Dean memacu mobilnya cepat melewati jalan raya. Si kembar ada di kursi belakang sembari menatap pemandangan gedung-gedung di tengah kota.
Mereka sudah merencanakan untuk pergi ke SD Negeri Janggala. Tempat di mana Mirai bersekolah sekaligus Kenny bersekolah dulu. Dean perlu beberapa ratus ribu untuk mendapatkan informasi tentang Sekolah Dasar Mirai pada bibinya---Ferida.
Tanpa dia duga, nama sekolah itu sama persis dengan sekolah Kenny dulu. Dean ingat dengan jelas dan pernah melihat ijazah Sekolah Dasar Kenny beberapa waktu yang lalu. SD Negeri Janggala tempatnya.
Mereka bertiga memutuskan untuk ke sana demi mencari tahu dengan pasti apa hubungan Kenny dan Mirai. Serta mencari tahu apakah tempat itu adalah tempat pertama yang menghubungkan Kenny, Pak Franz, Hisao dan juga Mirai.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, namun mereka semua tidak peduli dengan kelelahan yang melanda fisik dan mental mereka. Apalagi Dean merasa khawatir pada kakaknya yang menghilang saat ini. Andri dan Andre-pun sama. Namun, mereka malah menganggap hal ini seru.
Kini mereka telah sampai di depan pintu SDN Janggala. Dean segera memarkirkan mobilnya di dekat kendaraan-kendaraan lain.
Sekolah tersebut terletak di tengah kota. Jadi, selalu ramai. Apalagi tepat di depannya adalah sebuah tempat latihan futsal. Suasana menegangkan perlahan sirna dari benak mereka.
"Udah sore. Kita harus cepet." Dean berkata sambil membuka pintu mobilnya.
Mereka bertiga keluar mobil. Indra pengelihatan Dean langsung tertuju pada halaman sekolah yang masih cukup ramai. Beberapa anak bermain sepeda di sana. Ada juga karyawan-karyawan yang terlihat mondar-mandir di koridor. Tanpa basa-basi, mereka bertiga memasuki area sekolah tersebut.
Seorang pria dengan beberapa helai rambut yang telah beruban langsung memperhatikan gerak-gerik Dean dan si kembar. Dengan sedikit curiga, dia menghampiri tiga detektif absurd tersebut.
"Permisi, kalian siapa? Ada perlu apa?" Pria itu menghadang Dean dan si kembar yang ingin masuk lebih dalam lagi.
"Um, Pak, apakah saya bisa menemui seorang pengurus SD ini?" tanya Dean.
Pria itu terdiam sejenak. Dia memperhatikan Dean lebih rinci lagi. "Kenapa? Ada perlu apa?"
Dean menghela nafas panjang. "Dulu, kakak saya pernah bersekolah di sini. Sekarang, ada sebuah hal yang membuat saya harus mencari tahu siapa teman-teman kakak saya sewaktu SD."
"Siapa kakakmu?"
"Kenny van Lier. Mungkin Anda tidak mengenalnya tapi--"
"Kenny?" Pria itu menyela. "Oh, dia. Aku mengenalnya. 'Si Cerdas' begitulah julukan Kenny. Memang dia sudah puluhan tahun lulus. Tapi, dia masih diingat karena prestasi dan sumbangan pialanya pada sekolah ini." Pria tersebut terkekeh.
"Jadi?"
"Baiklah-baiklah. Aku tidak bisa menjelaskan satu-persatu teman Kenny. Hanya saja, di perpustakaan masih ada buku-buku kelulusan. Kau bisa mencari nama teman-temannya di sana."
Dean dan si kembar bersorak dalam hati. Ternyata sangat mudah membujuk pria yang terlihat garang ini.
"Ikutlah denganku." Pria tersebut melangkah pergi. Dean dan si kembar menyusulnya dari belakang.
Di sepanjang perjalanan, pandangan Dean dan si kembar terfokuskan pada anak-anak yang tengah berlatih paduan suara. Lagu "Caro Mio Ben" menggema dengan begitu indah.
Tunggu sebentar "Caro Mio Ben" ?
Dean kembali merasakan guncangan masa lalunya. Bertahun-tahun lalu, dia ingat bahwa seorang anak laki-laki memutar lagu secara acak dan mendapati "Caro Mio Ben" tanpa sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
غموض / إثارة"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...