BAB 3 - Detektif Kembar

4.2K 670 16
                                    

Pukul 16.00

Seperti yang dikatakan oleh Dean, Eliza sudah berada di kafe sunflower. Dia duduk di salah satu sofa yang telah disediakan oleh kafe tersebut. Mata Eliza melirik ke sana-kemari karena dia tidak kunjung menemukan Dean. Padahal Dean menyuruh Eliza untuk tepat waktu, namun Dean sendiri tidak tepat waktu.

Eliza hanya menatap para pengunjung yang sedang bercengkerama. Beberapa dari mereka sedang bercanda ria dan tertawa terbahak-bahak. Lagu Fly Me To The Moon yang dibawakan oleh Julia London menggema di seluruh penjuru kafe. Eliza tersenyum simpul. Itu adalah lagu kesukaannya.

Fly me to the moon
Let me play among the star
Let me see what spring is like
On Jupiter and Mars
In other words, hold my hands
In other words, baby kiss me

"Duarrr!"

"Aaaarrghhhh!!!" Seketika Eliza menjerit dan membuat seluruh pengunjung yang ada di kafe menatapnya.

Itu ternyata Dean yang sedang mengejutkannya dari belakang. Dia tampak cengingisan dan tidak merasa berasalah kepada Eliza.

"Dean apaan sih!?"

"Gimana? Kaget 'kan?" Dean cengingisan.

Eliza menghela nafas panjang. Semakin lama, Dean semakin konyol dan jauh dari rumor sang ketua basket.

"Maaf, El." Dean duduk di hadapan Eliza.

"Dean, pikiran gue lagi kacau. Jadi gue harap lo nggak main-main."

"Lho, kenapa? Bukannya kita mau main detektif-detektifan?"

"Itu bukan permainan, Tuan Dean van Lier." Eliza memutar kedua bola matanya.

"Bercanda-bercanda. Jadi, gue pengen nunjukin sesuatu yang luar biasa." Dean tersenyum. Berlagak sok keren di depan Eliza.

"Apa?"

Dean menjadi cengar-cengir sendiri.

"Anak-anak, keluarlah!" seru Dean.

Tidak lama setelah itu terlihat sepasang anak kembar yang muncul entah dari mana. Mereka berdua masing-masing duduk di samping kanan dan samping kiri Dean. Dua anak laki-laki kembar dengan mata coklat, rambut hitam kecoklatan, kulit putih seperti susu dan warna peach alami yang ada di pipi mereka. Beberapa freckles menghiasi wajah mereka. Seperti bintang yang menghiasi langit. Sungguh indah.

Tubuh mereka tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 155 cm saja. Mereka lebih mirip orang Eropa dari pada orang dalam negeri. Mereka berdua tersenyum lebar. Sangat manis dan menggemaskan. Eliza seakan terhipnotis dengan kedua bocah itu.

Eliza pernah melihat kedua anak itu. Sepertinya mereka kelas sepuluh. Kalau tidak salah, mereka sering dihukum untuk berdiri di bawah tiang bendera sepanjang hari. Pernah juga membersihkan toilet. Setidaknya, itulah yang Eliza ketahui tentang kedua bocah cengingisan itu. Mereka adalah anak yang dijewer Pak Van tadi.

"Mereka siapa?" tanya Eliza.

"Detektif." Dean menjawab singkat.

"Ini lelucon?"

"Tidak lelucon, Kakak. Ayah kami-lah yang menyelidiki khasus pembunuhan Kak Anastasya," jawab salah satu dari mereka.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang