dan tanpa membacanya, ia langsung menanda tangani karena saking takut nya, Hyuna segera berdiri.




"Ingat, sisa nya akan ku tagih pada mu, dan jangan harap bisa kabur dari pengawasanku" ancam nya sebelum meninggalkan rumah Rose yang kini telah berpindah kepemilikan, Junghwan menatap senduk sang noona, seolah bertanya, "kita akan tidur dimana?"




"Tenang saja, noona masih memiliki sedikit uang, ayo kemasi barang-barang mu" ujar Rose berusaha tersenyum untuk menghibur dongsaeng nya itu.

Dengan sebuah koper besar dan ransel di punggung nya, Rose gadis berusia dua puluh tahun itu menyusuri jalanan bersama Junghwan yang menarik koper berukuran sedang dan ransel di punggung nya juga.



Sudah dua jam mereka berjalan, dan belum juga berhasil menemukan tempat tujuan Rose yang sebenar nya.


"Noona, aku haus" adu sang dongsaeng menoleh pada saudara nya yang berjalan dibelakang.



"Ayo kita kesana dulu" tunjuk Rose pada sebuah kedai kecil yang berjajar ditepi jalan



Kruuukk. . .




Dapat Rose dengar dengan jelas, suara perut Jonghwan yang kelaparan, bocah itu menatap polos pada noona nya, yang mengangguk, mereka pun memasuki kedai itu, Rose memesan seporsi ramen untuk Junghwan, dan dua botol air mineral, sebenar nya ia juga lapar, tapi Rose takut, uang nya nanti kurang untuk menyewa sebuah flat meski yang termurah sekalipun.

BerbagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang