BAB 39 - Si Bedigasan

1.4K 369 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen:)




"Dia tidak ingin tidur." Dokter Yelena kembali sambil menggandeng Julia.

Andri melirik jam dinding. Masih pukul tujuh malam kurang. "Ini masih terlalu sore, Bu."

Andre hanya tersenyum kecil. Dia melambaikan tangan pada Julia dan menyuruh Julia duduk di sampingnya.

"Apa dia baik-baik saja, Bu?" tanya Andri perlahan.

Dokter Yelena berbisik di telinga Andri. "Anak ini baik-baik saja. Dia hanya ketakutan dan trauma kecil yang biasa terjadi pada anak-anak."

Andri mengangguk. Dia-pun duduk di hadapan Julia bersama Dean dan Eliza. Sedangkan Dokter Yelena bilang bahwa dia akan pergi ke lantai atas sejenak, lalu akan kembali dalam beberapa menit.

"Ju-Julia, untuk sementara, kau tinggal bersama kami, ya?" Andri tersenyum lebar menatap gadis kecil itu.

Kini, Julia mengangguk tanpa ragu.

"Kami akan memperlakukanmu dengan baik. Sama seperti ibumu." Andri sedikit menyinggung soal Igrid.

Julia tersenyum. "Dia memang sangat baik."

Mereka semua sedikit terenyuh dengan hal itu.

"Bagaimana ibumu itu?" tanya Dean.

"Dia baik." Julia mulai menundukkan wajahnya.

"Apa ibumu tidak memiliki anak selain kamu?" Dean mencoba menyinggung tentang keberadaan keponakannya yang dijual kepada Igrid.

Julia menggeleng. Tidak ada yang tahu apakah Julia mengisyaratkan 'tidak' atau 'tidak tahu'.

"Apa ada seseorang yang sering menemui ibumu di rumah?" Eliza yang bertanya. "Jika ada, siapa dia?"

"Seorang pria. Aku tidak tahu namanya."

"Satu atau dua?"

"Beberapa." Julia sedikit tidak tenang. Kini, nafasnya tersengal. Eliza bisa merasakan ke-khawatiran yang muncul dalam diri gadis kecil itu.

"Apa dia jahat?" Eliza menelan salivanya.

"Dia... ingin membunuhku." Kini Julia menatap Eliza dengan gelisah.

Eliza, Dean dan si kembar langsung saling bertatapan.

Andre langsung mengingat sebuah foto. Foto di mana ada Pak Franz, Hisao dan si pemuda misterius. Dia mengambil foto itu dari bawah meja ruang tamu. Dia tahu, foto itu sudah sedikit lama. Wajah pemuda-pemuda di foto itu telah sedikit berubah. Tapi, dia tahu bahwa perubahan itu tidak banyak. Dia paham betul jika Julia masih bisa mengenalinya jika dia pernah bertemu pemuda-pemuda itu.

"Yang ingin membunuhmu, apa salah satu dari mereka?" Andre membukakan foto itu lalu menunjukkannya pada Julia.

Julia terdiam sejenak. Dia mengamatai foto-foto tersebut. Setelah beberapa saat, dia menggeleng. "Franz adalah orang baik."

"Kau mengenal mereka?" tanya Dean.

"Hanya Franz."

Dean segera mengambil ponselnya di saku. Dia langsung mencari foto Kenny di dalam ponselnya. Dia menemukan foto Kenny dengan wajah paling jelas. Dia menyodorkan foto itu ke hadapan Julia.

"Apa kau mengenalnya? Apa dia yang ingin membunuhmu?" Nafas Dean tersegal.

Julia terdiam sejenak. Dia terlihat seperti mengingat-ingat. Lalu, setelah beberapa saat, dia menggeleng---sama seperti tadi.

"A-aku kenal dia. Tapi, aku tidak tahu namanya dan bukan dia yang ingin membunuhku," kata Julia.

Andri dan Andre tahu jika Julia jujur. Bukan Kenny atau-pun Pak Franz yang ingin membunuhnya.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang