Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌
***
Setelah terjun dari tembok itu, Eliza langsung tersungkur. Bajunya terciprat beberapa lumpur yang ada di sana. Untungnya, dia tidak apa-apa. Kakinya tidak terkilir meski tangannya terasa sakit karena dia gunakan sebagai tumpuan.
Eliza segera bangkit dari posisinya dan segera berjalan ke ujung jalan, tempat di mana dia memerintahkan si kembar untuk menunggunya.
Benar saja, kedua bocah itu sudah ada di sana dan melambaikan tangan ke arah Eliza.
"Kakak pakai sepedanya Andre aja. Biar Andre boncengan sama aku," kata Andri.
Eliza terdiam memperhatikan bentuk sepeda itu. Sepeda itu tidak memiliki jok belakang. Bagaimana Andre hendak membonceng di sana?
"Aku boncengnya berdiri." Andre menjawab seakan dia tahu apa yang dipikirkan oleh Eliza.
"Okay." Eliza menghela nafas. "Tapi, masalahnya kita mau mencari ke mana?"
Si kembar saling menatap satu sama lain. Sebenarnya, mereka juga belum memikirkan untuk mencari ke mana. Tapi, mereka tetap ingin mencobanya karena pikiran mereka sudah terlalu kacau dan takut jika terjadi apa-apa terhadap gadis-gadis itu. Dan juga ekspresi kecewa dari Pak Franz lumayan menyayat hati mereka.
Tiba-tiba Andri mengingat cerita dari ayahnya. Beliau bilang kalau mereka menemukan Kenny dan barang bukti di sebuah pondok kecil di dekat silo dan ladang rumput. Tempat itu juga tidak terlalu jauh dari posisi ketika Edgar ditembak. Tidak ada kepastian di sana. Tapi, dia akan berusaha mencobanya.
"Bagaimana kalau kita mencarinya di ujung kota dekat hutan pinus itu." Andri menyuarakan pendapatnya.
"Maksud lo ladang rumput?" tanya Eliza.
Andri mengangguk. "Yap. Kakak pernah ke sana?"
"Tempat itu... tempat bermain gue sama Iki saat masih kecil dulu. Dia selalu mengajak gue main ke sana, bahkan sampai sore sekali-pun. Tapi, kenapa kalian memilih tempat itu?" tanya Eliza lagi.
"Insting." Andre menyahut. "Entah kenapa instingku juga mengatakan bahwa kita harus memulainya dari sana."
Eliza manggut-manggut. "Okay, kita mulai sekarang."
~~~
Mereka bertiga sampai di tempat itu. Pinggiran kota yang amat sunyi. Perkebunan dan ladang rumput yang terasa hampa itu seakan tanpa pemilik. Bertahun-tahun lalu-pun sudah sesunyi ini. Eliza ingat dengan jelas bagaimana Vicky kecil membawanya ke tempat ini.
Pertama kali dia menginjakkan kaki di sana, rasanya seperti dia menginjakkan kaki di sebuah tempat tanpa jiwa---hanya terasa hembusan angin yang terasa dingin. Eliza-pun selalu berjumpa dengan gubuk kecil yang selalu terkunci rapat itu---gubuk yang sama dengan yang pernah didobrak Dean dan tempat di mana Kenny ditemukan. Tidak terasa bahwa setiap hal kecil yang berasal dari masa lalunya selalu memiliki kaitan dengan masalah di masa depannya.
"Dulu, silo itu masih digunakan. Tapi, sekarang sudah nggak terlihat terurus." Eliza menjelaskan. "Dan ya, gubuk itu dulu selalu terkunci. Tapi, gue sama Iki sering mendapatkan beberapa hal yang menarik di terasnya. Lalu ladang rumput itu dipenuhi belalang dan kami sering menangkapnya."
"Tapi, bagaimana bisa Kak Vicky tahu tentang tempat ini? Jaraknya-pun sangat jauh dari rumah Kakak dan Kak Vicky. Secara saat itu kalian masih kecil 'kan?" Andri menyipitkan matanya.
"Iki bilang kalau dia mau jadi seorang penjelajah. Jadi dia pergi ke mana-pun dia mau," jawab Eliza.
Si kembar hanya manggut-manggut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
Mistero / Thriller"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...