BAB 45 - Kecurigaan Tersembunyi

1.5K 357 21
                                    

2026 kata. Jangan lupa tandai kalau ada typo, kejanggalan dll.

Jangan lupa vote juga, hehe.

Happy reading...





Si kembar menunjukkan hasil jepretan dari kamera polaroid milik Edgar. Ketika mereka mendapatkan perintah untuk mengambil kamera itu di rumah Edgar, mereka langsung melakukannya. Dan hari ini mereka sudah berhasil memotret banyak orang dengan ciri-ciri seperti apa yang dikatakan oleh Edgar.

Bahkan, mereka mendapatkan foto Russel---entah bagaimana. Tapi, dilihat dari posisi gambarnya, si kembar memotret Russel dari taman kota depan rumah Russel. Di sana juga ada foto Richard, Papa Eliza. Si kembar memotretnya di rumah sakit ini. Dan sebenarnya masih banyak lagi.

Bahkan, tidak tanggung-tanggung, mereka memotret ayah mereka sendiri, Detektif Fenil.

"Kami mengusulkan nama Daniil. Sebab, Daniil juga memiliki ciri-ciri seperti yang Anda katakan. Tapi, kami belum bisa mendapatkan fotonya. Daniil tengah ditahan karena kasus tersendiri," kata Andri.

Edgar mengangguk lemah. Indra pengelihatannya tetap tertuju pada foto-foto polaroid itu. Tidak dia duga bahwa si kembar mendapatkan banyak foto. Bahkan, dia juga memotret orang-orang asing yang mereka temui.

"Sudah kubilang kalau potret saja orang yang berada di sekitar Eliza atau State Lighting. Siapa orang-orang ini?" Edgar menepuk jidatnya.

"Orang-orang itu sempat masuk di sekolah, Tuan. Perlu diingat bahwa State Lighting selalu terbuka untuk tamu," jawab Andre.

"Ya, ya. Baiklah kalau begitu. Aku akan mengamati ini dan membandingkannya dengan memoriku. Aku tak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak. Tapi, kuharap otakku bisa diajak kompromi." Edgar memijat pelipisnya.

Andri tertawa kecil. "Besok kami akan memotret lagi, Tuan. Soalnya tadi harus latihan basket. Jadi, belum semua kami potret."

Edgar mengangguk lemah lagi.

"Kalau sudah, bolehkah kami pulang? Kami berjanji pada Julia untuk menemaninya bermain malam ini." Andre berkata dengan ragu.

"Kalian akrab dengannya?"

Si kembar mengangguk pelan.

"Meski begitu, kalian harus hati-hati. Dia adalah anak didikan Igrid." Edgar berkata dengan serius.

"Ng-nggak apa-apa, kok. Selama ibu di sana, dia akan membimbing gadis kecil itu," kata Andri.

"Yasudah, pulanglah."

Si kembar tersenyum lebar. Mereka melangkah menuju pintu keluar ruangan yang ditempati Edgar itu. Setelah melambaikan tangan, mereka membuka pintu dan keluar.

Setelah mereka berdua benar-benar lenyap dari pandangannya, Edgar langsung meraih sketsa kasar yang dia buat kemarin.

Edgar membuat sebuah sketsa lagi. Kini, pria itu tidak memakai jubah. Dia hanya memakai setelan kemeja dan celana panjangnya. Sepertinya, Edgar sudah mengira-ngira bagaimana lekuk tubuh pria itu tanpa mengenakan jas besar itu.

Jemarinya menyentuh foto-foto yang dijepret oleh si kembar itu. Dia menyusun satu-persatu foto di ranjangnya. Meski dadanya masih sedikit nyeri, dia tetap melakukan hal itu.

Mata Edgar terus tertuju pada satu-persatu foto itu. Setelah beberapa saat mengamati, bola matanya berhenti melirik. Dia terpaku sesaat sambil menatap sebuah foto.

Edgar menelan salivanya. Dia kembali tertuju ke sketsa kasar yang dia buat lalu kembali beralih ke foto itu lagi.

"Sepertinya aku mencurigai seseorang." Bibir Edgar bergerak pelan.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang