BAB 44 - Pria Bertopeng

1.5K 345 8
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌

***

Malam berikutnya, Eliza kembali ke rumah sakit untuk menjenguk kakaknya yang belum membaik. Mama dan Papanya sudah sedikit putus asa. Hideo dan Hideki sudah mulai bersikap lebih dewasa. Mereka tidak lagi berkelahi seperti anak-anak. Bahkan, mereka lebih banyak diam dan diam-diam berdo'a. Satu-satunya yang masih bersikap normal adalah Catherine. Wanita itu begitu terlihat sabar dan tabah dalam menghadapi situasi ini. Meski begitu, Eliza tahu bahwa Catherine juga merasa hancur.

Eliza menatap perempuan itu dari kejauhan. Dia tidak ingin mengganggu untuk saat ini. Dia akan membiarkan Catherine mengelus cincin pertunangannya dengan lembut.

Setelah menatap Catherine dalam beberapa saat, Eliza membalikkan tubuhnya. Di saat yang bersamaan, dia dikagetkan dengan kehadiran si kembar di belakangnya. Sepertinya, si kembar juga sedikit kaget melihat Eliza di sana.

"Kak? Kakak di sini?" Andri tertawa kikuk.

"Ya. Kak Hisao dirawat di rumah sakit ini. Kalian sendiri, kenapa ke sini? Dan apa itu?" Eliza menatap parsel berisi buah-buahan yang dibawa Andri dan sebuah kotak coklat yang sepertinya digunakan untuk membungkus sesuatu.

"Ini untuk Edgar. Dia juga dirawat di sini. Kebetulan sekali, 'kan? Mari kita jenguk dia," kata Andre.

Eliza sedikit terkejut. Dia sama sekali tidak tahu jika Edgar juga dirawat di rumah sakit itu. "Oh, ya, ya. Gue juga pengen lihat kondisinya."

Si kembar mengisyaratkan supaya Eliza melangkah di samping mereka. Mereka-pun melewati lorong rumah sakit yang sudah sedikit sepi itu.

"Dia sudah baik-baik saja, sih. Ternyata dia adalah pria yang kuat." Andri tertawa kecil. "Dan ya, dia sudah diinterogasi oleh beberapa penyelidik yang menangani kasus penembakannya. Dan dia akan mengatakan apa yang dia lihat kepada kita."

"Oleh karena itu dia meminta ini." Andre menunjukkan bungkusan coklat yang ada di genggamannya.

"Buku sketsa," sahut Andri. "Dia bilang kalau dia agak ingat bagaimana penampilan orang itu---orang yang menembaknya."

"Memangnya ini ada kaitannya dengan kasus pembunuhan yang kita selidiki?" tanya Eliza.

"Yap. Edgar ditembak beberapa saat setelah dia mengangkat panggilan misterius yang kemungkinan panggilan itu diperuntukkan melacak lokasinya. Dan dari nomor yang sama, masuk pesan ancaman yang mirip dengan pernah dia terima dulu," kata Andri.

Mereka sampai di sebuah ruangan inap di rumah sakit itu. Andri mengetuk pintu ruang inap itu perlahan. Lalu dia masuk tanpa menunggu jawaban dari Edgar.

Indra pengelihatan mereka bertiga langsung tertuju pada Edgar yang sedang setengah bersandar di ranjangnya. Dia membaca sebuah buku sastra lawas meski beberapa alat bantu yang masih menomopang kehidupannya.

"Selamat malam, Tuan. Kami langsung ke sini ketika dihubungi. Kebetulan sekali Kak Eliza ada di rumah sakit ini." Andri mendekat ke arah ranjang Edgar. Dia meletakkan bingkisan parselnya di meja yang terletak di sisi kanan ranjang Edgar.

"Terima kasih." Suara Edgar terdengar tidak seperti biasanya. Suaranya serak dan lemah.

"Dan ini buku sketsa, pensil dan yang lainnya." Andre juga menaruh bungkusan coklat itu di atas meja.

Edgar menghela nafas dalam-dalam. Bagian yang tertembak itu masih sangat-sangat sakit dan nyeri. Baru pertama kali dia ditembak seperti itu. Rasanya benar-benar hampir mati saat itu. Untungnya, ada pengendara yang lewat beberapa saat selang Edgar ditembak oleh seseorang yang misterius itu.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang