Eliza masih di rumah. Dia terus memandangi akun Mirai. Tidak banyak yang dapat dia temukan di sana. Namun di sana dicantumkan bahwa Mirai lahir di sebuah kota kecil di pinggir provinsi. Daerah pegunungan. Menarik.
Eliza mencari tahu tentang kota itu. Tempatnya sangat jauh dari kota tempat Eliza tinggal. Tempat itu daerah pegunungan, pasti di sana udaranya sejuk. Meski begitu, kota itu sedikit mirip dengan kota tempatnya tinggal. Bangunan tua yang tidak di robohkan, kota kecil dan cenderung sepi.
Eliza juga mencetak semua foto Mirai. Dari foto pertama sampai foto terakhir yang dia post. Ada sebuah foto di mana Mirai kecil berdiri di sebuah rumah tua bercat putih dipadukan dengan bata yang belum disemen. Di depan rumahnya ada sebuah kursi dan meja dari besi. Foto tersebut merupakan foto yang sudah dicetak, namun dipotret kembali dengan kamera biasa. Terdapat tanggal yang tertera di sana. 12 Desember 2000. Saat itu usia Mirai tujuh tahun, dia masih kecil.
Eliza memperhatikan tahun kelulusan Mirai dari SMA State Lighting, tahun 2013. Sudah tujuh tahun. Tapi hal yang sedikit mengherankan adalah : Mirai lahir tahun 1993, jika dia lulus tahun 2013, maka dia lulus di usia 20 tahun. Bukankah itu terlalu tua untuk seorang anak yang lulus SMA? Apakah dia telat masuk sekolah atau tidak naik kelas beberapa kali? Dengan ini, Eliza menyimpulkan memang ada yang aneh dari Mirai.
2013? tunggu sebentar, Eliza ingat kakak perempuan Syahnaz juga lulus dari SMA State Lighting tahun 2013 juga. Bisa jadi kakak Syahnaz tahu tentang Mirai.
Eliza menutup foto-foto tersebut. Dia membuka laptopnya dan memutuskan untuk bertanya sesuatu pada kakak Syahnaz. Dia memutuskan untuk video call. Tidak butuh waktu lama untuk panggilan itu tersambung.
"Eliza-Chan, tumben banget VC. Ada apa?"
Dari balik layar sana, terlihat Syahnaz sedang maskeran. Dia menempelkan krim putih di wajahnya. Tampak seperti hantu.
"Nggak, gue lagi gabut aja. Btw apaan tuh di wajah lo?" tanya Eliza.
"Ini tuh masker, wajah gue biar glowing gitu. Biar nggak kelihatan kentang-kentang banget."
"Tumben lo pakek begituan?"
"Ini dari Kakak gue. Noh."
Syahnaz menggeser kameranya. Dia memperlihatkan kakaknya yang sedang bermain ponsel di sampingnya. Dia juga sedang memakai masker wajah yang sama seperti Syahnaz. Dia melambaikan tangan. Kebetulan sekali kakak Syahnaz ada di sana. Kali ini langit seakan memihak Eliza.
"Hai, Mbak," sapa Eliza.
Mereka berbincang-bincang terlebih dahulu. Dia tidak enak jika langsung menanyakan tentang Mirai pada kakak Syahnaz. Tidak lama setelah itu, ada suara teriakan yang memanggil nama Syahnaz dari balik layar laptop Eliza.
"Syanazzzzz!!! Bantuin Mama!"
"Malas." Syahnaz berdecak.
"Heh, jangan durhaka gitu. Bisa-bisa lo dikutuk jadi batu kayak dongeng apa itu, lupa gue." Kakak Syahnaz menyuruh Syahnaz untuk menemui Mama nya yang sedang memanggilnya.
"Malin Kundang." Syahnaz menghela nafas panjang. "Hah, iya deh iya!"
Syahnaz beranjak dari kasur. Dia melangkahkan pergi keluar kamar dan membanting pintu. Dia terlihat tidak ikhlas untuk pergi.
Kini Kakak Syahnaz-lah yang menatap layar laptop. Dia memperhatikan wajah Eliza sambil makan sesuatu. Tapi bukankah ketika maskeran kita tidak boleh menggerakkan wajah terlalu banyak? Ah, sudahlah. Mungkin kakak Syahnaz tidak tahu.
"Yo, Eliza. Kenapa lo natap gue kayak gitu?" Kakak Syahnaz berbicara sambil makan dan rebahan di kasur. Jika ibunya adalah Mama Eliza, maka dia akan dipukul menggunakan sapu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
Mistério / Suspense"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...