Hai guys, sorry karena aku ngaret up. Aku sibuk karena tugas dan bentar lagi mau ujian. Semoga kalian ga lupa sama cerita ini, wkwkwk.
Jangan lupa tandai ya kalau ada typo. Jan lupa vote dan komen kalau kalian suka cerita ini. Thanks.
Happy reading...
***
Dean berjalan pelan menaiki tangga berwarna coklat itu. Dia tetap memegang erat pistol yang dia dapatkan dari balik kemeja milik Ivan tadi. Itu adalah pertama kali Dean memegang senjata api. Sebenarnya, dia tidak tahu kenapa dia merebut benda itu. Dia tidak ingin membunuh atau melukai Ivan. Tapi, jika dia tidak melakukannya, maka Ivan akan melakukan sesuatu padanya.
Jadi, sekarang Dean harus berfikir bagaimana cara melumpuhkan Ivan tanpa membuatnya terbunuh.
Dean juga berfikir, ada berapa senjata api yang dimiliki Ivan? Pasti lebih dari satu. Dia tidak mungkin hanya menyimpan satu pistol kecil. Dia pasti memiliki lebih dari itu. Artinya, Dean juga harus berhati-hati. Dia mungkin tidak akan membunuh Ivan, tapi Ivan memiliki keinginan untuk membunuh Dean meski dia sendiri masih agak ragu. Dean bisa menebak, Ivan sedang berada di dalam dilema saat ini. Dia memiliki pilihan antara membunuh Dean atau tidak membunuh Dean. Tapi, sepertinya tidak ada keuntungan untuk mengambil salah satu keputusan itu. Ivan hanya gila.
Dean sampai di salah satu pintu di lantai atas. Dia membuka pintu itu perlahan dan berharap Ivan ada di sana. Tapi, dia tidak ada. Ruangan itu kosong. Hanya diisi sebuah ranjang dan lemari. Ketika Dean sampai di ruangan lainnya, ruangan itu juga sama.
Di sudut lantai atas, ada sebuah lantai lagi. Sepertinya mengarah ke loteng.
Sesuatu terjatuh dari tangga kecil itu. Semacam bola kecil yang menggelinding dari atas.
Apakah Ivan di sana? Kalau dia ke sana, apa alasannya? Apakah dia ingin menjebak Dean?
Dean segera menggelengkan kepalanya dan membuang asumsi-asumsi itu. Dia akan tetap naik ke atas. Siapa tahu, ada sesuatu di sana.
Dean kembali berjalan pelan sambil menggenggam erat pistol kecil itu. Menaiki satu-persatu anak tangga. Setelah sampai di atas, dia menemukan sebuah pintu bercat putih yang hampir mengelupas. Di bawah pintu itu, dia melihat celah yang lebarnya sekitar satu jengkal. Dean mengarahkan kepalanya di celah itu dan mengintip.
Ada seseorang di sana. Atau lebih tepatnya seorang gadis dengan gaun putih panjang yang indah. Dean langsung membulatkan matanya ketika tahu bahwa itu adalah Eliza.
"Eliza!" seru Dean.
Eliza menoleh ke arah celah itu. Dia berjalan ke sana dengan tergesa-gesa dan kemudian mengarahkan kepalanya ke celah itu.
"Dean?" Dia memastikan.
"Bagaimana bisa lo di sini, ha?!" Dean mematap Eliza dengan nanar. Pandangan mereka saling bertemu melalui celah kecil itu.
"Gue tidak sengaja tahu kalau Ivan... Dia membawa gue." Eliza menelan salivanya.
"Lo disakiti?"
Eliza menggeleng. "Dia bilang kalau dia akan mengakhiri semuanya."
"Dia ingin membunuh gue." Dean berkata dengan serius. Kalimat itu membuat Eliza melangah.
"Gue udah nyuruh dia buat mengakui kesalahannya. Tapi, entah kenapa... gue nggak ingin dia berakhir di hukuman mati." Eliza berbisik.
"Gue juga. Gue ingin membicarakan ini baik-baik dan menyuruhnya kabur jika bisa," kata Dean.
"Gue udah bilang. Tapi, katanya dia masih punya satu hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
Mistério / Suspense"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...