Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌
***
"Jadi, bagaimana kalian tahu kalau ada mayat di sini?" tanya seorang anggota kepolisian dengan tajam.
"Kami bermain." Eliza menjawab secara otomatis. "Kami hanya bermain-main, lalu menemukan rumah kabin ini."
Si kembar ikut mengangguk.
"Aku tidak terlalu percaya kepada kalian." Polisi itu menyilakan lengannya. "Bukankah kalian yang menemukan mayat Elly di rumahnya? Maksudku, bagaimana bisa kalian menemukan mayat-mayat seperti ini?"
Eliza dan si kembar langsung bertatapan. Mereka tidak tahu harus menjawab apa.
"Ka-kami nggak tahu. Saat itu, kami hanya ingin mengunjungi Kak Elly aja. Tapi, setelah ini--"
"Ada apa ini? Kenapa kalian di sini?" Seorang pria dengan tubuh tinggi tegap menyerobot ke percakapan.
"Ayah?!"
Itu adalah Detektif Fenil. Sepertinya dia baru saja datang dan langsung melihat kedua putranya yang sedang canggung di hadapan polisi.
"Katakan sejujurnya saja, An." Detektif Fenil tersenyum lebar. Kedua bola matanya meyakinkan putranya untuk mengatakan semua yang mereka ketahui.
Andri menundukkan pandangannya. "Sebenarnya, kami memang sedang mencari mereka. Bukankah mereka memberi pernyataan kalau mereka hendak dibunuh? Itulah yang membuat kami khawatir. Apalagi mereka menghilang sejak kemarin."
Detektif Fenil tersenyum kecut. Jawaban itu agak menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya. Tapi itu cukup memuaskan hati Detektif Fenil.
Kemudian Detektif Fenil memutuskan untuk masuk ke dalam rumah kabin itu. Mayat-mayat itu belum dipindahkan. Beberapa polisi masih memotret TKP dan mencari petunjuk atau barang bukti lainnya. Detektif Fenil juga ikut mengamati mayat-mayat itu.
Sama seperti mendiang Anastasya dulu. Sepertinya mereka sudah dibunuh sejak kemarin. Detektif Fenil mengamati luka-luka di tubuh mereka. Luka-luka itu memang terlihat dalam dan mengeluarkan banyak darah yang sekarang mulai mengering. Tapi, mereka semua tidak mungkin tewas dengan luka-luka itu.
Detektif Fenil mencondongkan badannya ke depan. Dia langsung membulatkan matanya ketika dia melihat pemandangan yang membuatnya bergidik itu. Ternyata, beberapa di antara mayat-mayat itu tewas dengan mata membelalak ke atas dan mulut terbuka. Mulutnya juga terlihat berdarah. Di dalam sana, Detektif Fenil melihat serpihan-serpihan kaca yang tajam.
Kasus ini sama seperti dulu. Dia juga pernah melihat ini sebelumnya, bertahun-tahun lalu. Artinya, pelakunya sudah bisa dipastikan sama dan itu bukanlah Kenny. Sepertinya, dia telah salah sangka terhadap Kenny meski semua barang bukti menunjuk ke Kenny.
"Detektif, lihat!" Suara seorang pria membangunkan Detektif Fenil dari lamunannya.
Pria yang mengenakan seragam kepolisian itu membawa sebuah botol wine. Dia memperhatikan botol itu kepada Detektif Fenil.
"Sepertinya, ini dimasukkan ke dalam mulut." Polisi itu mengatakan opininya.
"Kau benar." Detektif Fenil tidak mengalihkan pandangan dari botol wine itu. "Lalu, serpihan kaca di masukkan lewat sana. Secara otamatis, kaca-kaca itu masuk ke dalam pencernaan karena dorongan dari wine."
Polisi itu langsung membulatkan matanya. "Dia.... iblis."
~~~
"Apa hubungannya dengan iris?" Eliza terus meletakkan tangannya di dahi. Dia terus berfikir jika bunga iris yang ditemukan di TKP merupakan sebuah petunjuk yang ditinggalkan oleh si pelaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/217646752-288-k347899.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
Mystery / Thriller"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...