Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌
***
"Pembunuh." Vicky mulai berkata dengan nada rendah. Lalu, dia menatap Dean yang dari tadi sudah meremas jemarinya.
Mereka hanya terdiam bertatapan tanpa mengucap sepatah kata-pun. Cukup lama. Bahkan Dean bisa melihat rokok Vicky yang mulai pendek. Vicky juga sama, dia menjatuhkan rokok itu dan menginjaknya dengan sepatu.
"Jadi, sampai mana kita tadi? Pembunuh?" Vicky kembali menggerakkan bibirnya.
"Apa maksud lo?"
"Lo pembunuh, 'kan?"
"Apaan? Nggak jelas banget lo jadi orang. Emang bener ya, lo itu kurang waras!" Dean berdecak sebal.
"Munafik." Vicky menundukkan kepalanya. "Lo ingin mencari penjahat dan menegakkan keadilan, tapi lo sendiri adalah penjahat."
Dean terkekeh. "Tolol."
"Lo yang tolol. IQ lo minus."
Kini Dean benar-benar tidak bisa mencegah amarahnya. Kelapan tangannya melesat secara refleks ke pipi Vicky. Pemuda itu menjadi sedikit terhuyung, namun masih tetap bisa berdiri karena dia berpegangan kuat pada dinding.
Vicky hanya terdiam. Dia mengusap setetes darah yang keluar dari ujung bibir kanannya. Dia kembali menatap Dean yang masih berada di belakangnya sambil melotot. Memang benar dugaannya, Dean tipe pemuda emosional yang cukup kasar, namun bisa menjadi berbanding terbalik tanpa diduga.
"Persis seperti Kenny."
Vicky kembali menegakkan posisinya. Dia meraih sesuatu dari sakunya. Dean mengira jika dia ingin mengambil rokok lagi. Namun, dia salah. Vicky hanya meraih kerang kecil berwarna keemasan dan menunjukkannya tepat di wajah Dean.
"Gue tahu banyak hal tentang lo, Dean. Bahkan lebih dari diri lo sendiri." Ekspresi Vicky mulai terlihat serius. "Apa lo lupa ini? Bukannya ini punya lo?"
Dean terdiam. Dia ingat bahwa saat dia kecil dulu, dia pernah punya kerang seperti yang dibawa Vicky. Kerang itu dia dapatkan dari pantai. Namun, suatu hari dia kehilangan benda itu. Meski begitu, dia tidak lagi mencarinya.
"Bukan." Dean berbohong.
"Udah gue bilang kalau lo itu munafik." Vicky menyeringai untuk yang ke sekian kalinya. "Ini punya lo! Gue yang nyolong."
"Sebenernya... sebenernya lo itu siapa?" tanya Dean secara otomatis.
"Nick. Nicholas."
"Mu-mustahil." Dean berjalan mundur beberapa langkah.
"Nggak ada yang mustahil. Gue Nicholas. Nicholas yang sama dengan yang pernah lo kenal. Nicholas yang sama dengan Nicholas yang ada di gedung tua itu--"
"Diam! Diam!" Nafas Dean mulai tidak beraturan.
Sungguh, dia tidak menduga jika pemuda yang ada di hadapannya ini adalah Nicholas. Tapi, bagaimana bisa dia tahu semuanya?
"Orang-orang memang cenderung melupakan kenangan buruk, Dean. Gue adalah salah satu kenangan buruk lo, 'kan? Jadi, lo ngelupain gue. Sebenernya itu wajar." Vicky mengangkat bahu. Entah kenapa, wajahnya terlihat lebih ramah dari biasanya.
"Buktikan!" Dean tetap bersikukuh tidak percaya.
Vicky menghela nafas dalam-dalam. Dia meraih sesuatu di saku celana hitamnya. Dia mengeluarkan sebuah dompet dari saku. Dia membuka dompetnya dan mengambil sebuah kartu identitas. Dia meyodorkan kartu itu tepat ke wajah Dean.
"Vicky Nicholas...," gumam Dean. Dia menundukkan pandangannya lalu mengalihkannya. Ternyata, selama ini Nicholas selalu berada di sampingnya. Dia tidak benar-benar menghilang dari kehidupan Dean. Dia selalu ada dan Dean tahu bahwa dia diam-diam mengawasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
Mystery / Thriller"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...